Thread by @BakarSmith

Seorang bertanya pada Syekh al-Suhrawardi r.a.
“Saat beramal aku jatuh ke dalam riya, sebaliknya, jika meninggalkan amal aku melampaui batas, apa yg mesti ku perbuat?”

Syekh menjawab, “beramal dan mintalah ampunan, anggap ketaatanmu sbagai bagian dari dosamu. Ketaatan sperti ini lebih berpeluang diterima. Hal ini diperkuat dgn istighfar yg lazim dilakukan Rasulullah senantiasa beliau selesai shalat.”

Sesiapa yg lazimkan evaluasi diri sperti ini, dgn izin Allah Jallajalaaluh tubuhnya bersih, hatinya suci shingga Tuhan “tampak” olehnya, ia menyadari pengawasan Allah maka ia dlm ibadah seolah melihatNya. Kondisi ini buat hati menjadi halus, sedih, dan sesali sgala kelalaiannya.

فقدُ الأسف و البكاءِ في مقام السُّلوك علمٌ من أعلامِ الخذلان.

Tanpa sesal dan tangis slama perjalanan (suluk) merupakan salah satu tanda pengabaian.
*Syekh Abu Madyan
Al-Maghribi (w. 594 H)

Mari segera bersihkan diri dan sesali sikap yg t’lah mengabaikan dan mengingkari janji. Dengan ketundukan dan kehinaan kita bersimpuh di hadapan Tuhanku dan Tuhanmu, akuilah kelemahan kita,...

ucapakan: dosaku teramat berat maka apalah dayaku, jika nanti di Masyhar Engkau menyingkapkannya
Wahai Tuhan, ampunilah hambaMu yang berdosa, perlakukan ia dgn lembut agar kuat menghadapinya.

Saat kegelapan malam ada hening, bersimpuhlah di hadapanNya, dgn perasaan hina dan lemah serulah Tuhan: “Allah ya Allah... dengan pandangan dari mata yg penuh kasih, Engkau mengobati kondisiku dari sgala penyakit dan cacat.”

Jika kita terbiasa bermunajat sperti ini, merendah dgn lahiriah wal batiniah di gulita malam dan saat sahur, pasti air mata berderai, niscaya kan saksikan limpahan karunia Ilahi tercurah di hati, saat itulah hati akan hancurkan smua syahwat dan sembuh berbagai penyakit batiniah.

إذا سلا القلب عن الشهوات فهو معافى

Jika kau telah melupakan syahwat, hatimu menjadi sehat.

[mengaji Al-Hikam,
Jalan-Kalbu Para Perindu Tuhan]