My Authors
Read all threads
Bagi orang yang belajar kawruh Kejawen, tentu sudah tidak asing lagi dengan kata Sastra Jendra Hayuningrat. Meskipun banyak yang sudah mendengar kata-kata tersebut, tetapi jarang ada yang mengetahui apa makna sebenarnya.
Menurut Ronggo Warsito, sastra jendra hayuningrat adalah jalan atau cara untuk mencapai kesempurnaan hidup. Apabila semua orang di dunia ini melakukannya, maka bumi akan sejahtera.
Nama lain dari sastra jendra hayuningrat adalah sastra cetha yg berarti sastra tanpa papan dan tanpa tulis. Walaupun tanpa papan dan tulis, tetapi maknanya sangat terang & bisa digunakan sebagai serat paugeraning gesang. Ada 6 macam tahapan yg harus dilalui utk mencapai hal itu:
1.Tapa Jasad: Tapa jasad adalah mengendalikan atau menghentikan gerak tubuh dan gerak fisik. Lakunya tidak dendam dan sakit hati. Semua yang terjadi pada diri kita diterima dengan legowo dan tabah.
2.Tapa Budhi: Tapa Budhi memiliki arti menghilangkan segala perbuatan diri yang hina, seperti halnya tidak jujur kepada orang lain.
3.Tapa Hawa Nafsu: Tapa Hawa Nafsu adalah mengendalikan nafsu atau sifat angkara murka yang muncul dari diri pribadi kita. Lakunya adalah senantiasa sabar dan berusaha mensucikan diri,mudah memberi maaf dan taat pada Gusti Allah kang moho suci.
4.Tapa Cipta: Tapa Cipta berarti Cipta/otak kita diam dan memperhatikan perasaan secara sungguh-sungguh atau dalam bahasa Jawanya ngesti surasaning raos ati. Berusaha untuk menuju heneng-meneng-khusyuk-tumakninah,
Sehingga tidak mudah diombang-ambingkan siapapun dan selalu heningatau waspada agar senantiasa mampu memusatkan pikiran pada Gusti Allah semata.
5.Tapa Sukma: Dalam tahapan ini kita terfokus pada ketenangan jiwa. Lakunya adalah ikhlas dan memperluas rasa kedermawanan dengan senantiasa eling pada fakir miskin dan memberikan sedekah secara ikhlas tanpa pamrih.
6.Tapa Cahya: Ini merupakan tahapan tapa yang lebih dalam lagi. Prinsipnya tapa pada tataran ini adalah senantiasa eling, awas dan waspada sehingga kita akan menjadi orang yang waskito (tahu apa yang bakal terjadi).
Sastra Jendra Hayuningrat. Satu ilmu yang menjelaskan tentang rahasia alam semesta, yang tidak bisa diketahui oleh sembarang makhluk, baik di daratan, lautan maupun angkasa raya.
Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat ini sesungguhnya berasal dari Tuhan yg isinya merupakan wejangan berupa mantra sakti utk keselamatan dari unsur2 kejahatan di dunia. Ilmu ini juga merupakan rahasia dari agama & dapat menyelamatkan siapapun dari berbagai marabahaya.
Lalu dari sudut pandang bahasa, maka kata Sastra Jendra Hayuningrat itu berasal dari kata “Sastra” berarti tulis, ilmu atau kitab, “Jendra” yang berarti milik raja atau diidentikan dengan Tuhan, dan “Hayuningrat” yang berarti keselamatan umat dan dunia semesta.
Sehingga dari kata-kata itu maka bisa disimpulkan bahwa Sastra Jendra Hayuningrat itu berarti ilmu dari Tuhan yang berguna untuk keselamatan manusia dan alam semesta.
Dari sudut pandang kebatinan Jawa, maka makna dari ilmu Sastra Jendra Hayuningrat ini di tuangkan dalam berbagai falsafah. Di antaranya:
1.Ngelmu wadining bumi kang sinengker Hyang Jagad Pratingkah (ilmu rahasia dunia atau alam semesta yang dirahasiakan atau berasal dari Tuhan Yang Maha Esa).
2.Pangruwating barang sakalir (dapat membebaskan dan menyelamatkan segala sesuatu).
3.Kawruh tan wonten malih (tiada ilmu pengetahuan lain lagi yang dapat dicapai oleh manusia).
4. Pungkas-pungkasaning kawruh (ujung dari segala ilmu pengetahuan atau setinggi-tingginya ilmu yang dapat dicapai oleh manusia atau seorang sufi).
5. Sastradi (ilmu yang luhur).
Jadi, ilmu Sastra Jendra Hayuningrat adalah sebuah ilmu yang menjadi kunci bagi seseorang untuk dapat memahami isi dari indraloka – pusat tubuh manusia – yang berada di dalam rongga dada, yaitu pintu gerbang atau kunci rasa sejati yang bersifat gaib.
Maka dari itu, ilmu Sastra Jendera Hayuningrat ini adalah sebagai sarana “pemusnah” segala bahaya. Sebab segalanya sudah tercakup di dalam ilmu Sastra Utama ini, puncak dari segala macam ilmu.
Ya. Dahulu kala, saat raksasa atau segala hewan seisi hutan mengetahui arti dari Sastra Jendra, mereka akan terbebas dari segala petaka, sempurna kematiannya, sementara ruhnya pun akan berkumpul dengan ruh golongan manusia linuwih (mumpuni).
Sementara manusia yang telah sempurna dalam menguasai ilmu Sastra Jendra Hayuningrat ini, apabila ia mati, maka ruhnya akan berkumpul dengan para dewa dan orang suci.
