Bang Beben Profile picture
Jan 8 66 tweets 10 min read
Sandah : Kuntilanak Berwajah Lebar

Bab 8 : Misnah Yang Malang

Jangan lupa reply, share, RT dan Qrt yak. Selamat membaca 😇🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR
#ceritaserem #ceritahorror #ceritahantu #sandah
Jaya menatap lurus ke arah ibunya yang terbaring di ranjang. Setelah meminum obat dari mantri, wanita paruh baya itu tertidur lelap bagaikan bayi. Sesekali ia merintih, menahan sakit di kepala meski lukanya sudah dijahit. Untung lah ada acil Lela & acil Ijum yang setia menemani.
Jaya juga merasa beruntung dengan kehadiran julak Sarkani. Saudara tertua mendiang ayahnya itu selalu setia membantu keluarganya di saat susah. Meski dikelilingi orang-orang baik, Jaya tetap merasa gamang.
Jauh di lubuk hati, ia merasa bersalah atas semua yang terjadi belakangan ini.

"Tidak…aku tidak bersalah…" gumamnya dalam hati.

Jaya terngiang-ngiang kejadian dua tahun lalu, dimana hampir setiap hari ia bersitegang dengan Misnah.
Wanita yang dulu tempatnya berbagi keluh kesah, kini berubah menjengkelkan karena cemburu tanpa alasan.
Setiap pulang dari membawa kapal dagang, Jaya pasti dituduh bermain mata dengan wanita lain.
Jaya memang memiliki kapal dagang, mengambil barang di Banjarmasin lalu di jual kembali ke desa-desa di pinggir sungai.

Awalnya, Jaya tidak terlalu menanggapi tuduhan Misnah yang macam-macam.
Tuduhan sang istri dianggapnya angin lalu, hanya ungkapan rasa cemas karena mereka tak kunjung punya anak. Namun, tuduhan demi tuduhan itu kian lama membuat kepalanya seakan mau pecah.

Kapal dagangnya ia sandarkan berbulan-bulan di dermaga desa.
Beberapa anak buahnya pun ia berhentikan sementara karena rumah tangganya sedang dalam masalah.

Berbulan-bulan ia berdiam diri di rumah demi meredam kecurigaan Misnah. Namun, upaya menepis kecemburuan si istri tak berbuah manis.
Misnah justru menudingnya bermain mata dengan wanita di desanya sendiri.

Karena muak, Jaya akhirnya mengabulkan kecurigaan si istri. Ia yang tak pernah berselingkuh, mulai mencari wanita lain untuk diperistri.
Tanpa diduga, keinginannya mempersunting Atul langsung diterima pambakal Sarip. Hari itu, ia merasa puas. Tuduhan Misnah ia wujudkan menjadi nyata.

Misnah tersungkur, menangis pilu mengetahui suaminya mencari madu.
Hatinya remuk redam dan batinnya berantakan. Ia kecewa, belahan jiwanya mengkhianati janji suci mereka. Semua seolah terjadi begitu saja membuat Misnah bagai rakit hanyut tanpa arah, terombang-ambing dihempas jeram yang ganas.
Di hari persandingan Jaya dan Atul, ia semaput tak sadarkan diri.

Hajah Diana mengamuk, tak sudi datang ke pernikahan Jaya Sebagai wanita pekerja keras sejak kematian suami, ia menolak wanita dipermainkan oleh lelaki.
Tanpa diduga, justru anaknya sendiri yang menyakiti hati perempuan. Ia menentang habis-habisan, tetapi Jaya bersikeras. Anak tertuanya itu telah silau dengan kemolekan tubuh gadis muda.
Sejak itu, kewarasan Misnah terganggu. Ia mengurung diri di kamar, tidak makan berhari-hari. Badannya menjadi kurus seperti tengkorak, wajahnya kusut bagai gelandangan dan tampilannya berantakan tak ubahnya orang gila di pasar.
Yang mengerikan, rambut keriting menggantungnya dibiarkan terurai panjang, menjuntai hingga lantai. Tak pernah lagi ia rawat mahkota kecantikannya itu.

