, 35 tweets, 6 min read
Mumpung lagi gabut, gue mau bagi cerita lagi #memetwit
.
Waktu awal kuliah, gue punya temen namanya Nik. Kalau kata orang-orang, dia termasuk pemilik 'aura hijau' yang didemenin sama saudara beda alam.
.
Suatu hari, Nik pindah kosan ke Tubagus Ismail Dalam. Biar deket kampusnya.
Kosannya biasa aja, bentuknya rumah dua lantai (again). Di lantai satu, cuma ada dua kamar sama kamar mandi. 4 kamar lain di atas.
.
Baru beberapa hari pindah, si Nik tumbenan manggil gue ke kosannya. Katanya buat bantuin nugas dengan bayaran seporsi sate.
Gue dateng sekitar abis maghrib, dikasih makan dulu, terus baru ngendon di kosan Nik. Awalnya sih biasa aja. Sampai sekitar jam 10 malem, kaca jendelannya digedor.
.
Gue kira razia ibu kostnya (yang tinggal di rumah seberang). Gue uda ga enak, mau pamit, jendela digedor lagi.
Pas gue keluar, ternyata enggak ada orang. Khusnudzon, mungkin udah cabut si ibunya.
.
Jendela digedor lagi, waktu gue lagi pakai sepatu di depan rumah. Hening. Kan di depan jendela enggak ada orang, dan di dalam kamar Nik juga ga ada siapa-siapa. Terus gimana cara gedornya?
"Yo, sini aja lah. Mending lo jangan pulang dulu," rayu Nik.
.
Gue enggak mau.
.
"Please lah, malem ini aja. Gue takut. Please."
.
Gue tetep ga mau.
.
"Gue bayarin makan malem seminggu deh, please."
.
Oke, gue mau. Emang murahan anaknya.
Canggung, kita sempet ngobrol dulu sambil main Ragnarok (waktu itu demen banget gue). Jendela digedor, tapi kita abai. Biarin aja, pura-pura budeg.
.
"BRAKK!!"
.
Kali ini jendela digebrak, pas kita nengok, ada bekas tangan ngecap di situ.
.
"Nik, gue balik ah." Nyali mulai ciut.
Tapi si Nik, rayuannya maut. Daripada takut, kita mulai nonton, volume dikerasin. Bodo amat, berisik juga.
.
Sekarang giliran pintu digedor. Kirain tetangga yang mau protes, mau si Nik berdiri buat buka, pintunya kebanting.
.
"BRAKK!!!" jemuran rontok.
.
Tapi gak ada orang lagi..
Gue udah mulai males, si Nik makin melas. "Lo kalo balik sekarang, gue ikut." Ini lebih ga mungkin lagi.
.
"Yaudah, tidur aja. Biar tau-tau pagi."
.
Pintu dikunci, Nik tidur di kasur, gue rebahan di lantai. Nyudut.
.
Saran buat tidur aja (atau pura2 mati) awalnya manjur, sampai..
Sampai gue kebangun gara-gara selimut yang gue pakai pindah ke ujung kamar (beda ujung sama gue maksudnya) dan udara mulai dingin.
.
Ah, mungkin gue tidur berantakan.
.
Duduk, garuk2 bentar, lalu males-males ngambil selimut. Gue liat si Nik tidur nyenyak, meluk gulingnya.
Aman, damai.
.
Sampai guling yang lagi dipeluk Nik merosot. Kayak ada yang narik dari arah kaki si Nik.
.
Sampai di ujung kasur, gulingnya 'berdiri'.
.
Gue speechless, ingin pura-pura mati tapi enggak bisa. Lalu merapal doa apapun yang gue inget, termasuk doa buka puasa.
Cukup lama sampai akhirnya itu guling jatoh lagi (lemes, layaknya guling pada umumnya). Inilah, kenapa gue enggak suka guling.
.
Kirain udah aman, jendela kamar Nik kembari digedor. Gue diemin aja, ngesot, lalu duduk di pojokan ruangan. Ingin googling "cara pingsan dalam sekejap"
Jendela digedor lagi. Mungkin kesel karena dicuekin, sekarang gordennya ngebuka.
.
Jendela digedor lagi. Bodo amat.
.
