Thread by @nandammn

Kenapa kawan kawan di Jogja memilih Aksi Damai sebagai bentuk perlawanan

Sebuat Utas

Pertama, yg harus diingat adalah ini opini pribadi saya sebagai massa aksi dan bukan merupakan representasi gerakan maupun aksi manapun.

Ada banyak faktor yang bisa saya tarik, yang pertama muatan politis dalam aksi damai.

Tanpa mengurangi hormat saya kepada aksi-aksi di kota lain, aksi damai memiliki target politis dan segmen yang berbebeda dengan aksi yang lain.

Aksi damai akan mendapat simpatik orang orang yang belum terdampak secara langsung dari setiap tuntutan yang diajukan. Bentuk aksi damai sendiri adalah usaha membuka ruang sebesar besarnya untuk setiap individu yang ingin menyuarakan keluh-kesahnya secara langsung.

Kenapa simpatik masyarakat itu penting? Karna kita adalah kanal mereka dalam bersuara dan menggaungkan kegelisahanya, dengan adanya simpati- masyarakat akan menanyakan substansi aksi dan segan dengan aksi yang dilakukan.

Dalam skala besar, tekanan masyarakat dalam konteks aksi damai akan di validasi dengan sendirinya karna dianggap menyuarakan kegelisahan bersama. tanpa menggangu ketertiban.

Faktor kedua adalah, kultur dan budaya Yogyakarta

"Unggah-Ungguh" atau kesopanan menjadi satu faktor penting di kota ini. Kota di jawa yang kental akan budaya dan ramah tamahnya menjadi salah satu dasar pertimbangan pergerakan gerakan ini.

Dalam aksi #GejayanMemanggil, tekanan yang diberikan publik Yogyakarta bisa dibilang cukup besar untuk tidak berbuat rusuh, hal ini menunjukan bahwa Yogyakarta (secara luas) masih menolak aksi dengan merusak fasilitas umum dan menaggangu ketertiban umum

Dengan terjadinya aksi damai yang ternyata berhasil, membuat warga Yogyakarta simpatik dan mendukung gerakan ini. Termasuk ngarso dalem Sultan Hamengkubuwono X pun mendukung gerakan ini.

Faktor ini menjadi salah satu garda depan pergerakan Masyarakat Sipil di Yogyakarta, karna apa? Faktor historis Sultan sebagai pemimpin rakyat yang memiliki legitimasi di setiap elemen masyarakat Yogyakarta

Faktor ketiga, Yogyakarta tidak memiliki simbol yang berkaitan langsung dengan Pemerintahan Legislatif Pusat

Kita ambil contoh, DPRD. DPRD sendiri tidak memiliki garis koordinasi langsung kepada DPR-RI melainkan kepada Kementrian Dalam Negeri. Hal ini baik secara substansi tuntutan maupun secara simbolik, tidak kontekstual.

Kenapa kemudian memilih Gejayan? Adalah adanya faktor historis. Disisi lain, Gejayan terdapat titik-titik ekonomi, pemukiman, dan beberapa institusi pendidikan. Gejayan mampu menjadi titik temu berbagai elemen masyarakat

Inilah kenapa nama aliansi ini adalah aliansi Rakyat Bergerak.

Faktor terakhir, Kontekstualisasi Gerakan.

Kami berkumpul dan menyuarakan aksi untuk merespon kegetingan beberapa waktu terakhir, tanpa meromantisir gerakan 98.

Apa yang terjadi belakangan ini merupakan cerminan tertutupnya koridor partisipasi masyarakat dalam proses tata kelola negara atau dalam proses demokratisasi.

#GejayanMemanggil merupakan poros politik baru, dalam menghadirkan narasi alternatif dengan mengisi ruang ruang publik yang demokratis.

Dengan ini, kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengajukan klaim terhadap Demokrasi yang partisipatoris dan iklusif.