, 52 tweets, 7 min read Read on Twitter
Bagaimana Industri Promotor dan Event kehabisan nafas.

Nomor bakal 13 bikin kamu pusing!!

a t̶h̶r̶e̶a̶d̶ threat
1.) Pensi anak SMA & mungkin juga event² UKM bikinan Mahasiswa akhir-akhir ini mengalami peningkatan kualitas yang sangat pesat, untuk ukuran ‘daerah’ seperti Malang. Kenapa saya sebut Pensi SMA dulu baru event Mahasiswa?
Karena memang baik secara kualitas konsep dan aplikasi produksinya di lapangan menurut saya pribadi, Pensi SMA yang terdepan. Kenapa? Baca terus sampai habis.
2.) Sekaligus juga kenapa fenomena ini juga jadi ‘pembunuh' untuk Promotor pelaku industri Showbiz & Event tontonan berbayar sejenis di Kota Malang dan sekitarnya. Kalo dicermati, ada berapa Tetenger / Landmark event yang identik dengan Kota Malang?
Gak banyak, acara clothing yang konsisten dan sudah jadi annual event yang baru selesai kemarin, itu pun juga gak murni menghadirkan konsep “clothing”, saya ambil contoh event ini sebagai konsep Industri Showbiz yang mewakili “industri”, yang tentu saja profit oriented.
Contoh lainnya untuk industri serupa yang profit oriented acara kita sendiri, Festival Jazz yang sedihnya tahun ini hanya mukjizat yang akan membuatnya digelar lagi. Selain itu, datang dan pergi, belum ada yang bisa sekonsisten itu.
3.) Ada ungkapan : "Jika ingin membuat orang bahagia, jualan Es Krim aja". Frasa ini kerap dipakai untuk meneguhkan keputusan sulit dalam Bisnis saat harus mengambil langkah yang membuat orang lain bersedih, contoh ; saat pengusaha terpaksa mengambil langkah mem-PHK Karyawannya.
Kita? Kita gak cuma jualan Es Krim aja, kita bikinin acara di sekeliling tukang jualan Es Krim biar rame, kita bikinin panggung, kita undang Artis dan musisi supaya orang datang. Tapi apa kita sudah membuat orang² bahagia? Tergantung harga tiket masuk ke tempat jualan Es Krim.
4.) Demografis segment pasar di Kota ini, menurut riset yang kita lakukan dan berdasar hasil analisa hasil event-event Promotor yang sudah pernah kita lakukan, secara singkat berdasar demografis usia lebih dari 70% captive market adalah usia pelajar, dan mahasiswa.
30% adalah usia produktif. Berdasarkan SES economic status, lebih banyak lagi variabelnya, paling besar dari usia pelajar & mahasiswa, 60% dari mereka ada di SES B to B+. Usia Produktif di SES B+ juga lebih dari 60%. Jika dikalkulasi, SES A hanya kurang dari 15%.
5.) Acara Pensi SMA ini, saya ambil contoh yang baru saja selesai, barusan aja selang beberapa menit setelah thread ini dibuat, adalah yang terbesar dari berbagai aspek. Konsep, promosi, hingga eksekusi di lapangan yang 3 tahun terakhir ini selalu mengalami peningkatan.
Salut buat SMA dan pihak yang terlibat di dalamnya, siswa, alumni, pokoknya semuanya deh. Acara Pensi kalian ini benchmarking sekalipun buat Industri Promotor, terlebih lagi buat event Pensi SMA.
Bagaimana bisa? Buktinya bisa, apapun mungkin, asal ada modalnya kan. :p
6.) Modal disini bukan hanya berupa kapital, tapi juga SDM. Ada uang tapi SDMnya gak bisa kelola juga kecil kemungkinan acara bisa membagikan kebahagiaan buat siapapun yang terlibat didalamnya, terutama penonton yang rela datang dan beli tiket.
Event kelas internasional, line up import aja juga gak luput kok dari cercaan jika gak dimanage secara bener. Tapi disini saya coba bicara sesuai realita Bisnis, yaitu modal uang, serta gimana caranya supaya semua orang senang, yg nonton senang, yg bikin acara jg (maunya) senang.
7.) Menyenangkan yang nonton, simpel. Tiket masuk murah, bintang tamu bejibun dan kekinian, banyak spot foto instagrammable, singkatnya a place to be seen, yet affordable. Gampangnya sih murah dan meriah.
