Profile picture
Ambrogio Balakosa @balakosa_amb
, 32 tweets, 6 min read Read on Twitter
Sebelum gw ngontrak di rumah yang ini (di thread sebelumnya), gue 3 tahun tinggal di Bangbayang juga, masih di gang yang sama tapi beda tempat, beda RT pula (apal).
.
Rumah ini nyaman banget, harga terjangkau. Sayang kami harus pindah karena diusir :') #memetwit @InfoMemeTwit
Tiba-tiba, rumah ini pindah kepemilikan. Dan pemilik yang baru, enggak selow banget. Kita dipaksa angkat kaki dalam waktu 3 hari. Sialan kan. Itulah kenapa, kita enggak punya waktu buat cari asal usul kontrakan yang baru.
.
Kenangan soal rumah lama pun muncul.
Rumah ini cukup besar, dengan 3 kamar, dan ruang tamu serta dapur yang dialihfungsikan jadi kamar (jadi total ada 6 kamar).
.
Dulu, kita masih jadi mahasiswa unyu waktu awal tinggal di sini. Dan masih belum paham sama 'sapaan hangat' dari 'penghuni' yang lama.
Secara bergilir, si 'penunggu' rumah ini menyapa kami dalam tidur. Entah efek psikologis atau gimana, kami memimpikan hal yang sama secara bergantian.
.
Kecuali gue, gue dilewatin sama mereka waktu sapa-sapaan hangat.
Mimpinya selalu bersetting di rumah itu, cuma mungkin masanya berbeda karena rumahnya masih keliatan baru. Temen2 gue (kan cuma gue yang enggak ngimpiin), dalam mimpinya menjadi tamu yang disambut ramah.
.
Dalam rumah itu, ada satu keluarga. Bapak, ibu dan dua anak cewek remaja.
Semua pintu dalam ruangan terbuka lebar, memperlihatkan isinya (yang menurut temen gue sebenernya ga keliatan, tapi berasa keliatan. ngerti kan?).
.
Kecuali satu pintu, yaitu pintu kamar utama yang terletak di depan. Kalau di denah, itu "kamar 1", dan temen gue makan di R.tengah
Kayaknya skenarionya itu2 aja, temen gue (ngakunya sih semuanya), nanya "Itu ruangan apa? Kok ditutup?"
.
Keluarga ini tampak gelisah, saling pandang. Lalu salah satu dari mereka bilang, "Lebih baik kamu tidak tahu, bahaya."
.
Singkat kata, temen gue penasaran (dalam mimpinya).
Keluarga itu lenyap (namanya juga mimpi kan, jangan tanya gimana). Lalu teman gue yang penasaran nekad masuk ke ruangan terlarang itu.
.
Di dalamnya, ada seorang ibu-ibu paruh baya berbaju merah, duduk di atas tempat tidur sambil nyisir rambut, memandang ke luar jendela. Sendu.
Temen gue --yang cuma bisa liat sosoknya dari belakang-- mendekat. Niatnya sopan, kan. Mau nyapa.
.
Pas ditepok bahunya, ibu-ibu itu nengok. Dia senyum, tapi makin lama senyumnya makin lebar. Mukanya pun berubah... (gue kasih ilustrasi, susah gambarinnya).
.
temen gue kebangun.
Yang pertama ngimpi, namanya Buyung, anak kamar nomor 4 (liat denah). Awalnya kita biasa aja waktu Buyung cerita.
.
Malem berikutnya giliran si Mifta, di kamar nomor 2. Kita masih biasa aja, kebetulan.
.
Sampai orang ke-3, ke-4, dan ke-5 ngalamin, wah ini udah gak beres.
Salah satu temen main gue, ada yang indigo, Sei. Dia main ke kontrakan di awal kita pindahan, kamar gue masih kayak sarang. Tapi semua uda ngerasain disapa sama yang 'nunggu'.
.
Pas dateng, Sei banyak "nyapa" yang gak keliatan.
"Ramah2 ya di sini," kata Sei, mukanya kayak betah.
Tapi gue yang gak enak. Karena jelas, yang di sapa sama Sei bukan manusia. Damn.
.
Karena kamar gue penuh barang, Sei gue biarin ngedeprok (apa itu bahasa Indonesianya?) di ruang tengah. Sambil liat-liat, mata Sei tertuju ke Kamar I.
.
"Jahat," kata Sei, kecut mukanya.
Menurut Sei, di dalam kamar I (selanjutnya kita sebut, kamarnya Oji) itu penunggunya paling agresif, enggak ramah, dan suka 'menyulut emosi'.
.
Kita berenam pas lagi ngumpul, Sei lalu melanjutkan ceritanya.
.
(dijeda dulu, mau kerja bentar gue).
"Ibu-ibu, agak tua. Dia tuh enggak suka kalian di sini. Dan dia kayaknya demen nempel si Oji, gangguin, nempelin biar males."
.
"Dia juga enggak suka, kalau ada yang masuk ke kamar itu selain si Oji. Kayaknya dia mulai ngerasa cocok," tambah Sei.
.
Mampus si Oji.
Semua deskripsi yang diceritain Sei soal 'ibu-ibu'di kamar Oji identik dengan yang di mimpi anak-anak. Jadi mau enggak percaya, ya gimana.
.
Kita nepuk bahu Oji, prihatin. Sekalinya disukai, malah sama ibu-ibu. Bukan manusia pula.
.
Ingat, ibu2 itu bukan satu2nya yang nunggu.
Kamar gue, meski ada jendelanya, tapi sirkulasi udaranya enggak enak. Jelaslah, jendela ini menghadap langsung ke kamar mandi belakang dan tangga menuju tempat jemuran di atap.
.
