Eksperimen semacam itu sdh sering dilakukan di luar negeri, dan berhasil.
Social proof adalah sikap latah. Manusia itu amat mudah perilaku orang lain.
Perilaku itu mudah menular.
Produk2 yg diberi label best seller jg terbukti akan makin laris.
Film2 yg pamer jmlah penontonnya yg banyak akan makin laris ditonton.
Batu akik mania, bitcoin mania, bunga gelombang cinta mania.....semua ini contoh social proof.
Social proof = kita semua suka latah dan mudah meniru perilaku orang kebanyakan.
Contoh negatif : ada orang buang sampah sembarangan. Yg lain akan niru dan lama2 makin banyak.
Ada orang yg langgar rambu. Yg lain ikut2an. Lama2 makin banyak yg langgar rambu.
Itu semua contoh social proof.
Jumlah perokok turun di amerika krn makin banyk yg stop. Yg smoker lama2 makin banyak yg ikut stop juga.
Sejumlah orang rajin gowes. Lama2 yg ikut gaya hidup ini mkn bnyk.
Contoh simpel ya spt kotak amal tadi. Dipancing dg uang seratus ribu dulu.
Contoh lain : tampilkan ribuan orang yg sukses berhenti merokok.
Pernah ada kasus lembaga anti narkoba di amrik bikin poster spt ini : jauhi narkoba. Sudah banyak yg jadi korban.
Orang malah anggap ternyata banyak yg pakai narkoba tho.
Poster itu akhirnya malah makin tingkatkan kasus narkoba.
Krn adanya conformity to social norm. Kita manusia itu lbh nyaman sama dg norma sosial yg ada.
Menjadi mainstream itu adalah hal yg lbh kita sukai drpd menjadi deviant.
Coba aja kamu datang ke sebuah acara. Dari seluruh peserta segedung hanya kamu yg salah dress code.
Insting kita sbg manusia itu memang lbn nyaman kalau conform dg norma sosial atau kompatibel dg perilaku kebanyakan orang.