Profile picture
Ambrogio Balakosa @balakosa_amb
, 25 tweets, 5 min read Read on Twitter
Tiap lewat perlintasan rel kereta selalu inget pengalaman waktu awal tinggal di Ibu Kota #memetwit.
.
Waktu itu, disamping kerjaan tetap, kalau malem gue jaga rumah di daerah Jatinegara, Jaktim.
.
Di rumah itu ada yang ngurus rumah namanya Bu Ana dan anaknya, Maria.
Karena tiap Jumat gue libur, kadang gue sempetin nganter Maria sekolah. Dia masih SMP.
.
Buat sampai ke sekolahannya, harus nyeberang rel kereta dulu. Pagi itu, sebagai warga negara yang taat lalu lintas, gue berenti begitu palang relnya ditutup.
.
Meski keretanya belom keliatan.
Tapi orang Jakarta banyak yang enggak sesabar gue. Gue dikata-katain, dibilang gobl*k karena enggak nerobos padahal kereta belom keliatan.
.
Gue minggir, ngasih jalan buat yang mau nerobos. Salah satunya seorang bapak yang apes banget. Pas dia nerobos, kereta lewat.
.
Ketabrak.
Badannya keseret, kakinya putus kepisah sama badan.
.
Gue kaget, tapi enggak ikut nolong, apalagi nonton. Begitu kereta lewat, palang dibuka, gue lewatin aja itu rel. Sementara orang2 mulai ramai mengerumuni mayatnya, minggirin motornya yang ancur.
.
Maria gak boleh telat kan.
"Kak, aku tadi ga sengaja tatapan sama bapaknya," kata Maria, wajahnya pucat.
.
"Iya gue juga. Udah gih masuk,"
Gue juga tatapan sama Bapaknya, pas dia marahin gue gara2 ngalangin jalan buat nerobos palang.
.
Karena tuntutan pekerjaan, gue biasa liat mayat manusia segala wujud...
Mulai dari yang ancur, angus, dan lain2. Jadi gue biasa aja, pas pulang enggak pikiran apa2.
.
Rupanya beda sama Maria.
.
Malam harinya, gue lagi asik nonton UFC, si Maria teriak kenceng banget. Gue langsung lari ke atas, ke kamarnya. Dia lagi ditenangin sama ibunya, histeris.
"Kak! Bapaknya ngikutin sampe rumah!" Dia nunjuk sebelah gue.
.
"Ini gara2 aku ke-gap liat tadi!"
.
Jadi rupanya, yang dia maksud "kontak mata" itu bukan sama si Bapak pas masih hidup, tapi sama arwahnya... yang masih ada di rel itu.
.
Dan karena Maria bisa "liat", doi ngikut..
Ah, mungkin efek trauma. Ga tiap hari kan bocah SMP dikasih kesempatan liat begituan.
.
Jadi, meski si Maria ngerengek minta dianter ke rumah si Bapak, gue cuekin.
.
Gue balik lagi turun, nonton UFC.
.
Lagi seru-serunya, giliran gue yang polos dan tau apa2 ini yang diganggu.
Pantat gue basah, pas nengok.. lah air dari galon ngucur terus. Padahal di situ cuma ada gue, dan gue belom nyentuh galon sama sekali.
.
Sialan. Kalo mau iseng, jangan bikin rugi ah. Dikira air galon murah apa ya. :')
.
Berusaha ga mikirin, gue ambil ember sama lap pel. Kerja nih
"Kak, ayo anterin," kata Maria dari belakang gue, yang lagi asik ngepel.
.
"Ngapain sih."
.
"Bapaknya mau pulang ke rumah. Ayo."
.
Gue acuh, males juga kan. Lagian kenal juga enggak, udah malem pula.
.
Pas gue mau meres air dari lap, embernya ga ada. Pun dengan Maria.
Ini bocah, merajuknya gitu amat. Ember masih dipake kenapa diambil dah. Dan bener, gue menemukan ember itu di bawah tangga.
.
Maria turun, dengan wajah tanpa dosa.
.
"Ember masih dipake juga, jangan disingkirin dulu. Bantuin ngepel kek," kata gue.
.
"Apaan sih, orang baru turun."
Lalu, siapa Maria yang ngajak minta dianterin tadi?
.
"Kak, ayolah anterin dulu bentar," kata Maria yang baru turun.
.
"Aduh, males. Lagian mau ngapain? Emang kenal? Emang tau alamatnya?"
.
"Dia bilang mau nunjukin. Harus sekarang kak. Ayo," kata Maria, merajuk, narik kaos gue.
"Males gue..."
.
"KAKAAAAAK!!!" dari atas, kedengeran suara Maria memanggil.
.
Tunggu, kalau ada Maria di atas, terus Maria yang lagi maksa gue buat nganterin dia ini siapa?