Hati hajah Diana turut merasa perih melihat keadaan menantunya.
Nanar matanya melihat perilaku Misnah yang kerap terlihat hanya mematung di depan cermin. Ia berusaha membujuk, tapi si menantu hanya bergeming. Dengan air mata mengalir di pipi, Misnah hanya sibuk menyisir rambut keriting yang tergerai tanpa mengucap sepatah kata.
"Nak…sudahlah...percuma kau meratap. Sifat lelaki seperti itu, selalu silau pada gadis muda. Tak ada yang kau bisa lakukan kecuali pasrah menerima nasib. Lagi pula, beristri dua tidak dilarang agama. Lebih baik ia bermadu daripada berbuat zinah di luar sana."
Nasihat hajah Diana bagai angin lalu, bujuk rayunya tak mempan. Ia iba melihat derita wanita malang itu. Dahulu, Misnah ia pungut dari jalan. Ia terkesima melihat keinginan gadis miskin itu untuk bertahan hidup.
Apapun dilakukan Misnah kecil agar bisa makan meski jadi pencuri dan dimaki-maki.

Di usia 8 tahun, Misnah hanya hidup berdua dengan ibu yang sakit-sakitan. Sang ayah telah menghilang, konon mati ditembak polisi karena menjadi perompak sungai.
Ibu dan anak itu tinggal di sebuah gubuk reot, beratap daun kajang nipah, beralas kardus bekas dan berdinding sak karung beras.
Sebenarnya, gubuk itu bekas kandang kambing milik tetua kampung yang tak lagi digunakan.
Apabila malam mereka kedinginan, apabila hujan mereka kebasahan. Demi bisa makan, Misnah mengumpulkan beras yang tercecer di pasar, kadang meminta-minta, kadang mencuri daun singkong tetangga. Kelaparan sudah jadi derita sehari-hari, sehari makan nasi tiga hari makan angin.
Kadang ada orang yang berbaik hati, memberi sebungkus mie instan yang bisa dibagi untuk tiga hari. Mata Misnah berkaca-kaca, ia rela tak makan asalkan sang ibu masih bisa bertahan.
Merebus air di tungku kayu menggunakan bekas kaleng biskuit, potongan mie itu ditambahi daung singkong supaya ibu yang terbaring sakit bisa kenyang. Sungguh menyayat hati, di usia yang sangat belia gadis kecil itu telah menjadi tulang punggung keluarga.
Apabila Misnah berjalan menyusuri kampung, ia pasti akan mendapat perlakuan kasar dari anak-anak seusianya. Ledekan, hinaan, lemparan batu atau ludah sudah jadi bagian kehidupan gadis kecil itu.
Apabila ia menangis, maka anak-anak nakal itu akan tertawa. Semakin menangis si Misnah, semakin tertawalah mereka. Memang, tampilan Misnah sungguh berantakan. Rambutnya awut-awutan, badannya dekil, kulitnya korengan, tubuhnya bau dan kukunya panjang tak pernah dipotong.
Suatu ketika, Misnah kedapatan mencuri dua mug beras salah seorang pedagang di pasar. Misnah segera diseret, dipukul menggunakan rotan, disiram air comberan dan diikat di tiang pasar. Waktu itu, semua orang tertawa.
Tidak ada seorang pun yang peduli dengan jerit tangis ketakutan gadis kecil itu.

Beruntunglah acil Diana kala itu sedang menagih utang para pedagang pasar. Melihat seorang gadis kecil diperlakukan semena-mena, rasa keibuannya langsung tergugah.
Misnah yang malang segera ia tolong dan orang-orang yang menertawakan ia marahi habis-habisan. Tidak ada yang menduga, rentenir penghisap darah itu justru menjadi malaikat penolong bagi si kecil Misnah yang ketakutan.
Hari itu juga Misnah dan ibunya dibawa pulang oleh acil Diana dan diperlakukan layaknya manusia. Air mata ibunya Misnah mengalir sebab baru pertama kali ia merasakan kebaikan seorang manusia.
Setelah bertahun-tahun tidur bagai hewan liar, akhirnya ia merasakan tidur di kasur yang empuk dengan dinding yang kokoh dan atap yang tidak bocor.

