Profile picture
PDF @akarliar
, 20 tweets, 3 min read Read on Twitter
Rule #1 of minimalism: don't buy what you don't need.

Challenge is that our brain always finds a way to justify and rationalize our newly found needs. So in the end the trap is gonna be like, "It's worth to buy them."
Kalau baca bukunya Marie Kondo, Joshua Millburn, Jay Shafer, konsep membeli ini bukan perkara resourcefulness. Hidup minimalis bukan paksaan tp pilihan. Punya duit tp milih gak beli karena gak butuh.
Nah definisi 'kebutuhan' ini yg menurut gua terlalu first-world centric. Masyarakat yg udah jenuh sama konsumerisme.

Kalo di negara berkembang beda lagi.
Mereka ngasih contoh utk mobilitas kerja, mobil dijual dan dituker sepeda yg harganya 1/4-1/2 mobil itu. Bisa pake transportasi publik.

Di sini kalo wa kerja pake sepeda/transportasi umum malah gak efisien. Dlm Waktu, biaya, tenaga.
Kalo di Jakarta masih mending sih transportasi umumnya dibanding Bandung. Kata beberapa tmn jg naek sepeda jd lebih efektif buat mobilitas kerja.
Jadi definisi 'butuh' ini fluid bgt. Bergantung sama sikon kita, termasuk kondisi psikologi dan fisik kita.

Itu kenapa secara konsep 'don't buy things you don't need' ini tampak menarik & solutif tp secara praktis kurang universal.
Rule #2: Less is more.

So these books abt minimalism encourage us to simplify our lives by getting rid our stuffs based on their functionality: less functional, unfunctional, or to some extreme degree even the most functional ones.
Ini kerasa kalau kita lagi mau bepergian atau melancong. Misal mau melancong dua minggu, berapa banyak barang yg kita bawa via pesawat? Apa kita mesti tambah bagasi? Atau tetep bisa pake kabin doang?
Makanya konsep barang2/kontainer yg ultra-weight jd tren bepergian krn emg ngehemat tempat & berat.

Tantangan utamanya, bukan mengganti barang tapi mengurangi barang. Ini yg sulit.
Beberapa bulan fokus ngurangin isi lemari baju jd 1/4-nya. Sisanya didonasiin. Susahnya pas wa butuh barang yg less functional utk acara tertentu.

Misal ya, butuh kemeja warna hijau utk kondangan. Karena gak punya jdnya mesti beli. Tp kan jarang dipake. Minjem jg gak nemu.
Atau misalnya pas lg ngetrip. Biasanya 3 malam di gunung cuma bawa lima baju ganti.

Terakhir lima malam di gunung, 3 minggu di jalan, total bawa baju 8 biji. Nyuci cuma sekali.

Sayangnya, beberapa baju ada yg harus diganti sama baju dry fit & light weight clothes.
Rule #3: Possession isn't an obsession.

I really like how Fumio Sasaki in 'Goodbye, Things' perceives possession of a thing:

"We’re desperate to convey our own worth, our own value to others. We use objects to tell people just how valuable we are."
Konsep ini yg paling nampar diri sendiri. Salah satu nafsu terbesar adalah nafsu memiliki, ceunah yah.

Jadi memiliki itu harusnya bukan sebuah obsesi. Tp banyakan kita dibesarkan di lingkungan dmn semakin banyak barang, nilai diri kita semakin besar.
Pokoknya kalo kita gak bisa memiliki, orang lain jg gak boleh memiliki.

Gak deng, yg ini mah ngarang ✌️
Contohnya, salah satu nafsu besar wa adalah rasa berharga diri saat punya buku.

Padahal bisa pinjem, tapi malah doyan beli dengan justifikasi pikiran: kalo minjem kan gak bisa ditempel catetan post-it atau ntar kalo pgn baca lg tp males minjem gimana?
The basic illusion about possession is that we think the more we have, the happier we become.

Meanwhile most of the times we become unhappy because we cling too much to things and vices.
Salah satu solusi yg skrg lg rame sih dgn shared-possession. Mirip car pooling.

Misalnya udunan beli kamera terus dipakenya gantian. Atau tas gunung yg gak sering dipake.

But there's so much commitment in there. Balik lagi ke mental achievement kita, keinginan utk memiliki.
Walau lebih signifikan diterapkan secara drastis, minimalisme ini bukan jadi sebuah pemaksaan. Pelan-pelan aja.

Don't quit your job and live as a hippie. Just don't.

I've been there and it sucks ass. Really.
Walah udah jamnya sepedaan. Banyak bgt referensi ttg minimalisme. Ntar kapan-kapan tak lanjutin.
Oia, ada sepuluh buku yg siap berganti kepemilikan. Gratis. Ntar wa kasih tau abis tarawihan.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to PDF
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($3.00/month or $30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!