“Mas Rebo menengadahkan kepalanya ke atas batang pohon jambu air. Terlihat wujud sosok seorang perempuan sedang berdiri. Sosok itu mengenakan pakaian seperti gaun putih, kakinya tidak nampak, rambutnya yang panjang sebahu terlihat berantakan…....”
(Disclamer: Ini adalah beberapa cerita mistis yang pernah terjadi di sebuah Sekolah Dasar Negeri “X” (SDN X) yang terletak di kota Bekasi. Nama-nama karakter adalah bukan nama sebenarnya)
Beberapa saat setelah lonceng bubar sekolah berbunyi siang hari itu di SDN X terlihat para siswa dan siswi banyak bergerombol di halaman.
Bukan sedang melaksanakan upacara bukan pula sedang berlangsung perlombaan melainkan mereka menyaksikan para tukang yang akan menebang pohon mahoni yang sudah ada semenjak SDN X pertama kali didirikan. Pohon itu berukuran cukup besar.
Adapun alasan menebang pohon itu adalah pihak sekolah akan memasang lantai ubin pada seluruh halaman sekolah dikarenakan selama ini permukaan halamannya adalah tanah yang becek sehabis hujan dan berdebu apabila musim kemarau.
Para tukang menghalau anak-anak agar tidak berkerumun terlalu dekat dengan perkiraan arah tumbangnya pohon apabila ditebang.
Beberapa guru juga turut menghalau para siswa agar berdiri menjauh dari para tukang yang sedang menebang pohon. Dasar anak-anak SD, hal seperti itu saja menjadi tontonan.
Agung, Surya, Adi, Danang, Ari, dan Daru, mereka semua para siswa kelas 5 ada diantara anak- anak lainnya. Mereka mundur menjauh beberapa langkah atas perintah pak guru.
Tukang yang bertugas menggergaji memberi kode kepada tiga orang tukang lainnya bahwa batang pohon sudah hampir sepenuhnya pisah hanya disisakan sebagian kecil sehingga tinggal ditarik menggunakan tambang agar pohon tumbang.
Kemudian keempat tukang tersebut menarik pohon. “Awas semuanya.. mundur!!” seru salah seorang tukang. “Krekek…krekekk…” suara batang pohon yang hendak lepas dari batang utamanya.
Para tukang menarik agar pohon tumbang ke arah kanan agar tidak menghujam pagar sekolah dan agar jauh dari kerumunan orang-orang atau anak-anak sekolah yang ada di situ. Tidak dinyana Danang berjalan perlahan maju menghampiri pohon yang bergerak tumbang.
“Danaaang!!! Awaass!!” semua yang di situ meneriaki Danang. Danang seolah tuli, selanjutnya dia hanya diam tertegun menatap ke arah pohon.
Adi berlari dengan gesit ke arah Danang, ia lalu menarik dari belakang melalui celah kedua ketiak Danang. Semua menyaksikan detik-detik menegangkan itu dengan terkesima. Pohon itu tidak tumbang ke arah yang dikehendaki para tukang melainkan ke kedua bocah SD itu.
Saat pohon menghujam tanah semua berteriak histeris. Di luar dugaan Adi dan Danang tidak tertimpa pohon, namun Danang meringis menahan sakit. Ternyata pergelangan kaki kanannya terhantam salah satu cabang dahan besar pohon.
Darah mengucur dengan deras, pergelangan kaki Danang nyaris putus. Pak Guru mata pelajaran Olah Raga berlari ke arah Adi dan Danang. Lalu dengan dibantu dua orang tukang menggotong Danang ke ruang UKS.
Lalu teman-teman Adi berhamburan menghampirinya. “Kalo ga lo tarik si Danang kayanya mati ketiban pohon,” demikian komentar yang paling diutarakan.
Ada juga komentar lainnya, “Lo liat ga tadi? pohonnya kaya yang belok jatohnya. Bukan ke arah tambang yang ditarik tukang malah ke Danang.” Yang lain mengiyakan.
Syukurlah setelah menjalani pengobatan dan perawatan yang memakan waktu lama pergelangan kaki Danang dapat diselamatkan. Meskipun Danang tidak lagi dapat berjalan dengan normal. Saat pertama kali datang ke sekolah ia berjalan dibantu dengan tongkat penyangga.