Si empunya kamar masih pules, mukanya kayak enggak ada dosa padahal baru aja meluk dedemit guling.
.
Hening.
Lanjut.
.
Karena gue rasa udah kondusif, lagian udah adzan subuh harusnya udah pada pulang ke alamnya (teori sesat). Jadi gue beranikan diri ambil selimut, lalu beranjak nutup gorden, kan gak enak kalau diliat dari luar.
.
Baru berdiri di depan jendela, baru megang ujung gorden..
"BHUAKK!!!"
.
"Astaghfirullah!"
.
Jantung gue berasa pindah ke dengkul. Ada muka orang tiba-tiba nemplok di jendela.
.
Saking kagetnya gue langsung loncat, ngeringkuk di sebelah kasur. Ah apaan nih, katanya kalo udah pagi hantu pada balik kandang.
.
Gini kira2, cuma berwarna.
Nik kebangun, mukanya bete. "Napa sih?"
.
Bodo amat. Gue minta pulang dan gak mau balik-balik lagi. Sudah cukup satu malamnya.
.
Tapi rupanya, gue tetep harus balik lagi ke kosan kampret itu sekali lagi.
Lama kemudian, gue harus ke kosan Nik buat nganter barang dari pacar gue (sekarang mantan, hmm). Pacar gue pedagang, Nik pembeli, dan gue budak angkut.
.
Nganter tapi gak dibayar, suka semena-mena emang kalau udah jadi pacar (curcol dikit).
.
Nik waktu itu bari balik dari gunung.
Ada acara sama kampusnya. Gue pikir aman lah ya kalau gue dateng siang bolong, pasti enggak serem.
.
Dan tumben, di kamar Nik waktu itu ada temennya dua biji (yang sama-sama dari gunung). Si Nik keliatan sakit, pucat dan tak bersemangat.
.
Barulah gue tau, rupanya di gunung...
Rupanya waktu di gunung Nik kesurupan penunggu gunung. Tiga hari kemping, dua hari kesurupan :) Nice girl.
.
Usut punya usut, temen kempingnya si Nik buang hajat di sungai, gak pake permisi. Lalu yang nunggu bete. Wajar sih, gue juga bete kalo tiba2 ada yang boker depan gue..
Dan entah kenapa, mereka milih si Nik sebagai "media unjuk rasa". Mungkin karena si Nik anak politik (apa coba).
.
"Oh, gws deh," kata gue, yang enggak mau lama2. Enggak ada empatinya emang.
.
Meski dagangan sudah diantar, tapi gue ga bisa pergi dulu. Dua temen Nik mau beli makan
Perasaan gue udah enggak enak. Si Nik masih diem, enggak ceriwis kayak biasanya. Tatapan matanya kosong.
.
"Nik, jangan bengong ntar kesurupan lagi."
.
"Grrrrrrrrr...."
.
Lah dia ngegeram. "Nik?"
.
"Grrrrrrr.... GRRR!!"
.
Oke, gue mundur teratur. Gue kunciin Nik dari luar.
Bukannya gimana, gue sadar diri, ibadah gue bolong-bolong. Takutnya, nanti malah gue lagi yang kesambet, lebih susah kan. Badan gue lebih gedhe.
.
Gue bingung mau ngapain. Dari luar kedengeran, si Nik makin keras menggeram, sambil garuk-garuk pintu. Heran, kesurupan apa dia?
Meski bokap gue tukang Ruqyah, tapi gue enggak punya ilmu itu. Karena bingung mau ngapain, gue tunggu sampai dua temennya Nik dateng. Sambil jajan di warung seberang.
.
Begitu mereka balik, mereka nanya kenapa gue di luar. Gue cuma nyengir aja.
Pintu dibuka, bak kucing garong rebutan ikan asin, Nik langsung menerkam keluar. Posisinya beneran kayak kucing lagi nerkam.
.
Nik ngamuk, dia nindihin salah satu temennya, sebut aja Nia. Lupa namanya. Kedua tangannya mencekik leher Nia.
.
Menggeram, minta balik.
In my opinion, kalau udah nempel kenapa minta balik? Kenapa gak lepas aja sebelum Nik balik? Bikin repot.
.