Si kecil Misnah dimandikan, rambutnya dipotong, korengnya dibersihkan dan wajahnya diberi bedak.
Hari itu, Misnah diperlakukan layaknya anak sendiri oleh bu Diana. Namun sungguh kasihan, dua bulan kemudian ibunya Misnah meninggal dunia karena sakitnya sudah terlalu parah.
Misnah kecil menangis meraung-raung, kehilangan ibu dan ayah di usia yang belia. Beruntung lah ada acil Diana yang merawat penuh kasih sayang. Gadis kecil itu ia besarkan dengan uang haram riba yang katanya tidak ada berkah.
Kehadiran Misnah ternyata membawa keberuntungan bagi bu Diana. Setiap kali ia diajak ikut menagih utang, urusan bu Diana berjalan lancar. Para pengutang yang sembunyi, galak atau pun mengancam, seakan luluh pada pesona Misnah.
Bahkan, ada pengutang yang kabur tiba-tiba datang membayar utang beserta bunganya.

Acil Diana sumringah, harta dan tanahnya terus bertambah sejak kehadiran Misnah. Ia pun perlahan meninggalkan bisnis rentenir dan mulai mengembangkan usaha lain,
jadi pemasok sembako bagi beberapa perusahaan tambang di sekitar. Ia bahkan bisa pergi ke tanah suci dari usahanya itu hingga kemudian mendapat gelar hajah.
Waktu berlalu, Misnah kecil tumbuh jadi remaja yang cantik jelita. Ia dan Jaya yang kerap bertengkar, malah tumbuh benih-benih cinta di antara mereka berdua. Hajah Diana cepat tanggap, kedua sejoli yang mabuk asmara itu ia nikahkan.
Hingga petaka itu datang, Jaya kawin lagi dan Misnah kembali larut dalam duka. 20 hari setelah menikah, Jaya tak pulang ke rumah. Lelaki itu memilih tinggal di rumah mertua, menikmati malam demi malam bersama istri muda.
Misnah hanya terbengong meratapi nasib. Setiap hari ia hanya menyisir rambut di depan cermin, lupa mandi, lupa makan dan lupa segalanya.

"Nak, kenapa gak dimakan ketupat kandangannya? Bukankah itu makanan kesukaanmu?" tegur hajah Diana seraya mendekat.
Sewaktu memegang pundak Misnah, wanita paruh baya itu tersentak lalu mundur dua langkah. Wajahnya pucat pasi dan darahnya seketika berdesir. Hajah Diana bergidik ngeri, tatkala Misna tiba-tiba menoleh sambil memegang belati.
Matanya nyalang penuh amarah, membuat hajah Diana gemetar ketakutan.

"Mis-Misnah…sabar nak…sabar…!"

Misnah yang gelap mata tak menggubris seruan ibu mertuanya. Belati itu acungkan tinggi-tinggi di udara, diarahkan tepat untuk menghujam jantungnya.
Sembari berteriak histeris, hajah Diana bertindak cepat. Tanpa pikir panjang ia langsung menerjang si menantu. Keduanya lantas terguling di lantai, menimbulkan suara berisik yang mengagetkan seisi rumah.
Pisau yang tadi dipegang Misnah telah terlempar ke bawah lemari. Keduanya bergumul dengan teriakan dan jerit tangis silih berganti.

Mendengar keributan di lantai atas, para pesuruh dan adik-adiknya Jaya bergegas berlari ke kamar Misnah.
Semua orang mendadak panik melihat tetesan darah di lantai keramik, memercik dari punggung hajah Diana yang terluka. Kedua wanita malang itu lantas dipisahkan dengan susah payah.
Misnah seketika tersadar mengetahui ibu mertuanya terluka. Tangisnya semakin pecah karena penyesalan. Berurai air mata, ia langsung memeluk mertuanya yang merintih kesakitan.

"Mama…maafkan anakmu, ma… maafkan aku ma…hu…hu…hu…"
Mertua dan menantu itu lantas berpelukan dalam cucuran air mata, larut dalam tangis kepedihan. Keduanya sakit hati karena lelaki yang sama, yaitu Jaya.

"Tenang nak…tenang…" hibur hajah Diana sambil membelai lembut rambut menantunya, "Jaya akan kembali ke pelukanmu.
Jaya pasti akan kembali."

Beruntung, luka hajah Diana tidak terlalu dalam. Hanya luka gores yang cukup panjang membelah punggung kiri. Setelah dijahit, kata menteri akan mengering dalam dua minggu.
Mengetahui ada kejadian heboh di rumah, hari itu juga Jaya langsung pulang. Ia kaget setengah mati melihat luka ibunya sedang dijahit mantri. Melihat Misnah di samping, seketika emosinya menggelegak.
Ia telah mendengar kabar, bahwa istri tertuanya itu hendak membunuh ibunya karena stress. Dengan mata melotot, tangan kekar Jaya menjambak rambut Misnah hingga kepala wanita itu terdongak.
"Kau apakan ibuku!?" hardiknya penuh amarah.