Hingga akhirnya ia dapat berjalan tanpa tongkat namun tetap saja jalannya pincang. Kabar kisah Danang kemudian merebak. Mengapa ketika pohon akan tumbang ia malah berjalan menghampiri. Danang menceritakan apa yang dialaminya.
Ketika itu suasana sekitar menjadi remang seperti waktu magrib, suara yang begitu riuh menjadi hening. Lalu Danang melihat ada 2 sosok yakni kakek-kakek dan nenek-nenek memanggil-manggilnya, “Sini nak, sini nak.”
Danang menghampiri panggilan mereka, maka terjadilah kejadian naas itu. Mas Rebo penjaga juga pesuruh sekolah akhirnya bersuara, ia membenarkan kabar sosok yang dilihat Danang.
Katanya hampir setiap lewat tengah malam ia kerap mendengar seperti ada orang yang menyapu lantai selasar teras kelas.
Awalnya dia abaikan karena dia pikir hanya perasaannya saja karena setengah sadar dalam keadaan terbangun di tengah tidurnya. Lama kelamaan dia penasaran untuk memastikan apakah pendengarannya salah atau tidak.
Lalu dia keluar dari kamarnya. Di antara keremangan malam disaksikannya 2 sosok yakni kakek-kakek dan nenek-nenek. Mas Rebo menyimpulkan mereka adalah sosok kakek-kakek dan nenek-nenek karena tubuh keduanya bungkuk dan kulit wajah mereka terllihat keriput sekali.
Namun mas Rebo tidak dapat melupakan tatap mata merah menyala keduanya.
#
#
Bicara kejadian mistis di SD itu mas Rebo sebagai penjaga sekolah mengalami kejadian lainnya. Dia memang sehari-hari juga tinggal di lingkungan sekolah. Pihak sekolah menyediakan 1 kamar untuk dia tinggali. Letak kamarnya dekat dengan toilet khusus guru.
Selain pertemuannya dengan sosok sepasang kakek-nenek penyapu teras selasar kelas, pada malam-malam tertentu dia mendengar seperti ada yang mandi di toilet khusus guru itu yang memang bersebelahan persis dengan kamarnya.
Terdengar jelas suara guyuran air dari gayung dari seseorang yang sedang mandi, sambil bersenandung. Dari suaranya siapapun yang sedang mandi itu adalah perempuan.
Sama halnya ketika dia pertama mendengar ada yang sedang menyapu, lama kelamaan mas Rebo keluar dari kamarnya untuk memeriksa siapakah gerangan yang menggunakan toilet di tengah malam buta. Mas Rebo mengetuk-ngetuk pintu toilet, “siapa ya?” katanya.
Sebenarnya saat mas Rebo keluar dari kamarnya pun suara aktivitas dalam kamar mandi seketika berhenti, tidak terdengar lagi suara guyuran air dari gayung dan senandung, senyap sama sekali. Ternyata pintu tidak dikunci, karena memang tidak ada siapapun yang menggunakan toilet.
Lalu mas Rebo menyalakan lampu toilet supaya dapat melihat jelas kondisinya. Lantai toilet kering, gayung tetap bergantung di tempatnya dan air di dalam bak tetap dalam kondisi penuh.
Setelah yakin tidak ada siapapun di toilet dia bermaksud hendak kembali ke kamarnya. Baru saja ia memegang daun pintu kamarnya dia mendengar lagi nyanyi senandung. Namun kali ini suaranya bukan dari toilet melainkan dari belakang ruang kamarnya.
Di belakang ruang kamar mas Rebo yang mana juga belakang SDN X merupakan kebun kecil. Ada pohon jambu air berukuran sedang di belakang ruang kamar mas Rebo. Jika sedang berbuah jambu-jambu di pohon itu menjadi sasaran para murid.
Namun yang paling sering menimati jambu-jambu tersebut adalah tentu saja ibu-ibu guru. Mereka sering membuat rujak darinya. Mendengar suara senandung berasal dari kebun belakang mas Rebo mengurungkan masuk ke kamar. Dia pikir hendak sekalian saja memeriksanya.
