Kebetulan ada yg bicara soal pentingnya ototritas dlm berpendapat, terkait tulisan dli blog saya mengenai firehose of falsehood. Apakah karena saya tidak bergelar SH maka saya tidak bisa berpendapat soal firehose ini? cc: @inovator4id @VeritasArdentur @mnjp
Teknik firehose of falsehood ini cukup kompleks, karena tidak hanya melibatkan satu bidang keilmuan saja. Didalamnya ada ilmu politik, psikologi dan psikometri, neuroscience, behavioral science, Neuro-linguistic programming (NLP) dan Artificial Inteligent (AI).
Jika yg bisa berbicara soal teknik firehose of falsehood ini hanya orang2 yg memiliki otoritas saja, maka pertanyaannya siapakah yg bisa berpendapat soal ini? Apakah Neuroscientist? sementara ia belum tentu menguasai bidang politik. Seorang politisi? ahli AI?
Ini yg sering saya terima dari orang2 yg mendorong saya utk melanjutkan tulisan tersebut dan menyampaikan ke banyak orang. Salah satunya adalah mas @budimandjatmiko yg mengatakan butuh banyak bidang keahlian utk bisa memahami mengenai teknik ini, Karena ini benar2 baru
Selain itu, tulisan mengenai firehose tersebut tidak ujug2 keluar, itu melalui diskusi yg panjang di team psikografi inovator4id, Didalamnya terdiri dari berbagai keahlisan, dari Psikolog cambridge, hingga ahli AI seperti @mnjp, bang @VeritasArdentur yg paham dunia klandestin
Jika kebetulan yg menuliskannya di blog kemudian melakukan research leteratur dgn membaca paper2 terkait utk memahami teknik ini, ini hanya kebetulan saja. karena tulisan tersebut viral. Lalu jika permasalahannya adalah otoritas saya dalam menulis ini karena background saya..
seperti yg saya tulis di bio saya dan jg saya sudah jelaskan, bidang saya memang tdk ada hubungannya dgn politik. Doktoral saya di Oxford adalah marine renewable energy. Saya tergabung di psikografi adalah karena salah satu bagian dari research saya adalah optimasi turbine dgn AI
Masalah otoritas dlm berpendapat ini sebenarnya sudah ditinggal oleh eropa sejak masa renaissance. Pernyataan yg mengatakan hanya yg memiliki otoritas saja yg bisa berpendapat ini dikenal dengan istilah argumentum ab auctoritate atau argumentum ad verecundiam
Salah satu contoh kasus pradox dari argumentum ab auctoritate ini adalah kasus Srhinivasa Ramanujan yg memiliki banyak sekali kontribusi di mathematics. Salah satu catatannya saat ini dipajang di Trinity College di University of Cambridge bersama2 dgn catatannya Isaac Newton
Ramanujan sblmnya tdk pernah menerima formal training atau pendidikan formal. Ia menemukan banyak sekali teori mathematic karena kecintaannya pada angka2. Bisa dibayangkan jika Cambridge menerapkan argumentum ab auctoritate pada ramanujan. Mungkin computer tdk pernah ditemukan
Argumentum ab auctoritate tidak jauh berbeda dgn argumentum ad hominem, mematahkan argumentasi lawan ketika terjadi dispute dgn menyerang pribadi yg menyampaikan pesan tersebut. Hal2 ini tentunya sudah lama sekali ditinggal di dunia sains
Ini yg saya pelajari di Oxf, disini kita diperlakukan setara dgn profesor disini. Tdk ada yg lebih benar hanya krna ia seorang profesor. Student justru di encourage utk mengkritisi apapun yg sampaikan oleh professor. Hal yg tentunya agak berbeda dgn apa yg kita biasa lihat di Ind
Tdk ada otoritas yg memegang kebenaran disini. Semua orang bisa mengemukakan pendapat dan tdk ada yg direndahkan hanya karena ia tdk punya background dibidang pendapat tersebut. Karena yg penting adalah pendapatnya, dan yg diuji jg pendapatnya
Mengutip kata2nya Carl Sagan, meskipun pendapat tsb keluar dari mulut seseorang yg memiliki otoritas, maka mereka juga harus membuktikan argumentasinya. Maka tulisan firehose of falsehood tersebut sgt terbuka utk dikritisi