Kena cahaya matahari dikit sih dari tangga, tapi kalau ada yang diare lupa diguyur, gue kena bala jg.
Cermin di lemari kamar gue kan copot. Bukan mistis, ini emang murni karena udah tua. Lemari turun temurun.
.
Jadi, cermin ini gue sandarin di tembok, menghadap ke jendela (dan kasur. Katanya sih pamali, tapi apa daya, enggak ada tempat lagi).
.
Pernah, gue lagi ngaca.
Harusnya pantulan di cermin itu cuma gue, jendela, dan tangga. Nah, tapi gue liat ada siluet orang lagi duduk di tangga. Enggak terlalu jelas gender atau mukanya, kan siluet.
.
Gue kira bocah yang sering main layangan di atap rumah (anak gang, ga punya lapangan). Ternyata bukan.
Karena waktu gue nengok, di tangga enggak ada siapa-siapa. Mungkin gue halu.
.
Gue ngaca lagi, dan sosok itu masih ada di tangga. Gue nengok, enggak ada. Di cermin ada, di tangga aslinya enggak ada.
.
Perlahan tapi pasti, cermin gue pindah. Jendela gue tutup. Kabur. Takut juga.
Kata Sei, itu emang penunggu di rumah ini. Tapi dia baik, dia enggak suka ganggu, cuma suka merhatiin aja dalam diam. Sialnya, karena kamar gue pas di depan tempat ybs 'mangkal', maka gue yang paling sering diperhatiin.
.
Sialnya lagi, menurut Sei, ybs itu bapak2 :')
Kadang berasa sih, kalau tiap malem gue latian boxing di dalam kamar, suka ada suara berat yang bantu ngitung. Baik.
.
Kalau udah jam sekian, jendela kamar gue bakal digedor. Tanda gue harus berenti olahraga dan tidur.
.
Tidur karena males digangguin lagi.
Awalnya sih takut, tapi lama-lama woles juga. Apalagi gue percaya, kalau dia baik.
.
Tapi, kalau gue lagi ngerokok sambil duduk di jendela (biar asepnya enggak masuk kamar, pengap), kadang ybs nemenin juga. Ada bara api rokok ngambang gitu di tangga.
.
Ajib, kopi mana, kopi?
Kalau udah gitu biasanya gue matiin rokok, turun dari tangga, sambil bilang "Bang, saya duluan deh. Thanks"
.
Alhamdulillah, enggak pernah dibales sih.
.
Selama tiga tahun, siapa sangka kami akan diberikan ucapan perpisahan juga waktu pindahan, ke rumah baru (yang lebih serem).
Ingat, kami cuma dikasih waktu 3 hari buat pindah. Rasanya pengen datengin pemilik yang baru, terus gue tonjokin saking keselnya.
.
Bukan cuma karena mendadak, tapi cara 'ngusirnya' udah kayak kita enggak bayar tiga tahun.
.
Dan karena berbarengan dengan UAS, pindahan jadi ribet.
Barang2 bercampur sama tugas2 setengah jadi. FYI, kita semua anak seni rupa, jadi paham lah barang2 tugasnya gimana.
.
Pacar temen2 gue dan sodaranya juga ada yang dateng bantuin. Pengertian emang. Karena kita pindah H-1, sebelum diusir beneran.
.
Sayang, gue LDR waktu itu(baper)
Banyak barang, ribet (untung pindahnya deket), dan banyak orang yang bantuin, bikin kami enggak ngeh kalau ternyata selama proses pindahan para 'penghuni rumah' ikut bantuin.
.
Di saat terakhir, mereka masih baik. Makasih, asal jangan ngikut pindah aja.
Gue yakin banget, waktu packing, ada cewek berambut pirang (karena bule cat sendiri itu wajar, jadi gak curiga gue) yang dateng nyamperin. Nawarin bantuan.
.
Gue kira itu pacar atau sodara temen gue. Enggak enak kan, gue tolak alus. Dia tetep di situ, ngajakin ngobrol. Nemenin.
Kita ngobrol, tapi karena banyakan gue yang ngebacot, lama-lama gue capek ngomong. Dia masih duduk di atas kardus, sambil liatin gue aja, sesekali senyum.
.
Manis juga, gue tikung apa ya?
.
Oh, lokasinya ada di kamar gue. Jadi gue ga tau di ruang lain lagi pada ngapain.
Barang selesai dipacking, sambil nunggu gerobak sewaan (kan deket pindahnya, di gang pula), kita leha-leha, istirahat sambil nyeruput minum.
.
Minumnya sisa satu. Lalu Oji nanya, "Eh ini buat cewek itu tuh, yang pirang. Cewe siapa?"
.
Saling tuduh. Gak ada yang ngaku.
"Gue kira kalian yang bawa, kok baik banget dia nemenin gue packing seharian di kamar," kata Oji.
.
"Lah, gimana? Dia seharian nemenin gue," kata Mifta
.
"Dia di gue kok," kata Buyung.
.
Dan gue tau, dia kan di kamar gue seharian. Duduk diem, ngeliatin sambil senyum dikulum.
Pengennya sih khusnudzon, mikir kalau ini 6 orang berbeda. Meski dengan ciri2 yang identik. Tapi kok sulit, ya.
.
Kami ketawa, kering. Menyadari cewek ini bukan bagian dari kami. Untung belum jadi gue tikung, kan. Siyalan emang.
Pindahan pun dipercepat, takut mbaknya mau ngikut kan.
.
Meski sampai sekarang siapa sosok cewek ini masih jadi misteri, tapi kita sedih juga ninggalin rumah yang jadi sarang selama 3 taun.
.
Tapi enggak mau kalo diajak reuni, ngrokok bareng sama yang di tangga. thanks.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Ambrogio Balakosa
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($3.00/month or $30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!