, 32 tweets, 6 min read Read on Twitter
Lagi banyak ngomongin gaji. Jadi kepingin berbagi pendapat saya sebagai seorang entrepeneur yg hampir sudah 15 tahun menggaji orang. Mungkin karena ini topik sensitif, mohon dibaca kumplit sampe habis.
Saya membuat twit ini bukan untuk membuat depresi atau kesel, tapi yang pasti untuk menawarkan cara pandang baru melihat gaji, bos dan perusahaan. Tentu saya akan bias sebagai seorang ‘bos’, tapi kalau boleh, pandangan saya bisa jadi penyeimbang :)
Sharing saya tentu tidak berlaku buat semua orang, karyawan dan perusahaan di muka bumi, jadi kalau teman2 merasa trit ini bukan untuk kalian dan pekerjaan kalian, ya memang mungkin bukan :) Saya menulis ini buat yang merasa aja. Diskusi ayo sama2 belajar, kelahi jangan.
Sebetulnya ‘upah’ itu adalah komponen kompleks. Uang yang dibawa pulang itu bukan satu2nya ‘imbalan’ atas waktu+tenaga+perhatian yang kalian berikan untuk perusahaan. Dia itu rumit, campur2, sama seperti kita mau mutusin makan siang di mana, bukan soal harga *saja*.
Makanya jebakan pikiran pertama menurut saya, adalah melihat imbalan hanya sebagai sebuah angka gaji di sebuah slip. Celakanya angka ini gampang dilihat+dipegang dan makanya gampang dibandingkan dengan sebelah. Apalagi dilempar2 dalam twit2. Sekian jt vs sekian jt. Runyam.
Seperti membandingkan rumah itu bagus apa enggak hanya berdasarkan luas meter perseginya aja. Padahal kan ada faktor lokasi di mana, tetangganya enak kaga, jalanannya rame kaga, keamanan gimana, kualitas air, tukang sampahnya rajin apa nggak. Buanyak.
Komponennya ‘imbalan’ bnyk banget. Kualitas leadership (plg penting), visi misi perusahaan, kesukaan kita sama jenis pekerjaan, kualitas rekan team kerja, culture di sana, seberapa parahnya office politics, dan kesempatan belajar dan dipercaya mengerjakan hal2 yg lebih besar.
Jangan melihat pekerjaan kamu *hanya* sebatas slip gaji. Ini kesalahan fatal menurut saya dalam memilih pekerjaan (karena hal2 baik lain bisa jadi tidak keliatan), dan juga dalam menjalankan pekerjaan, karena nature manusia suka membandingkan akan membuat kamu sengsara.
Gaji sebetulnya adalah tentang sebuah perusahaan menilai kamu.

Tapi nilai itu kan abstrak ya? Ada bahasa yang lebih sederhana tapi seringkali rasanya nyelekit kalau tidak dipahami benar:

Gaji adalah: seberapa mudah kamu digantikan?

Ntar dulu, jangan emosi dulu :)
Kalau kamu punya langganan bakmi makan siang, lalu sekarang tiba2 bakminya jadi ga enak atau suatu hari mas yang jualnya bentak kamu, atau harganya tiba2 naik, kamu akan pindah ga? Kamu akan gantikan dia ga? Kamu akan cari makan siang lain/bakmi lain ga?
Cara dunia berputar, memang ‘sedingin’ itu. Kalau kamu tidak perform, baik kamu karyawan, atau tukang bakmi, atau tukang AC, atau tukang pijet, kamu akan digantikan. Kita melakukannya setiap hari untuk setiap hal (Ngeliat olshop: Harganya berapa? Ada yang sama tapi murahan ga?)
Jadi sebelum terburu-buru kesal dengan kata ‘gampang digantikan’ - inget dulu kita menggantikan orang juga gampang: Nafkah dan penghidupan si tukang AC, si tukang bakmi, si pedagang olshop :)
Sebagai entrepeneur itu yg saya jg blg ke diri saya dan team: “The client never owes us anything. Kl kerjaan kita jelek, servis kita basi, harga kita mahal, mereka pasti tinggalin kita, no matter how akrab cipika cipiki kita. That easy. Jgn sakit hati: It’s how the world turns.”
In a way, it’s a good system. It’s what pushing us to better ourselves. Mengingat klien saya nggak peduli sama saya, membuat saya bangun pagi dan berusaha terus belajar dan memberikan yang terbaik.
Nah gimana caranya naikin gaji?

Gampang. Buat diri kamu tidak tergantikan.

Kalau kamu hanya biasa-biasa saja, do as you told, never made anything stood out, never prove to them that you apparently can do ABCD, never show that you can lead: kamu akan tergantikan.
Mungkin ada, tapi tidak semua pemilik perusahaan a/ psikopat yg kerjanya hanya liatin excel sheet laba, liburan, dan mecat2in org.