Balik lagi. Temen satunya lagi, anggep aja namanya Susi, teriak minta Nik istighfar.
.
"Nyebut Nik! Nyebut!"
.
"Grrrrrrrrr!!!!"
.
"Astaghfirullah!"
.
"Grrrr!!!"
Suasana makin "panas". Peristiwa Nik kesurupan jadi tontonan warga sekitar.
.
"Pegang tangannya!" kata bapak haji, yang punya warung.
.
Ragu, gue takut kesurupannya nular, kayak waktu di SMP gue dulu. Tapi yaudah, pasrah kan. Daripada dibilang gak gentle...
Sekadar informasi, cara cukup ampuh untuk menangani orang kesurupan adalah: dipencet jempol kakinya. Niscaya, setan tersebut akan kesakitan. Mungkin kayak dipencet b*** kali.
.
Nik makin menjadi. Dengan badannya yang kecil mungil, dia susah dikendalikan padahal kita udah berempat
Eh ini gue nulis udah kepanjangan kayaknya.
.
Singkat kata, dia ngamuk ga karuan, memberontak dengan kekuatan kuda. Beneran, itu kuat banget. Udah enggak diitung berapa kali gue kesikut, mungkin udah ada beberapa rusuk gue yang rontok ke dengkul.
.
Jelang isya, Nik mulai kalem.
Gue belajar hal baru: kalem itu tidak sama dengan "selesai".
.
Ingat, jin gunung ini enggak mau ikut program urbanisasi. Mungkin dia kaget dengan keadaan kota, dia minta dipulangin ke gunung.
.
Bala bantuan lain datang, masih temen Nik juga. Anggep aja namanya Sur dan Jon.
Kalian pasti kecewa, tapi dari situ, gue lepas tangan. Ingat, gue enggak masuk dalam kelompok "berak-sembarangan-di-gunung", posisi gue di situ cuma "kurir-yang-terjebak-situasi".
.
Gue enggak nanya2 lagi. Tapi sekitar seminggu kemudian, gue ketemu Nik. Lalu, apa dia udah normal?
Rupanya tidak sodara-sodara.
.
Gue enggak sengaja ketemu Nik di gerbang gang kosan dia. Masih siang bolong. Dia lagi diem berdiri nunduk di gapura, sambil megang kakinya. Mulutnya komat kamit.
.
Gue mikir, apa kesurupan ada efek samping jangka panjang?
.
Tadinya gue mau pura-pura enggak kenal. Tapi dia uda terlanjur liat dan manggil. Gue enggak mau dikira sombong, gue sapa balik.
.
"Rio, tolong gue. Ada kakek-kakek megang kaki gue, ga mau lepas. Gue udah dua jam di sini. Ga mau lepas."
.
Diem. Gue liatin lagi. Nik cuma sendiri.
Gue kira becanda. Gue tarik tangannya, ga bergeming. Gue dorong badannya, dia tetep diem di situ. Bener2 kayak ada yang narik kaki dia.
.
Gue mau gendong, ga bisa juga. Dia mulai nangis. "Gimana nih, kalau gue ga bisa lepas dari sini."
.
Bertubu-tubi. Rupanya pasca kesurupan...
Nik malah makin intens diganggu. Dia jadi gampang kesambet. :') Katanya, "dicintai bangsa lain".
.
Lagi jalan, kesurupan. Pernah. Lagi jalan, ada yang minta "digendong". Sering.
.
Balik lagi, karena gue ga tau mau gimana sama Nik yang stuck di gapura. Gue temenin aja
Cukup lama, dari siang sampe abis isya. Enggak keitung berapa orang mencibir, dikira kita lagi mojok... di gapura. Gak elit emang.
.
Gue tahan, demi pertemanan. Begitu kakinya bisa gerak, Nik lemes. Gue anter ke kosan, gue panggil temennya.
Pas awal, iba. Tapi lama2 kalau tiap belokan dia ketempelan "jin" yang beda2 kan capek juga.
.
Gue (yang tegaan dan sok sibuk ini) mulai mengurangi intensitas maen bareng Nik. Kejam emang...
.
Gue ga tau deh, apa dia masih sering kesurupan tiap gang apa ngga, ga tau juga kabarnya
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Ambrogio Balakosa

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!