.
Gentar juga aing. Gue liatin, napak kok kakinya. Asli nih yang sebelah gue.
.
"KAKAK BURUAN SINI!"
"Anterin aku dulu, ayo," bujuk Maria yang di sebelah gue. Sementara Maria yang di atas terus manggil gue.
.
Aduh, jadi gini rasanya diperebutkan? Cakep mah bebas..
.
"Harus sekarang, ayo kak. Sekarang, aku udah enggak tahan," bujuk Maria.
.
"KAK TOLONG!!" yang diatas makin keras.
Karena ga tahan, gue mutusin buat naik juga. Di ujung tangga atas, gue PAPASAN LAGI SAMA MARIA!
.
Ya Allah, kalau mau dikloning kenapa enggak Scarlett Johansson aja sih.
.
"Kak ayo anterin aku!" kata Maria yang di tangga.
.
"Tadi kenapa teriak?"
.
"Aku enggak teriak. Ayo anter."
"Ngumpetin ember gak?".
.
"Engga, ayo anter.."
.
"Barusan ke bawah enggak?"
.
Maria yang ini menggeleng. "Ayo.."
.
Ok fix, ini duplikat yang lain. Baru mau gue tolak, suara teriakan Maria kedengeran dari kamar dia.
.
"MAR YANG ASLI YANG MANA?" gue uda mulai bete.
Gak adil, yang nerobos siapa, yang bisa liat siapa, yang digangguin siapa. Apa gue harus ganti nama biar ga kena bala terus?
.
Lanjut. Gue tinggalin Maria barusan, gue ke kamar Maria (yang asli). Too much Maria, semoga ga bingung ya.
.
Baru mau gue ketuk, Maria keluar.
"Kak ayo anterin."
.
"Ini asli apa bukan?" langsung nanya, to the point. Aku tu cuma mau nonton UFC dengan tenang, dek.
.
Ga dijawab. "Pokoknya anterin dulu. Ayo."
.
Anterin mulu, kenapa ga balik sendiri sih ah.
.
Gue terobos masuk, dan bener, ada Maria lainnya di kasur, nangis.
"Kak, ayo... aku udah ga tahan. Ayo," ujar Maria yang di atas kasur, terisak. Di sebelahnya ada ibunya, jadi (in my opinion) ini pasti asli.
.
"Yaudah ayo. Tau kan jalannya?" Akhirnya gue luluh.
.
Kita turun, gue nyalain motor. Sampe sini gue masih mikir, "gue ingin ngapain sih"
"Kak, majuan dikit. Bapaknya mau ngebonveng di belakang," kata Maria.
.
wft. Kan arwah, napa gak terbang sih? Apa loncat, atau apa kek. Why musti ngebonceng bertiga kayak cabe-cabean?
.
Gue udah males protes, gue maju dikit. Maria nempel ke gue, jadi ada sisa kosong di belakang
Dan sejujurnya, emang berat sih. Kayak beneran ngeboncengin dua orang. Apa sugesti?
.
Maria nunjukin jalan kayak udah apal betul tempatnya. Kita ke daerah Tebet. Mayan jauh kan.
.
Gue mikir, seru kali ya kalau disasarin sampai kuburan atau tempat lainnya.
.
Tapi rupanya enggak :)
Kami sampai di depan rumah biasa, ada bendera kuning tanda lelayu. Meski udah malem, masih ada beberapa orang di luar. Bapak2 lagi ngobrol2.
.
"Ini rumah Pak (sebut aja) Slamet? Keluarganya ada?" tanya Maria yang entah tau namanya dari mana.
.
"Iya bener, saya panggil dulu"
Ngobrol2, ternyata benar itu rumah bapak2 yang ketabrak tadi pagi. Jago juga nih si Maria, batin gue.
.
Intinya, arwah bapak itu minta tolong ke Maria buat menyampaikan sejumlah pesan ke keluarganya.
.
Pesan aja, ga sama request lagu.
.
Macem di radio gitu lah.
Abis kejadian itu, apa masih ada gangguan?
.
Gue pribadi sih ga ngerasa ada gangguan, selain dari yang emang penghuni rumah itu :) Tapi ga ganggu, cuma ngendon aja di spot2 tertentu.
.
Lagipula, enggak lama setelah itu gue resign dari situ dan pindah ke Jalsel. :))
Sebenernya, daripada serem, pengalaman ini cenderung annoying sih. Dan fenomena "duplikasi" semacam ini cukup sering terjadi di masyarakat, di mana aja. Cuma ini paling annoying.
.
Btw, kalau berkendara hati2 ya, waspada dan taati rambu lalu lintas (pesan dari Duta Korlantas RI)
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Ambrogio Balakosa
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($3.00/month or $30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!