Cuuh!

Air ludah Misnah mendarat di wajah Jaya, membuat lelaki itu semakin naik pitam.

Plaak!
Sebuah tamparan di pipi membuat Misnah tersungkur di lantai, kepalanya membentur sisi ranjang dan bibirnya pecah berdarah. Seketika Jaya tersentak, menyesali perbuatan kasarnya. Semua yang di kamar ternganga, tidak mengira Jaya akan main tangan kepada Misnah.
"Jaya, apa yang kau lakulan!?" bentak hajah Diana menahan perih.

Tergopoh, Jaya berhamburan hendak memeluk sang istri tapi kadung ditepis Misnah. Wanita di hadapannya terisak karena perih di hati. Bukan karena tamparan di pipi, tapi karena si suami telah berani bermain tangan.
Misnah mendongak, menatap Jaya dengan air mata mengalir di sudut pipi.

"Ceraikan aku!" serunya lantang.

Bagaikan petir di siang bolong, Jaya terkejut dengan lontaran kata dari mulut Misnah.
Tidak hanya Jaya, tapi ibu mertua, mantri dan semua orang yang di kamar terkejut dengan ucapan Misnah. Wanita itu terlihat teguh dengan ucapannya, mengganti cintanya menjadi benci kepada suami.
Melihat keadaan semakin runyam, acil Lela dan Ijum bergegas membawa Misnah ke ruang lain, menenangkannya.

Malam itu, pertama kalinya Jaya tidur di rumah setelah pamit pada istri muda dan mertua. Berhari-hari ia meminta maaf tapi Misnah tetap tak bicara.
Rasa cinta di hati wanita itu telah beruhan menjadi rasa jijik bukan kepalang. Namun Jaya bersikukuh, tak mau menceraikan Misnah. Ia berjanji berlaku adil, membagi cintanya kepada kedua wanita itu sama rata.
Waktu terus bergulir, Misnah semakin hilang rasa cinta kepada Jaya. Pada bulan ketiga usai menikah, Jaya justru membangun kamar di halaman belakang, lengkap dengan kolam ikan dan taman kecil.
Sakit hati Misnah semakin menjadi mengetahui ia tinggal serumah dengan madunya. Beberapa kali ia terlihat memegang belati, menatap dari jendela kamarnya ke arah kamar Atul yang tengah mengandung. Kalau tidak ada hajah Diana yang mengawasi, bisa saja Misnah berbuat nekat.
Misnah sebenarnya ingin lari dari rumah tapi hajah Diana menghalangi. Ibu mertuanya berjanji bahwa Jaya akan kembali ke pelukannya. Beberapa bulan sebelum kematiannya, Misnah mulai berubah.
Istri pertama Jaya itu kembali merawat diri, menabur bedak di wajah, memerahi bibirnya dengan gincu, memakai minyak wangi serta memotong rambut dan menguncir rapi.
Jaya terkesima dengan kecantikan Misnah yang seolah kembali menjelma menjadi wanita muda. Berhari-hari ia bergelut dengan Misnah, tidak menghiraukan Atul yang cemburu. Mulutnya tak berhenti memuji kecantikan Misnah yang kembali berseri-seri.
Namun nahas, Misnah justru mendadak sakit karena menderita asam lambung akut. Kebiasaanya yang tidak menggubris makanan karena ulah Jaya justru berakibat fatal. Misnah meninggal beberapa bulan kemudian di dalam pembaringan.
Teng… teng…!

Jam dinding berdentang sepuluh kali menunjukan pukul 10 malam. Jaya langsung tersadar dari lamunan, menyeka air mata yang tanpa sadar mengalir di pipi. Di hadapannya, ibunya masih terlelap didampingi acil Lela dan acil Ijum yang masih setia menemani.
Sedangkan anak dan istrinya telah ia ungsikan ke rumah mertua.

Jaya pun beranjak hendak ke wc, tapi langkahnya seketika terhenti sewaktu pintu belakang terbuka perlahan tertiup angin.
Ia tertegun, karena melihat seorang nenek tua berpakaian serba putih di dekat gudang. Diterpa cahaya lampu yang temaram, nenek misterius itu berdiri mematung, menatapnya dengan sepasang mata yang runcing ke kiri dan ke kanan.
"Nini Tuha?" bisik Jaya tak percaya.