Banyak dari kita juga orang waras yang tau, kalau ada orang yg bagus, kita harus ganjar mereka bagus kalau nggak mereka pergi dan kita yg goblok.
It’s just common sense. Kalau kamu membuat perusahan maju dan punya nilai, saya akan berusaha sebaik saya supaya kamu tinggal dan nyaman dan fulfilled dan perut kenyang dan terus berkarya.
Lalu kenapa gak semua digituin aja pak? Yah, pembukuan perusahaan kan bukan cuma kolom gaji doang nak :) Ada cost, ada sales lg naik nggak, ada reserve cash buat ngeliat perang dagang US/China, ada rasa optimis bulan depan masih ada job nggak. Rumit kompleks dan satu juta hal.
Semua pengusaha waras mau menggaji karyawannya cukup. Namun hidup tentu tidak semudah itu: selalu ada pertimbangan, seperti timbangan pasar. Lakukan ini, konsekuensi baiknya ini, konsekuensi buruknya ini. Timbang satu juta pertimbangan. Putuskan dan terima konsekuensi2nya.
Seringkali yang celaka juga: Orang yang merasa nilainya sudah tinggi, tapi sebetulnya nggak :) Mon maap ni. Ini yang biasanya paling rame.

Karena kalau dia di perusahaan waras dan bener dia bernilai, pasti para bos waras udah lihat dan sudah memastikan dia betah.
Makanya, selain merasa diri sudah kerja keras, sudah bernilai, baik juga untuk tes, tanya aja ke bos kalian, tanya ke peers/kolega kalian, tanya ke temen kalian yg karirnya oke (bukan temen yang bukan kompor bledug kerjanya panas2in). Menurut elu gua tergantikan ga?
Cara pandang melihat gaji yang sangat salah juga adalah: Kita merasa gaji kita harus sesuai dengan kebutuhan kita. Ciri2: Gerutu “Mana cukup pak buat saya x,x,x,x”

Ini adalah rabun satu sisi yang sering kita lakukan: Melihat sesuatu hanya dari sisi pandang kita.
Remember this:

Gaji samasekali bukan tentang kebutuhan kamu, tapi gaji adalah tentang nilai kamu.

Cara pandang yang pertama adalah self-centered, cara pandang yang kedua adalah system centered.
Tugas kita sebagai penerima gaji (atau saya penerima invoice) mambuat nilai saya naik dan tak tergantikan, bkn membuat pemberi gaji atau klien mengerti bhw saya punya banyak kebutuhan atau anak udah dua.

“Gimana dia mau bayar gw lebih tanpa dia berpaling ke yang lain?”
Astaga dah panjang bener bocah. Mon maap ya. Pandangan supaya kumplit aja :)
Terakhir, mungkin buat penutup karena saya sudah harus meeting: Tulisan saya yang sempat viral:

Walaupun Bos Kamu Brengsek dan Gaji Kamu Kecil: edwardsuhadi.com/2016/05/18/wal…
Dan satu lagi, tentang nilai, dan kenapa kalau kerja banyak banget urusan mumet:

Di Pekerjaan Kamu Banyak Masalah?

edwardsuhadi.com/2018/10/17/di-…
Sekian dulu trit saya. Dah bener2 harus jalan.

Semoga jadi penyeimbang pandangan bahwa corporations are always evil, bosses are always assholes, gaji gue kecil dunia ga adil.

Dunia tidak berputar di diri kita, we have to see the bigger picture.

Much love twitterverse 😘❤️❤️❤️
I think I missed one important point:

Perusahaan dan bosses juga punya hati dan empati, despite perbincangan ganti-menggantikan ini.
Dan definetely bukan hanya transaksional. Banyak perusahaan memberikn pinjaman orang tua sakit, masih muda kena stroke ttp digaji, perlu bantuan melahirkan, cuti panjang jaga tante kanker, hal2 ini juga terjadi.

Bos waras non psikopat juga banyak :)
Mungkin supaya ditutup manis, dan fokus ke hal baik (gua sukanya fokus ke hal baik) - yuk ceritakan bos baik / perusahaan oke tempat kamu bekerja. Jadikan reply trit ini tempat orang busa baca bahwa there is good and honor left in the world.
Pesan terakhir saya. Jangan jadikan gaji segalanya.

Seperti contoh saya: Rumah dengan meter persegi besar memang enak, tapi ga selalu dan ga jadi jaminan. Yang penting adalah rasa di dalam rumah itu. Siapa yg di rumah itu. Mau ngapain keluarga di dalamnya. Itu yg lebih penting.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Edward Suhadi
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!