Jaman saya dulu, belum ada internet, video player itu barang mewah, pornografi juga sudah ada dalam bentuk stensilan atau sembunyi-sembunyi pinjam majalah playboy dari teman, kadang sebagai peminjam ke sekian majalahnya sudah penuh bercak.
Ada standar moral yang mengingatkan kita, walaupun itu kalah dengan keingintahuan.
Saya tidak munafik, sesekali saya menonton film porno, untuk orang seumur saya dan telah memiliki cucu tentu bukan hal yang salah.
Mengapa?
Yuk, coba pikir berapa banyak anak di bawah umur yang telah memiliki akun medsos sendiri, terkadang bahkan orangtua mendorong anak membuat akun medsos.
Ini akhirnya menjadi pergeseran paradigma orangtua, mendorong anak berpenghasilan sejak dini tapi lalai membekali dengan pondasi moral yang kuat.
Tahukah Anda ada begitu banyak dampak buruk anak yang terpapar pornografi sejak dini?
Saya bahas berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang konselor dan terapis, ya.
Dampak buruk dari pornografi merupakan sebuah potensi yang siap meledak di mana saja bila kita tak bijak dalam bertindak.
Dalam ruangan, si anak mengaku sudah melakukan anal dan oral seks terhadap temannya dengan dia sebagai pihak laki.
Orangtua yang abai, membiarkan anaknya pegang gadget tanpa terpantau.
Kasus lain, ada anak perempuan SD yang menyaksikan ini lalu mengijinkan teman-teman lakinya 'praktik' hanya agar dia tak dimusuhi.
Apakah kita tidak menyadari bahwa dengan melakukan pembiaran dan acuh, kita berandil dalam cepatnya anak-anak terpapar bahkan menjadi pelaku pornografi?
Yuk, jadi bagian yang ikut menjaga kesehatan mental bangsa.
Ini pendapat saya pribadi, jangan langsung percaya, carilah lebih banyak informasi dan referensi yang lebih terpercaya.