Menyenangkan yang bikin acara ; tiket habis, sponsor banyak, acara lancar, dapat untung.
.
Bisakah kedua hal diatas disatukan dalam satu kesempatan? bisa, tp dalam kerangka bisnis ini sangat sulit diterapkan, apalagi untuk memenuhi point terakhir, jika semua point keatas bisa didapat, belum tentu bisa untung.
8.) Saya coba jabarkan secara singkat mekanisme perhitungan profitabilita Bisnis sebagai promotor dalam lingkup pengalaman saya aja yah, sesuai apa yang saya jalankan dan alami. Pada dasarnya yang namanya bisnis ya cari untung.
Untuk Promotor event Musik, kami baru berani dan akan jalan kalo secara perhitungan diatas kertas penjualan tiket sebanyak minimal 80% akan bisa meng-cover biaya produksi event itu sendiri, sisanya kita mengandalkan Sponsorship dan pemasukan lainnya dari sewa tenants dll.
9.) Analoginya begini ; kalo bikin Event menelan biaya all in 1 Milyar Rp, untuk bisa cover biaya itu kita harus jualan tiket seharga 100rb ke 8.000 orang. Itu perhitungan dasar secara simpel. Tapi di sini dimana ada tempat yang bisa tampung 8.000 orang, bukan orang aja lhoya.
Ada panggung, ada area penukaran tiket, dan paling penting area parkir buat taruh kendaraan 8.000 orang itu. Di Malang hampir mustahil ada tempat seperti itu :p. Kalopun ada, siapa aja dari 8.000 orang itu, mau mereka bayar 100rb buat nonton Kongser?
Survey demografis kita tidak mengizinkan hal itu, rata-rata jumlah penonton berkisar di antara 3.000 - 3.500, itupun dengan harga tiket bervariasi mulai dari 75rb hingga paling mahal 2,5jt.
Itu baru 80% lho ya, gak ngarep sold out kita mah, tapi gimana kalo ternyata gak sampe 80%? Ya, rugi bandar.
Pokoknya ribet lah nentuin harga, dibikin harga mahal untuk kompensasi jumlah tiket yang gak banyak, malah gak ada yang beli karena captive marketnya yang gak ada. Dibikin murah supaya yang nonton banyak, gak ada tempat yang muat sebanyak itu.
10.) "Yakalo gitu jangan bikin event sampe 1Milyar dong” Ya point membahagiakan penonton disini yang akhirnya sedikit banyak harus dikorbankan. Simplenya, ada harga ada rupa. Bayar tiket seharga sekian, yang di dapat ya harga sekian. Itu kalo di event yang oritentasinya berbisnis
Semuanya berubah sejak negara Pensi menyerang, paling tidak 4 tahun belakangan ini lah. Pensi SMA menabrak semua batasan-batasan dan hitung-hitungan semua profitabilita bisnis itu tadi. Apasih yang gak ada di Pensi SMA sekarang? di Pensi yang jadi Benchmarking saya ini tadi.
Bintang tamu ; 5 line up Nasional (atau lebih ya), Spot foto banyak!! Harga tiket ; rata-rata uang jajan anak SMA sehari, masih masuk.
Secara kualitas Produksi juga solid, Tata panggung, Multimedia, Lighting gak ada bedanya sama event-event Konser lain, bedanya cuma ada slot perform siswa aja sih, tapi ini kan Pensi. Lalu kenapa gak masuk secara hitungan bisnis?
11.) Contohnya gini nih, pernah kita bikin 1 event dengan salahsatu performer nilai kontrak + riders dan akomodasi ada di kisaran 450jt, itu baru 1 performers, bukan biaya total event yang cost nya diatas 1M.
Dengan satu variabel aja di harga performer tadi, secara matematis harga tiket untuk BEP ada di kisaram minimal 250rb, dengan kuota 2.500.
Beberapa bulan kemudian dengan performer yang sama, acara UKM Mahasiswa bikin di venue yang maksimal capacity penontonnya cuma sekitar 3.000an dengan harga tiket.. 45ribu OTS, 35rb presale. Dan itupun di hari H sepertinya gak sold out, karena venue cuma terisi sekitar 70% saja.
Itu baru acara UKM Mahasiswa. Pensi SMA lebih gila lagi penerapan rasio harga tiket dengan biaya produksi event, yang kalo dihitung, balik modal pun tidak. Itu secara tiket,
12.) “Kan masih mungkin kalo ada sponsorship”. Ya sangat mungkin, tapi berapa sih nominal sponsorship yang dikucurkan untuk acara UKM Kampus, Berapa sih nilai Sponsorship yang bisa dikucurkan untuk Pensi SMA?
