Bang Beben Profile picture
Dec 22 58 tweets 9 min read
Sandah ( Kuntilanak Berwajah Lebar )

Bab 3 : Hantu Misnah

Jangan lupa like, share, reply, rt dan qrt yak. Selamat membaca 😇🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id

#ceritaserem
#threadhorror
#ceritahoror
#kalimantan
Pukul setengah dua dini hari, Atul terbangun dari tidur. Ia merasa sakit melilit di bagian ari-ari karena ingin buang air kecil. Di samping, si suami mendengkur kencang dalam lelap. Atul hendak membangunkan tapi segera mengurungkan niat.
Ia tidak tega melihat suami yang sepertinya kelelahan setelah mengurus ibu mertua yang tadi berprilaku aneh. Atul lantas menoleh ke arah keranjang bayi, dilihatnya si buah hati tengah terlelap di balik kelambu kecil.
Atul beranjak dari tempat tidur, menyingkap kelambu lantas melangkah dengan tujuan toilet di ruang tengah. Belum sempat membuka pintu kamar, Atul mulai ragu. Suara burung hantu dan jangkrik yang bersahutan dari luar membuat bulu kuduknya merinding.
Apalagi si mertua yang bertingkah aneh sewaktu tahlilan Misnah tadi, membuat rasa ragunya semakin bertambah. Cerita-cerita yang ia dengar tentang jasad madunya yang tidak mau menghadap kiblat tadi pagi, membuat rasa takutnya semakin menjadi-jadi.
Atul kemudian berbalik, membangunkan suami yang terlelap. Diguncang-guncangnya tubuh Jaya berkali-kali, tetapi lelaki itu malah semakin erat memeluk guling. Atul mulai kesal, sementara hajatnya sudah tidak bisa ditahan.
Walau agak takut tapi karena tidak ada pilihan, Atul nekat menuju wc sendirian.

Sewaktu membuka pintu kamar, ibu muda itu menggigil. Dinginnya angin malam menerpa wajahnya serta terasa menusuk tulang.
Atul mengigit bibir menahan dingin, lalu menoleh ke kiri kanan guna memastikan tidak ada hal yang menakutkan.

Kamar Atul ini berada di halaman belakang yang dikelilingi tembok. Sebetulnya kamar belakang ini sangat asri karena terdapat taman serta gasebo untuk bersantai.
Selain itu, juga terdapat kolam kecil berisi ikan hias. Namun entah kenapa, dini hari ini Atul tiba-tiba merasa ngeri.

Atul terkesiap sewaktu matanya tanpa sengaja melihat sosok putih bergoyang-goyang pelan hanya beberapa meter di depan.
Ia kemudian menarik napas lega, karena yang ia lihat hanyalah jemuran yang belum kering di sampung gudang. Lampu teras yang temaram membuatnya berpikir yang bukan-bukan. Setelah yakin keadaan aman, Atul melangkah tergesa menyusuri selasar.
Baru lima langkah, Atul merasa ada yang memperhatikan dari lantai dua, tepatnya dari kamar mendiang Misnah. Atul mempercepat langkah sembari berjalan menunduk. Sialnya, cahaya lampu yang tiba-tiba menyala dari kamar madunya membuatnya ingin melirik.
Takut-takut, Atul menengadah ke atas.

Saat itulah Atul merasa jantungnya hendak copot. Kakinya gemetar dan tubuhnya kaku tak bisa digerakan. Dari balik tirai jendela, terlihat sosok wanita dengan rambut acak-acakan.
Ia ingin menjerit sekencangnya, tapi mulutnya mendadak terkunci. Ia ingin lari, tapi kakinya benar-benar mati rasa.

Atul mulai terisak, sewaktu sosok itu menatapnya dengan pandangan tajam seolah penuh amarah. Ia benar-benar lemas tak berdaya dan ingin menjerit sekencang mgkin.
"Astagfirullahul azim!" pekiknya tertahan.

Setelah degub jantungnya teratur, Atul menarik napas lega. Ternyata yang di jendela adalah mertuanya, hajah Diana. Entah apa yang dilakukan si ibu mertua di kamar Misnah, sungguh aneh.
"Ma, ngapain di kamar kak Misnah?" tegur Atul.