…berkentang…

Sampai jumpa di malam Jumat. Terima kasih sudah mau membaca, tabe 😇
Bagi yang ingin baca duluan atau sekedar mendukung, bab 9&10 sudah tersedia di @karyakarsa_id

karyakarsa.com/benbela/sandah…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

Jan 5
Sanda : Kuntilanak Berwajah Lebar

Bab 7 : Teror Sandah

#ceritaserem #threadhoror #ceritahoror #bacahorror
Ketika malam datang, desa Tumbang Lais benar-benar sunyi. Sebelumnya, selepas magrib pun desa ini telah sepi. Apalagi setelah tersiar kabar ada warga yang mati jadi hantu, membuat kampung ini tak ubahnya desa mati.
Saat-saat seperti ini, biasanya ada beberapa warga yang membawa serapang untuk menombak ikan di sungai, menyusuri lanting demi lanting. Akan tetapi, tampaknya malam ini mereka lebih memilih berdiam diri di rumah sambil menonton sinetron di televisi.
Read 63 tweets
Jan 3
-FULL THREAD-
SANDAH : Kuntilanak Berwajah Lebar

Teror bermula sewaktu jasad Misnah yang selalu gagal dihadapkan ke arag kiblat ketika hendak dikuburkan. Selepas magrib, desa yang berada di salah satu sungai di kalsel itu dicekam ketakutan. Image
Read 7 tweets
Jan 1
Sandah : Kuntilanak Berwajah Lebar

Bab 6 : Jejak Misterius

Jika berkenan, sudi kiranya like, reply, Rt dan Qrt.

Selamat membaca.

@IDN_Horor
@bacahorror_id
#ceritaseram #ceritahoror #bacahorror #sandah #kuntilanak #kalimantan #banjar
Tanpa diduga, hajah Diana merangsek ke depan penuh amarah dan kebencian. Wanita itu melompat, hendak menerkam sang menantu. Jari-jarinya yang kurus membentuk cakar, menyasar leher si Atul yang tengah terpojok sambil mendekap bayi di pojokan.
Atul menangis ketakutan, menjerit sekencangnya dengan tubuh gemetaran.

Braak…!

Julak Sarkani bertindak cepat. Ia berhasil menerjang hajah Diana tepat beberapa senti sebelum wanita itu bisa mencelekai si ibu dan bayinya.
Read 54 tweets
Dec 29, 2022
Sandah : Kuntilanak Berwajah Lebar

Bab 5 : Jejak Darah

Jangan lupa like, reply, Rt dan Qrt yak.
@IDN_Horor @bacahorror_id @HorrorBaca
#ceritaserem #ceritahoror #ceritamalamjumat #threadhorror #sandah #kuntilanak #banjar #kalimantan Image
Pambakal Sarip duduk termenung di halaman belakang rumahnya. Duduk di atas kursi rotan dan berteman segelas kopi, ia menatap sekumpulan ayam peliharaan yang tengah mematuk benih padi.

Meski tubuhnya ada di situ, pikirannya berada di tempat lain.
Jauh di lubuk hati, kepala desa itu merasa senang dengan kematian Apri. Setidaknya, pemuda tak jelas masa depan itu tidak lagi mengganggu anaknya yang telah bersuami. Sebenarnya, bukan kedudukan atau harta yang membuatnya tidak merestui hubungan Atul dan Apri.
Read 41 tweets
Dec 25, 2022
Sandah : Kuntilanak Berwajah Lebar
Bab 4 : Tangis Dari Dalam Kubur

Jangan lupa like, komen, share, reply, rt dan qrt yak 😀.

#ceritaserem #ceritahoror #threadhorror #kalimantan #sandah Image
Matahari belum terlalu tinggi, pagi-pagi sekali julak Sarkani sudah terlihat gelisah di depan rumah hajah Diana. Sejurus kemudian, orang yang ditunggunya telah berdiri di depan pintu.
Jaya terlihat kesal karena dibangunkan sepagi ini. Kejadian yang dialami si ibu dan istri kedua sungguh membuatnya pusing. Akan tetapi, rasa kesalnya pada julak Sarkani langsung sirna detik itu juga. Mendengar penuturan pak tua itu, amarah Jaya seketika menggelegak.
Read 60 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(