, 32 tweets, 5 min read Read on Twitter
Dear mahasiswaku, wabil khusus yang ngambil kelas cyberspace and digital diplomacy, please jangan gumunan, jangan kagetan! Ya memang begitu, faktanya. Kalau kalian lakukan aksi atau operasi gitu, apalagi sensitif, pakai WA, Telegram, Signal dan sejenisnya? Ya KELAAAR!
Khan WA, Telegram, Signal dan sejenisnya sudah ada enkripsinya, passwordnya? Harusnya aman dong? Spt yg kusampaikan di kelas, itu sejatinya hanya memberikan “PERASAAN AMAN”.
Namanya “perasaan” sering kali susah nyikapinya. Mirip “perasaan” kalian saat ada temen cakep banget terus baik banget ama kalian, kalau lihat kalian selalu tersenyum gimana gitu. Eh, pas ditembak, doinya bilang “Kita temenan aja ya...” Modyar!
Kalau cuma kaget dan sedih ama ucapan doi “Kita temenan aja...”, mungkin masih normal. Tapi kalau bertanya-tanya dan merasa dunia tidak adil, karena akhirnya doi milih orang lain - yang kalian nilai lebih “ancur” entah penampilan, IQ, kesalihannya, dll-nya? Itu bodoh namanya!
Padahal kalian harus ingat “PERASAAN” itu cuma terbatas apa yang dirasa. Sedangkan kenyataan sesungguhnya itu jauh lebih luas (wide), dalam (deep) dan tinggi (high) dibanding perasaan kalian! Kecuali kalian punya ilmu ladunni atau sastrajendra atau bisa “maca kitab tanpa papan”.
Para “wali” yang memiliki ilmu-ilmu tsb, dari beberapa kitab maupun dari penjelasan para Kyaiku dulu, hampir gak mungkin alias mustahil, beliau-beliau itu kagetan, gumunan apalagi baperan seperti kalian! Camkan dan ingat baik-baik itu ya!
Betul, jadi orang pintar yang ngerti perasaan (rasa) itu baik. Tapi lebih baik lagi, orang yang bisa rumangsa (mbuh opo bahasa Indonesiane).
Nah, kembali ke WA, Telegram, Signal, dan sejenisnya itu, di mana kalian memahami “PERASAAN AMAN” itu sama dengan “AMAN” krn keberadaan password, double security, dll, ya monggo kerso. Tapi please, dalam hal ini coba dilatih lagi “BISA RUMANGSA”.
Maksudnya “BISA RUMANGSA” dalam hal terkait penggunaan WA, Telegram, Signal, dan sejenisnya, itu bagaimana? Ya, kalian harus paham bhw aplikasi itu GRATIS, dan BUKAN KALIAN YANG BUAT! Ada terms & conditions!
Sampai sini, sudah mulai paham? Sudah mulai sadar kejedut tembok baja? Good! Ya, kalian harus paham prinsip sederhana terkait cyberspace dalam bahasa Inggris Timur, “Modeh kok méntah slamet? Napa poléh sé gratis?”. Heuheuheu.
Ya, sejatinya selalu saja ada “price” yang dibayar untuk hal yang tampak “gratis”, termasuk data kalian, dataku, data kita semua! Ya, dalam cyberspace kalian harus paham bahwa, “DATA IS THE NEW CURRENCY”.
Ya benar, currency itu sejatinya ya alat tukar. Ya betul, data kalian, dataku, data kita, selayaknya alat tukar, ya akan ditukar, untuk “membeli” atau “menjual” sesuatu dalam dunia yang “modern” dengan segala pernak-pernik Industry 4.0-nya.
Sudah-sudah, gak usah mbrebes mili begitu! Hapus air matamu! Biasa saja, senyumi saja kebodohanmu mengikuti “perasaan”. Kalau ngikuti saran Om Didi Kempot, “Patah hati, jogetin aja!”. Oh ya, meski jd Sahabat Ambyar, kalian juga boleh kok teriak “CUUUK!” ya Mbah @sudjiwotedjo?
Ya, para mahasiswaku, kalian harus tahu bahwa dosen kalian ini rakyat Republik Jancukers, di mana Mbah @sudjiwotedjo jd Presidennya. Camkan ini baik-baik: Jika dengan jancuk pun tak sanggup aku menjumpaimu, dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu?!?