Bukannya menjawab, si ibu mertua malah melempar senyum misterius. Atul bergidik ngeri, bisa jadi ibu mertuanya mulai tidak waras.
Atul berlari kecil menuju pintu belakang karena keinginannya untuk pipis sudah tidak bisa ditahan. Atul semakin tidak tenang, karena di kamar atas ibu mertuanya mulai tertawa sendiri, seolah menertawakan Atul yang ketakutan.
Begitu mencapai pintu belakang, Atul segera meraih gagang pintu dan membukanya tergesa-gesa. Namun sungguh sial, pintu dari kayu jati itu mendadak terkunci rapat. Biasanya, pintu itu hanya dirapatkan saja, karena biasa digunakan lalu lalang oleh Atul dan suami menuju
ruang tengah.
Kreek… kreek…

Semakin dicoba, semakin pintu itu tidak bisa dibuka. Atul semakin panik karena mendengar ibu mertua kini menangis sedih dari lantai atas. Suara tangis itu sayup-sayup, beradu dengan suara cicak dan burung hantu yang entah ada dimana.
Setengah putus asa Atul mendorong sekuat tenaga, hingga daun pintu terbuka sedikit.

Braak…!

Atul terlonjak kaget, lalu mundur dua langkah. Sungguh aneh, daun pintu seperti ditahan dari dalam.
Jantungnya semakin deg-degan karena suara cicak terdengar nyaring, beruntun dan menciutkan nyali. Bila disimak, suara cicak itu mirip suara tertawa kuntilanak.

Atul ingin kembali ke kamar, tapi hajatnya benar-benar tak kuasa ditahan.
Antara takut dan bingung, Atul hendak berjongkok di sudut selasar. Beruntung, baru saja ia berjongkok pintu belakang tiba-tiba terbuka sendiri.

Tanpa pikir panjang Atul berlari ke ruang tengah, belok kiri menuju toilet.
Tak peduli siapa yang membuka pintu, yang penting hajatnya lekas tersalur. Setibanya di wc, Atul langsung berjongkok. Sejenak ia lega, sakit di ari-arinya telah hilang. Barulah sekarang ia terpikir, siapa kiranya yang membuka pintu.
Rasanya tidak mungkin si ibu mertua, karena tadi jelas sekali ia ada di lantai dua. Lalu, apa mungkin hantu kak Misnah?

"Hiii…" Atul bergidik ngeri.

Atul menepis berbagai pikiran buruk di kepala. Bisa saja pintu terbuka karena tertiup angin, atau karena ulah acil Lela.
Acil Lela adalah kerabat jauh hajah Diana yang jadi pesuruh di rumah ini. Usai buang air kecil, Atul segera beranjak. Namun kupingnya mendengar suara-suara aneh di luar. Atul mempertajam pendengaran, ia mendengar ada aktivitas di dapur.
Seperti suara orang sedang mengacak-acak panci.

Braak… praang…praang…!

Atul terlonjak lalu mengelus dada. Suara benda-benda jatuh di dapur membuatnya kaget setengah mati. Atul lantas membuka pintu wc, bergegas ke dapur.
Rasa penasaran membuatnya ingin tahu siapa yang kelaparan di saat dini hari seperti ini.

Setengah mengendap-endap, Atul mengintip dari balik tembok pembatas antara ruang tengah dan dapur. Atul celingak-celingak, mencari sumber suara.
Mungkin karena cahaya lampu hanya bersumber dari ruang tengah, pandagannya jadi terbatas. Meski masih ada suara panci dan piring berpindah-pindah, Atul tidak mendapati siapapun di dapur.
Atul lantas memencet saklar, hingga ruang dapur seketika tampak terang benderang. Lagi-lagi tidak ada orang di situ, kecuali panci dan piring serta sisa-sisa makanan yang berserakan di lantai. Rasa takutnya berubah menjadi rasa gusar. Mungkin ulah kucing atau tikus, batinnya.
Sambil ngedumel, Atul langsung mengambil sapu dan serok yang ada di pojokan. Baru saja sapu terpegang, ia kemudian mendengar suara-suara berisik di ruang tengah. Diperhatikan benar-benar, ternyata suara tivi tanpa siaran.
Lebih tepatnya, suara kemeresek semut yang muncul di layar.