Secara untuk sekelas Promotor aja harus bersaing untuk dapat sponsorship Corporate maupun Instansi Pemerintah, itupun dengan kompensasi sponsorship yang tentunya gak sedikit.
dari label stage yang harus di branding ke brand mereka sampai judul event yang harus jadi “presented by” brand mereka etc.
Sejauh observasi saya sih di sini belum ada event Pensi / UKM yang presented by brand sponsor, apalagi yang punya banyak budget untuk sponsorship sekarang ini brand rokok. Gak mungkin Pensi SMA dapat sponsorship brand rokok. Bisa jadi lahan pansos KPAAAAAAI :p
13.) Jadi darimana sumber dana event Pensi? Bagaimana mereka bisa menghasilkan event yang biayanya kalo dikalkulasi secara perkiraan aja, gak murah. Saya coba hitung-hitungan kasar juga sih, captive market atau target audiens event Pensi sudah jelas ; 1. jelas murid sekolah itu.
2. alumni, 3. keluarga murid dan Guru. 4. Umum. Itu captive market untuk jualan tiket. Sekarang berapa angkanya? 1. Murid, 1 sekolah rata-rata ada sekitar 300an siswa, jumlahnya bervariasi sih tiap sekolah tapi coba kita pakai angka ini.
2. Alumni, ini banyak banget tergantung sekolahnya juga, tapi coba deh kita ambil ada 100 Alumni. 3. Keluarga, 1 keluarga rata-rata selain murid, ada 3 anggota keluarga lain, jadi 1 murid dikali 3, atau dikali 2 deh. Jadi nambah lagi 300.
4. Umum, ini bervariasi dan gak bisa dijadikan patokan. Total garansi tiket yang terjual dari Siswa, Guru, Keluarga Siswa & Alumni sekitar : 700 tiket.
Range aman harga yang ramah di kantong Siswa dan umum ; 75rb. Total garansi pendapatan jadi 52jt. Sisanya ngarep dr pendapatan penjualan tiket umum, katakan bisa sold out semua di 3.500 tiket, total pendapatan dari tiket : 314jt. Gak sampai 50% dari garis aman untuk bisnis.
Berdasarkan modal / belanja produksi lhoya.
14.) Dari teori dan asumsi diatas, jelas penjualan tiket bukan sumber dana yang diharapkan dari sebuah Pensi SMA.
Dan jika formula tadi diterapkan untuk Bisnis Promotor, hari ini Konser besok kantornya gulung tikar hehe… Ini jelas bukan Kompetitor di segmen pasar yang sama.
Bisnis Event Promotor masih bisa mencari niche di segmen pasar yang berbeda, tapi jumlahnya lebih kecil seperti yang saya sebut diatas. Hitungan diatas tadi sekali lagi berdasar asumsi sederhana.
Kenyataannya jelas lebih rumit lagi dan banyak variabel yang bikin baik itu penetapan harga maupun biaya produksi meleset dari perhitungan biaya awal, tapi disini saya bukan mau bahas itu.
Intinya ada di esensi sebuah Event Hiburan, jika dilihat dari komoditi bisnis maupun kegiatan menyalurkan kreatifitas seperti sebuah Pensi maupun acara UKM.
15.) Positifnya sih, Industri ini tidak akan kehabisan SDM kreatif didalamnya, pengenalan Manajemen event dan mitigasi resiko sebuah kegiatan bisa didapat oleh teman-teman Panitia yang terlibat, jadi begitu nanti terjun di Industri Showbiz sudah ada pengalaman.
Tapi di sisi lain, tantangan untuk Bisnis Promotor untuk mempertahankan kualitas supaya tidak kalah dengan event-event Pensi SMA dan Mahasiswa. Dari sudut pandang konsumen, lebih banyak pilihan jenis hiburan.
16.) Disclaimer, tulisan ini opini pribadi dan saya sangat mengapresiasi Industri Hiburan di Malang dengan segala dinamika di dalamnya. Bagaimana Industri Promotor dan Event komersil bisa bertahan dari tren yang sekarang ini tergantung bagaimana innovasi kedepannya.
Btw, judulnya clickbait gak ya? :p
Capek juga yah bikin beginian.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Kayaknya kenal
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!