Ya, mohon dimaklumi, jika dosen kalian ini tiba-tiba ngomong “CUUUK” di kelas atau di ruang lainnya. Karena itu sejatinya, aku bingung bagaimana mengetuk pintu hatimu, membuatmu sadar, mau belajar & bisa jadi jauh lebih pintar dibanding dosenmu yg ndhéso ini!
Kembali ke WA, Telegram, Signal dan sejenisnya yg ternyata cuma mentok dengan “PERASAAN AMAN”. Lalu sebaiknya bgm?
Seperti yang aku sampaikan sebelumnya, kalau kalian ikut suatu aksi atau “operasi” tertentu, yang “sensitif”. Sebaiknya ya jangan, itu dalam bahasa Latin Timur “Ulo marani gepuk”.
Oh “sensitif” di sini, artinya tidak melulu terkait isu yang sensitif dan mungkin membuat telinga merah Pemerintah atau rezim. Bukan! Maknanya lebih luas dari itu...
Semisal chat WA, Telegram, Signal dan sejenisnya, antara kalian dengan mbuh siapa, yang kalau itu ketahuan, bukan cuma oleh polisi atau aparat penegak hukum, kalian langsung merasa jantungnya copot. Itu “sensitif” artinya.
Ya, mirip chat WA, Telegram, Signal dan sejenisnya antara kalian dengan seorang cemceman atau gebetan atau bispak atau entah siapa, padahal kalian sudah punya pasangan, itu juga sensitif.
Ya, mirip juga chat WA, Telegram, Signal dan sejenisnya, antara kalian yang punya hobby tertentu, entah Gundam, Hotwheels, aksesori mobil atau motor, dll, dgn sang penjual, di mana kalian tak ingin agar pasangan tahu chat itu, itu juga sensitif.
Gampangnya, sensitif itu apa saja yang kalau orang atau pihak sebaiknya ga boleh tahu, ternyata (akhirnya) tahu, “BISA KELAR NIH HIDUP”. Ya, itu semua. Kalian yang lebih paham, kasus yg spesifik & pas utk kalian sendiri.
Sampai di sini, kalian pasti bertanya, “Lalu yang aman apa?” Jawabnya sih simple sebenarnya, yang kalian harus membayar khusus dengan harga tertentu untuk itu.
Masih belum paham juga? Coba cek cuitanku kemarin. Setahuku yang paling aman ya “Old School”.
Masih belum paham juga? Baiklah. Tahu khan kalau Telpon dan SMS ala Old School, jauh sblm era WA, Telegram, Signal dll, hingga skrg pun, masih berbayar, masih kena biaya pulsa?
Biaya ini sebenarnya merupakan biaya untuk keamanan kalian. Ya betul, Telpon dibanding SMS lebih mahal. Artinya?
Ya benar, keamanan dengan cara paling “Old” di antara cara-cara “Old School”, Telpon merupakan yang relatif paling aman. Kenapa?
Ya benar, Telpon rawan atau bisa disadap. Tapi rumangsamu, dengerin atau monitoring atau mantau percakapan itu tidak capek, tidak melelahkan? It’s absolutely painful!
Belum lagi kalau percakapan yang dipantau itu kualitas suaranya agak kemresek, dengan bahasa daerah atau bahasa mbuh apa, yang kita tidak paham sama sekali? Monitoring 24 jam sehari, 7 hari seminggu? Itu masuk neraka namanya!
Belum lagi, kalau yang dipantau komunikasi antar Telpon-nya, sering ngobrol ngalor ngidul, apalagi suka pakai istilah jorok dan tabu? Itu kita tidak akan dapat informasi apa pun, melainkan kutukan! Itu spt beristighfar tp di neraka Jahanam. Telat, bro, sis! Itu derita loe! 😁🤭
Nah, kalau sudah mantengin dan monitor 24 jam non stop, cuma dengerin candaan cabul unfaedah, obrolan ra jelas juntrungnya, tentu “exhausted” beut. Eh, pas kita lengah ga dengerin, target bicara informasi serius. Khan jancuk? #eh
Yo wis, cukup semanten. Monggo dipikir-pikirkan baik-baik semua jejak digital dan apa pun yang kalian gunakan yang terkait cyberspace. Selamat berhari jumat barokah ya tweeps!
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Mahmud Syaltout
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!