Atul menarik napas panjang, lalu menghela nafas. Tak jadi membersih dapur, ia menuju ruang tengah dengan masih memegang sapu. Atul tidak curiga pada awalnya, hingga akhirnya ia berdiri terpaku di tengah ruangan.
Di hadapannya, ada sosok wanita yang duduk di sofa membelakangi, sedang terdiam menonton tv dan berpakaian serba putih. Rambutnya yang keriting menggantung, bergoyang pelan menyentuh lantai.
Atul setengah percaya setengah tidak dengan apa yang ia lihat, tapi sosok di depannya sungguh nyata. Atul bahkan bisa mendengar dengan jelas desah nafas sosok itu. Atul takkan pernah lupa, siapa pemilik rambut keriting gantung itu, yaitu si Misnah.
Atul mulai merasakan bulu-bulu halus di lengan dan tengkuknya berdiri tegak. Jantungnya berdegup-degup, darahnya berdesir dan tubuhnya gemetar. Saking takutnya, tanpa sadar sapu yang ia pegang terlepas, terjatuh ke lantai menimbulkan bunyi yang cukup keras.
Praakk…!

Sosok berbaju putih di hadapannya menoleh pelan, sembari tersenyum lebar ke arah Atul yang berdiri mematung.

Krakk…kraak…
Terdengar suara retak tulang tengkorak sosok di hadapannya, Atul hanya bisa tercekat dengan air mata mulai mengalir.

Kraak…kraak…

Dengan rambut kerinting awut-awutan, hantu Misnah menggoyang kepala ke kiri dan kanan, sementara tulang tengkoraknya terus bergemeretak.
Kraaaak… .

Suara gemeretak kian panjang, kepala Misnah membesar sesenti demi senti dan wajahnya melebar sebesar nyiru penampi beras.

"Aaarrggggghhhhhh…!!!"

Detik itu juga Atul menjerit kencang. Sangat kencang hingga membangunkan seluruh penghuni rumah.
Tidak menunggu waktu lama, seluruh penghuni rumah sudah berkumpul di ruang tengah. Amang Idar dan istrinya acil Lela, amang Husni, acil Ijum, si Ipar Yanti dan si bungsu Amat, semua melongo melihat Atul menjerit-jerit sembari menangis gemetaran.
Melihat istrinya histeris, Jaya berusaha menenangkan. Dibelainya lembut rambut si istri yang tengah sesenggukkan dalam pelukan. Acil Lela beranjak ke dapur hendak mengambil air putih. Namun, wanita paruh baya itu langsung terheran-heran melihat seisi dapur berantakkan.
Khawatir keadaan si nyonya muda, acil Lela kembali membawa segelas air putih dengan tergesa. Di ruang tengah, Atul sudah tampak tenang meski tangisnya belum hilang. Semua yang di ruangan bertanya-tanya apa yang terjadi, tapi Atul masih terlihat syok.
Belum sepenuhnya hilang kegaduhan di ruang tengah, mendadak mereka kembali dikagetkan dengan suara tangis bayi dari ruang belakang. Semua terlonjak, menyadari bayi kecil tuan muda Jaya dalam bahaya.
Tanpa aba-aba, mereka berhamburan ke ruang belakang demi menyelamatkan si bayi. Kepanikan mereka seketika hilang, ketika melihat si bayi tengah dalam gendongan si nenek.
Dengan rambut acak-acakan dan tampang kucel, hajah Diana melangkah pelan di selasar yang temaram. Semua menarik napas lega, kecuali si Atul. Ibu muda itu terlihat cemas, karena mengetahui ibu mertuanya tadi ada di kamar atas.
Tidak mungkin ia berpindah cepat dari lantai dua menuju ruang belakang.

Namun, rupanya tidak hanya Atul yang berpikiran sama. Acil Lela juga tampak kaget, karena sedari tadi ia tidur menemani hajah Diana yang kelelahan di kamar.
Setahunya, tidak terlihat sama sekali kapan kerabat jauhnya itu keluar meninggalkan kamar.