Untuk dapat mencapai tingkat hidup yang demikian itu, manusia harus menempuh berbagai persyaratan atau perilaku khusus. Dalam hal ini berarti suksma, jiwa dan rahsa-nya juga harus bisa manunggal (menyatu) dengan Tuhan.
Di karenakan jalan atau cara dalam menguasai ilmu Sastra Jendra ini berkedudukan pada tingkat hidup tertinggi, maka ilmu ini juga dinamakan sebagai “Benih seluruh alam semesta”.
Itu terjadi karena ilmu puncak ini bisa dibilang juga sebagai kunci untuk dapat memahami isi dari Rasa Sejati. Dimana untuk bisa mencapainya, maka diperlukan sesuatu yang luhur dan perbuatan yang mutlak sesuai dengan kebenaran Tuhan.
Ya. Rasa Sejati itu melambangkan jiwa atau badan halus ataupun nafsu sifat di setiap manusia, yaitu keinginan, kecenderungan, dorongan hati yang kuat ke arah yang baik maupun yang buruk atau jahat.
Di antara nafsu sifat itu ialah Lauwamah (angkara murka), Amarah, Supiyah (nafsu birahi). Ketiga sifat tersebut melambangkan hal-hal yg menyebabkan tidak teraturnya atau kacau balaunya suatu masyarakat dalam berbagai bidang, antara lain: kesengsaraan, malapetaka, kemiskinan, dll.
Sedangkan sifat terakhir yaitu Mutmainah (nafsu yang baik, dalam arti kata berbaik hati, berbaik bahasa, jujur dan lain sebagainya), dimana sifat ini akan selalu menghalang-halangi tindakan yang tidak baik.
[Kisah turunnya ilmu Sastra Jendra Hayuningrat kepada manusia]

Dahulu kala, tersebutlah seorang manusia pilihan yang bernama Wisrawa. Sosok ini menjadi lambang guru yang memberikan wejangan ngelmu Sastra Jendra kepada umat manusia.
Gambaran ilmu ini adalah mampu merubah raksasa menjadi manusia. Dalam pewayangan, raksasa digambarkan sebagai makhluk yang tidak sesempurna manusia.
Misalnya kisah prabu Salya yang malu karena memiliki ayah mertua seorang raksasa. Raden Sumantri atau dikenal dengan nama Patih Suwanda memiliki adik raksasa bajang bernama Sukrasana.
Dewi Arimbi, istri Werkudara harus dirias sedemikian rupa oleh Dewi Kunti agar Werkudara mau menerimanya sebagai isteri. Lalu Bhatari Uma di sumpah (di kutuk) menjadi raksesi oleh Bhatara Guru saat menolak melakukan perbuatan kurang sopan dengan Dewi Uma pada waktu yg tidak tepat
Anak hasil hubungan Bhatari Uma dengan Bhatara Guru lahir sebagai raksasa sakti mandra guna dengan nama “Bhatara Kala“ (kala berarti keburukan atau kejahatan).
Melalui ilmu Sastra Jendra ini, maka simbol sifat-sifat keburukan raksasa yang masih dimiliki oleh manusia akan diubah menjadi sifat-sifat manusia yang berbudi luhur.
Karena melalui sifat manusia ini kesempurnaan akal budi dan daya keruhanian makhluk ciptaan Tuhan diwujudkan. Dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia adalah ciptaan paling sempurna.
Bahkan ada disebutkan, Tuhan menciptakan manusia berdasar gambaran Diri-Nya. Filosof Timur Tengah seperti Al-Ghazali menyebutkan bahwa manusia seperti Tuhan kecil sehingga Tuhan sendiri memerintahkan para malaikat untuk bersujud.
Sekalipun manusia terbuat dari zat hara dan berbeda dengan jin atau malaikat yang diciptakan dari unsur api dan cahaya, namun manusia memiliki sifat-sifat yang mampu menjadi pemimpin di dunia.
Itulah keunggulan dari ilmu Santra Jendara ini. Namun oleh para dewata ilmu ini hanya dipercayakan kepada Begawan Wisrawa, seorang satria berwatak resi yang tergolong kaum cerdik pandai dan sakti mandraguna.
Ketekunan, ketulusan dan kesabaran Begawan Wisrawa menarik perhatian dewata sehingga mereka memberikan amanah untuk menyebarkan manfaat ajaran tersebut.
Selain itu Wisrawa adalah sosok yang juga memiliki sifat yang mampu membaca makna di balik sesuatu yang lahir dan gemar berbagi ilmu dengan cara yang bijak.
Sebelum “madeg pandito“ (menjadi seorang resi), Wisrawa telah lengser keprabon dan menyerahkan tahta kerajaan kepada putranya yang bernama Danaraja.
Sejak itu sang resi gemar bertapa untuk bisa mengurai kebijaksanaan dan memperbanyak ibadah menahan nafsu duniawi. Kebiasaan ini membuat Wisrawa tidak saja dicintai oleh manusia namun juga para dewata.
Begawan Wisrawa ini bukan orang sembarangan. Ia keturunan orang-orang hebat, bahkan sebenarnya masih ada hubungan langsung dengan Bhatara Guru, raja para dewa di kahyangan.
Karena itulah, tidak heran jika ia bisa mendapatkan anugerah ilmu Sastra Jendra Hayuningrat yang luar biasa itu. Berikut ini silsilah keluarganya:
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Bangga Dadi Wong Jowo

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!