,
14 tweets,
2 min read
Read on Twitter
Ah mau bahas fintech ya, berhubung tesis gue bahas ini dikit dan gue lagi mumet gue bahas dikit deh. Di Indonesia fintech itu dibagi dua, penyelenggara sistem pembayaran dan e-money itu diatur BI, sisanya diatur OJK termasuk P2P lending (pinjol), crowdfunding, dsb
Kalo BI pake terminologi teknologi finansial, kalo OJK terminologinya Inovasi Keuangan Digital, tapi bendanya ya sama aja fintech. Buat jadi penyelenggara berijin/yercatat harus melalui regulatory sandbox, kecuali P2P lending yang akan gue bahas belakangan
Regulatory sandbox itu apaan? Itu ruang terbatas yg dibuat oleh BI dan OJK buat ngetes kesiapan fintech buat masuk pasar. Kenapa mesti pake ginian? Karena sayangnya regulasi geraknya ga secepet teknologi. Daripada ga diatur, diamati dulu sistemnya hasilnya buat masukan regulasi
Di regulatory sandbox ini fintech bisa beroperasi langsung ke pasar tanpa ijin (tapi sudah terdaftar) dengan batasan2 tertentu, misalnya wilayah, jumlah konsumen, sambil diawasi BI/OJK selama 6 bulan. Kalau hasilnya ok sama BI dikasih ijin kalau OJK dicatatkan, kalo gagal tutup
Mau bikin fintech? Silahkan ke notaris bosqu, bikin badan hukum dulu, udah jadi silahkan daftar ke OJK/BI (tergantung core business) lengkapi semua persyaratan, terus masuk deh ke regulatory sandbox biar diawasi operasionalnya.
Mau baca2 regulasinya? Kalau fintech yg di sistem pembayaran/e money monggo intip PBI 19/2017 buat regulatory sandboxnya intip di PADG 19/2017. Kalau yang di OJK (kecuali pinjol) bisa lihat di POJK 13/2018, disitu dibahas juga dikit soal sandbox nanti ada yg khusus, masih dibikin
P2P lending alias pinjol ini spesial, dia satu2nya fintech yang ga masuk regulatory sandbox. Aturannya pun misah sendiri di POJK 77/2016, dab SEOJK 18/2017. Yep soal fintech si pinjol ini yg pertama diregulasi, gercep banget pemerintah waktu itu.
POJK 77 ini yahud, dari pendaftaran, minimal modal sampe hal2 detail semacem kontrak dan tandatangan elektronik buat perjanjian kredit udah dibahas! Di pojk ini juga dibahas kalo pinjol harus masuk asosiasi (AFPI) dan besaran bunga maksimal diatur sama asosiasi (0,8%)
Yang ngawasin fintech selain OJK ada asosiasi (AFPI) dan satgas waspada investasi yang kerjaannya nerima laporan dan nutup2in fintech illegal. Satgas ini gabungan dari beberapa institusi OJK, BKPM, kemdag, Kementrian koperasi dan UKM, kemenkominfo dan polri
Pinjol ga berijin gimana? Ini sulit sih, Satgas waspada investasi udah nutupin ratusan yang ga berijin tapi tetep bermunculan, karena lets face it literasi orang kita masih rendah, dan rata2 males cari tau tentang aturan OJK silau aja sama duit cepet. Ga peduli berijin apa nggak
Perjanjian pinjam meminjamnya gimana? Selama memenuhi 1320 KUHPerdata ya tetap berlaku sebagai undang2 bagi para pihaknya, artinya ya tetep harus dilunasi. Cuma cara2 penagihan yang ga wajar harus dilaporin dan bisa dipidana. LBH udah bantu ribuan korban pinjol (terima kasih LBH)
Solusi buat pinjol ga berijin? Masih dipikirkan sama pemerintah. Salah satunya bisa dengan kerjasama dengan appstore jadi yg bikin app pinjol harus nunjukin ijin OJK, tapi masih wacana. Terus yang bukan app based, misalnya website gimana, saat ini satu2nya cara laporin ke satgas
Fintech ga berijin ini masalah ga cuma di Indonesia sih, cuma di negara yg lebih maju dengan tingkat kesadaran hukum masyarakat yg lebih tinggi mereka ga bisa merajalela kayak kasus kita. Karena masyarakatnya ga mau pakai karena tau mereka ga dilindungi pemerintah kalo bermasalah
Sebenernya pengen bahas keamanan informasi juga karena tesis gue sebenernya itu. Tapi itu buat lain hari aja ya, capek dan assignment menanti. Semoga berguna utas gue.