Mengetahui kegamangan Atul dan Lela, hajah Diana tersenyum. Namun, senyumnya terlihat mengerikan, bukan senyum manusia normal.
Atul dan Lela bergidik, menyadari wanita yang sedang menggendong bayi itu bukan lagi hajah Diana yang biasanya.

*****
Pagi itu, Atul menggendong bayinya di halaman belakang. Ia duduk di gasebo, menyusui si buah hati yang tidur lelap di pangkuan. Suaminya, pagi-pagi sekali sudah berangkat dengan julak Sarkani entah kemana.
Ia sempat mencuri dengar, katanya mereka hendak ke rumah angah Irin. Angah adalah panggilan bagi saudara orang tua yang nomor tiga dalam tutur Banjar.
Atul tidak tahu pasti ada urusan apa, yang ia ingat suaminya menjadi gusar begitu mendengar penuturan dari julak Sarkani. Kalau tidak salah, sepengetahuan Atul, angah Irin adalah orang yang ditugaskan untuk menjaga makam Misnah.
Sedangkan mertuanya juga sudah pergi, diantar amang Idar dan Acil Lela ke puskesmas pembantu untuk periksa kesehatan. Penghuni rumah lainnya, Atul tidak tahu entah kemana. Mungkin sibuk dengan urusan masing-masing, entah ke pasar atau masihterlelap di kamar.
Sekitar pukul 10 pagi, bel pintu depan berbunyi. Atul bergegas membuka pintu sembari menggendong bayi, dan mendapati ayahnya tengah berdiri di depan. Atul terheran, karena ayahnya memakai baju busana muslim sepagi ini.
Setelah mempersilahkan masuk, Atul langsung bertanya kepada ayahnya.

"Darimana pian, bah?" tanya Atul sembari menimang-nimang si buah hati.

Pambakal Sarip tidak langsung menjawab. Ia duduk di sofa di depan ruang tv, memperhatikan putrinya yang kini telah menjadi seorang ibu.
"Bah, pian darimana?"

Agak sedikit ragu, pambakal Sarip akhirnya buka suara.

"Baru pulang dari pemakaman."

"Pemakaman? Siapa yang meninggal?" tanya Atul lagi.

"Apri," jawab pambakal datar.

"A-Apri?" tanya Atul dengan nada bergetar.
Pambakal Sarip mengangguk, "iya, Apri. Dia meninggal tadi malam sewaktu ikut ke pemakaman."

Sekonyong-konyong Atul gemetaran. Matanya berkaca-kaca dan isaknya tak bisa ia tahan. Hari itu, Atul merasa dunianya runtuh dan hatinya remuk redam berantakan.
"Sudah kuingatkan dari dulu, sebaiknya kau lupakan lelaki pengangguran itu. Kau sudah bersuami dan kini telah punya anak. Sekarang, saatnya kau lupakan dia selama-lamanya. Ia sudah mati jadi mayat," ungkap pambakal panjang lebar.
Atul tidak menjawab. Tertunduk lesu, ia sesenggukkan sejadinya. Hatinya terasa perih bagai disayat sembilu, dadanya terasa sesak bak dihimpit gunung. Di lubuk hati, timbul rasa benci sekaligus amarah kepada ayahnya sendiri.

… berkentang…
Sampai jumpa di malam senin. Tabe😇🙏

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

Dec 18
SANDAH : Kuntilanak Berwajah Lebar

Bab : Awal Teror

Jangan lupa like, reply, Rt dan Qrt yak 🙏😇

cc @IDN_Horor @bacahorror_id @ceritaht
#ceritaseren #banjarmasin #banjar #hororstory #horor #Dayak #kalimantan Image
Bak wabah penyakit, kabar proses pemakaman Misnah yang ganjil langsung tersebar ke segala penjuru kampung. Baru tadi pagi ia dimakamkan, sore hari seluruh penduduk sudah tahu kabar tentang Jaya yang harus melangkahi mayat istri pertamanya.
Read 66 tweets
Dec 15
Sudah tiga kali jasad Misnah dihadapkan ke arah kiblat, tapi lagi-lagi jasad itu kembali ke posisi semula, berbaring dalam kondisi terbujur kaku di liang lahat. Sungguh ganjil, baru kali ini ada mayat yang menolak dihadapkan ke arah kibla

@bacahorror_id @IDN_Horor
#ceritaserem
Assalamualaikum wrwb.