Dia pun berjalan menuju ke kebun. Suasana kebun temaram karena memang minim cahaya. Lalu dia menyapu pandangannya ke sekitar kebun. Dia tidak melihat siapapun, tapi suara senandung itu tetap terdengar.
Suara senandung itu terdengar sayup-sayup, seolah jauh tapi terdengar dekat, dekat tapi terdengar jauh. Sejauh matanya mampu memandang dia hanya menangkap bayang siluet pohon singkong dan pohon jagung, namun dia tidak melihat seorangpun.
Tinggal ke satu titik yang ia belum toleh, yaitu ke atas pohon jambu air yang tidak jauh dari posisinya berdiri. Mas Rebo menengadahkan kepalanya ke atas batang pohon jambu air. Terlihat wujud sosok seorang perempuan sedang berdiri.
Sosok itu mengenakan pakaian seperti gaun putih, kakinya tidak nampak, rambutnya yang panjang sebahu terlihat berantakan, Mas Rebo tidak dapat melihat matanya namun dari arah wajahnya yang terlihat putih pucat dia tahu bahwa sosok itu sedang memperhatikannya.
Melihat sosok yang dia yakini adalah kuntilanak mas Rebo menundukan wajahnya berucap istigfar, lalu menarik nafas sambil memejamkan matanya.
Seperti mengumpulkan nyali, setelah terkumpul kembali ia menoleh lagi ke atas batang pohon, sosok itu sudah lenyap hilang dari pandangannya.
“Mendekati jam 12 malam suasana yang tadinya hening dipecahkan oleh teriakan-terikan histeris dan tangisan dari salah satu ruang kelas yang menjadi tempat tidur murid perempuan.
Bahkan beberapa murid perempuan terlihat berlarian berhamburan keluar kelas. Suasananya menjadi heboh. Para kaka Pembina berlarian menuju ruang kelas dimana para murid histeris.”
Di gunung inilah dikisahkan Raja terakhir Majapahit yakni Prabu Brawijaya V melakukan Moksa, yakni sirnanya raga dari alam dunia kasat mata ke alam ghaib yang tak kasat mata. Beda dengan manusia pada umumnya yang mengalami meninggal dunia jika "tugasnya selesai" di dunia.
Banyak kejadian atau kisah mistis di luar nalar logika di Gunung Lawu. Seperti yang belum lama dialami pendaki ini.
Saat mencapai puncak Hargo Dalem dia berfoto di warung mbok Yem. Sebagai catatan, mbok Yem adalah seorang tokoh ikonik di Gunung Lawu.
Namaku Norman (bukan nama sebenarnya. Penulis). Aku akan menceritakan pengalaman mendaki gunungku di tahun 2006. Waktu itu aku masih kuliah di semester 7. Aku menyukai kegiatan mendaki gunung.
Meskipun belum bisa juga dikategorikan sebagai “Anak Pecinta Alam” yang kegiatannya rutin mendaki berbagai gunung. Mendaki gunung kulakukan semata-mata karena aku menyukai dan mengagumi keindahan gunung dengan hutan rimbanya, hawanya yang sejuk, dan udaranya yang menyegarkan.
Disclaimer : Nama tokoh dan lokasi spesifik dalam cerita ini telah disamarkan.
Pada suatu sore sebuah truk melaju dengan deras. Si supir tampak kesulitan berusaha mengendalikan truk yang menjadi liar. Truk itu mengalami masalah pada pedal gasnya. Saat melaju pada gigi 4 dengan kecepatan 80 km/jam pedal gas tidak kembali ke posisi semula.
Disclaimer : Kisah ini berlatar Bandung di tahun 2000. Nama tokoh dan lokasi spesifik telah disamarkan.
Tidak terasa Rizki telah memasuki tahap akhir perkuliahannya. Rizki seorang mahasiswa sebuah universitas swasta di Jakarta, mengambil jurusan hukum. Saat itu dia sedang bersiap menyusun skripsi.
Disclamer : Nama tokoh dan lokasi spesifik dalam cerita ini telah disamarkan.
Yadi seorang supir angkutan umum minibus yang melayani rute kota M ke kota S dan sebaliknya. M adalah sebuah kota kecil setingkat kecamatan yang berjarak sekitar 100 km dari kota S. Durasi perjalanannya ± 5 jam. Yadi sendiri bertempat tinggal di kota M.