Begitupun soal keinginan dimengerti.
Saya percaya selain seseorang butuh belajar mendengarkan dan memahami, dia juga butuh belajar cara menyampaikan perasaan/pikiran dengan jelas, lugas, dan netral agar orang lain mudah memahami
Tapi itu baru satu sisi
Sisi lain adalah bicara dengan asertif. Sang pencerita juga perlu belajar menyampaikan kisahnya dengan baik, menyampaikan keinginannya dengan tepat. Agar tidak kemudian disalahpahami
Ada yang pakai kode, sandi morse, tepuk pramuka, ya wajar pendengarnya tidak memahami keinginan dan kebutuhanmu
Lalu sang pendengar akan bingung, dan bisa saja karena ketidak tahuannya akhirnya memberikan nasihat yang kamu tidak inginkan
Lalu kita anggap dia ga memahami?
Karena malu kemudian kita cerita latar belakang dengan selipan kode berharap orang yang mendengar menangkap kode itu lalu menawarkan bantuan
Dan karena sang pendengar bingung, ga menawarkan bantuan, masa jadi dianggap ga mengerti?
Saya berisitirahat dulu agar tenaga pulih. Besok kita lanjutkan lagi cara curhat yang asertif agar orang lain mudah memahami
Boleh retweet dan like dulu buat tandain 🙏
Sampai ketemu besok
1. Gunakan kata "saya"
Misalnya, saya merasa sedih/marah/senang. Bukan menggunakan kata ganti orang lain, misal "kamu membuat saya sedih", "dia membuat saya marah"
Bercerita lebih mudah dipahami jika menggunakan kata "saya"
"Saya merasa bingung, saya butuh masukan. Apa kamu bersedia?"
"Saya sedih, saya cuma ingin didengar. Apa kamu bersedia?"
Sampaikan kamu menginginkan apa dari temanmu. Kamu mau masukan, didengar dan dipahami atau apa?
Kadang kita tidak mau cerita kepada rekan kita, entah karena alasan apa. Dan mungkin karena rekan kita menyadari ada yang keliru, dia mendorong kita bercerita.
Jika memang kita merasa tidak ingin cerita pada saat itu, maka sampaikan keinginan kamu
Sampaikan saja kalau tidak ingin cerita, jangan terpaksa. Tapi jangan juga bilang tidak ingin cerita padahal kita ingin ditanya lagi dan didorong bercerita. Sampaikan secara langsung.
"Aku tuh ga marah sama dia, tapi..."
"Aku gapapa kalo dia pergi, tapi..."
Tapi membuat kalimat didepannya dianulir nilai kebenarannya. Artinya ya kamu marah, kamu kenapa-kenapa kalau dia pergi. Sampaikan saja perasaanmu
Kadang ketika kita bercerita, mungkin rekan cerita kita melakukan yang melanggar kesepakatan awal. Misal kita sudah sampaikan ingin didengar tapi rekan bicara kita memberi saran panjang. Atau kita sudah bilang tidak mau dihakimi tapi terhakimi
"Saya merasa tidak nyaman ketika kamu berkomentar"
"Saya tidak nyaman ketika kamu mengatakan (deskripsikan) kepada saya"
Sampaikan dgn tenang, bukan untuk menghakimi tapi untuk membangun komunikasi
Kenali apa yang kamu inginkan ketika kamu bercerita. Bagian ini penting agar ketika kita menyampaikan tujuan kita bercerita, atau keinginan kita, hal tersebut benar memang yang kita inginkan.
Luangkanlah waktu untuk mengenal dan mendengarkan diri sendiri
Ketika kita sudah tau apa yang kita inginkan, kita sudah sampaikan, kita sudah dalam perjalanan mewujudkan harapan kita tersebut.
Selanjutnya sadari harapan kita dalam perjalanan tersebut. Realistis? Bisa tercapai? Berlebihan? Memaksa?
Benar kita memiliki harapan untuk dibantu orang lain. Namun kita juga perlu menghargai orang lain sekaligus diri kita sendiri. Selalu jaga batasan ini bersamaan, agar tidak ada yang perlu merasa dirugikan.
Maaf baru bisa melanjutkan utas habis rehat sosmed dulu, karena sudah waktunya beristirahat demi menjaga kesejahteraan batin.
Yuk kita belajar sama sama curhat dengan asertif 🙏