Selamat pagi/ siang/ malam. Kali ini saya kembali lagi dengan kisah horor dari Kalimantan. Pada kisah kali ini, saya mengangkat cerita tentang hantu Sandah. Sandah adalah salah satu dari tujuh jenis Kuntilanak / Kangkamiyak.
Namun, yang membedakan dari Kuntilanak lainnya, Sandah memiliki wajah yang lebar, selebar nyiru penampi beras. Konon, wajah lebar itu adalah kutukan, sebagai penanda karena ia telah berbuat durhaka pada suami.

So...selamat menikmati kisah horor saya kali ini.
Tabe.
Read 46 tweets
Jul 7
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 31 : Bara Dendam

Final Update ( TamaT ) Bab terakhir, semoga berkesan. Bantu like, reply, retweet dan quote tweet ya.
Selamat Membaca 😇🙏

@IDN_Horor
#ceritaseram
#ceritaserem
#threadhorror
#ceritahoror
#kalimantan
Rumah pak Gerson tiba-tiba gelap, hanya ada cahaya temaram lilin yang semakin pendek di dalam mangkok malawen. Aku berdiri mematung seraya mengucapkan dzikir dan shalawat. Suaraku putus-putus karena dicekam ketakutan.
Rumah pangggung itu sangat gaduh karena suara perkelahian. Jerit tangis istri dan mertua pak Gerson silih berganti dengan teriakan panik orang-orang di dalam rumah. Malam itu, rumah pak Gerson tak ubahnya ladang pembantaian.
Read 96 tweets
Jul 5
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 29 : Adat Diisi Janji Dilabuh

Bantu retweet dan quote tweet yak. Selamat membaca, tabe 😇🙏

@IDN_Horor
#ceritaserem #ceritahoror #ceritahorror #bacahoror #threadhorror #kasnoout
Setelah dipersilakan masuk, si nenek melangkah tertatih ke dalam rumah. Aku bertindak cepat, memapah tubuhnya yang renta untuk duduk di hadapan pak Salundik. Seorang tukang ojek yang mengantarnya memilih menunggu di teras dengan menggamit sebatang rokok di jemari.
Ibunya Ukar yang tidak kutahu namanya, menatap wajah kami satu-persatu. Sorot matanya menunjukkan rasa getir yang amat sangat akibat kehilangan anak lelaki kesayangan. Pambakal dan mantir yang duduk di samping, menanti dengan gelisah kata-kata yang akan diucapkan nenek ini.
Read 126 tweets
Jul 3
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 27 : Tambi Uban dan Ukar

Jangan like, komen, reply, retweet dan quote tweet yak.

#ceritaserem #threadhorror #bacahoror #ceritahoror #kalimantan
"Aku tidak tahu siapa namanya, tapi orang-orang memanggilnya tambi Uban. Nenek malang itu katanya warga desa Sei Bahandang. Entah apa yang merasukinya untuk berbuat sinting, pastilah ada dendam yang tak bisa ia tuntaskan jika ia masih hidup."
Haji Badri menarik nafas panjang dengan kedua tangan yang terus memegang kemudi kelotok. Sesekali kelotok bergerak ke kiri dan ke kanan menghindari batang-batang kayu yang hanyut dibawa arus.
Read 105 tweets
Jun 30
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 26 : Hantu Banyu

Bantu Retweet dan Quote tweet ya.

@IDN_Horor
#ceritaserem #ceritahoror #ceritamalamjumat #malamjumat #kasnoout Image
Aku tercekat beberapa saat menyaksikan pemandangan mengerikan di depan mata. Tangan pak Salundik melambai-lambai di permukaan, gelagapan meminta tolong. Helai demi helai terus membungkus badannya tanpa ampun.
Tubuhnya timbul tenggelam diseret arus sementera jeritnya semakin melemah.

Aku ingin meminta maaf karena tidak bisa berbuat apa-apa. Hati kecilku merasa bersalah tapi memang tidak ada yang bisa kulakukan kecuali terdiam mematung.
Read 58 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(