Prosesi yang sudah diajarkan turun temurun akan menjadi tradisi yang sangat melekat pada masyarakat di suatu daerah. Berbekal keyakinan tersebut, perilaku baik maupun buruk dapat di tinjau dari cara mereka menjalankan tradisi itu. 
Pemaknaannya sangat filosofis, karena yang diajarkan ini mengandung nilai-nilai kepercayaan yang selayaknya diemban oleh masyarakat itu sendiri.
Sebut salah satu Mitologi Jawa yang berkembang dengan kepercayaannya, yaitu Kejawen, mempunyai dasar-dasar pemaknaan kehidupan seperti layaknya kepercayaan lainnya yang dipercaya di negeri ini.
Tanpa mengurangi maksud dan tujuannya, kepercayaan tersebut memiliki dasar fundamental yang mengakar kuat dalam memaknai baik dan buruknya kehidupan.
Berkenaan dengan itu, kepercayaan dalam Mitologi Jawa ini pastinya tumpang tindih dengan mistisme yang berkembang di masyarakatnya.
Bahwa ada keterikatan dunia mistis dengan kepercayaan Kejawen, bahwa masyarakat Jawa Kuno kental berhubungan dengan dunia gaib. Mungkin hal tersebut yang kini jadi tidak relevan dan kadang berbenturan prinsip dengan kepercayaan lain.
Berkembangnya narasi tersebut kini hanya dianggap rekaan mitos belaka, ada dan tiada, karena kebanyakan masyarakatnya sudah meninggalkan tradisi tersebut.
Namun hal ini berbanding terbalik pada sekumpulan masyarakat yang masih meyakini teguh adat dan tradisi mereka, dalam melihat sebuah peristiwa yang sedang atau nantinya akan terjadi.
Ada beberapa daerah yang warganya masih mempercayai tradisi-tradisi yang diturunkan oleh para leluhurnya tersebut, seperti salah satu desa di daerah Yogyakarta. Hampir seluruh warga di desa itu masih meyakini tradisi tersebut.
Warga desa ini mendiami kawasan perbukitan di ujung utara Kabupaten Yogyakarta, yang bersebelahan langsung dengan sebuah gunung api keramat yang paling aktif di Indonesia.
Bebal mungkin jadi stigma yang tegas untuk melabeli sekumpulan masyarakat ini, dalam sudut pandang tertentu. Karena keyakinan mereka akan selalu berbenturan dengan prinsip masyarakat modern yang kini sudah melek teknologi.
Segala sesuatunya sudah bisa diprediksi menggunakan alat-alat canggih yang mampu diciptakan. Walaupun gunung aktif tersebut bisa jadi sumber musibah yang mampu mencelakai seluruh warga desa di perbukitan ini.
Namun mereka meyakini bahwa gunung api tersebut tidak akan berkehendak seperti itu.
Daerah tersebut memang diyakini sebagai jagad keratonnya para lelembut di tanah Jawa dan menurut mereka para lelembut itu senantiasa melindungi masyarakat di sekitarnya.
Keyakinannya ini juga didasari pada sosok-sosok leluhur yang melindungi bukit ini. Mereka ini adalah perwujudan dari roh kakak beradik, Empu Rama dan Empu Permadi.
Penuturan lain mengatakan, konon katanya bukit yang jadi tempat mereka tinggal ini, usianya lebih tua ketimbang gunung api keramat tersebut.
Penduduk setempat meyakini bahwa bukit ini adalah bibi yang mengasuh gunung api keramat, sehingga tidak mungkin keponakannya itu mengamuk atau kurang ajar pada bibinya sendiri.
Prinsip ini yang selalu ditanamkan pada benak anak cucu mereka yang menikmati kekayaan karunia alam perbukitan ini.
Penduduk desa disini juga masih meyakini bahwasanya mereka mampu mengamati pertanda alam yang diberikan oleh semesta. Apabila sesuatu buruk akan menghampiri desa mereka, pastinya ada pertanda dari alam yang akan mengabarkan berita tersebut.
Ritus ini secara turun temurun sudah diajarkan oleh para leluhur dan masyarakat setempat teguh meyakininya. Desa tempat mereka tinggal ini adalah sumber penghidupan dan kesuburan yang diberikan oleh alam, maka hanya alam saja yang bisa mengambilnya.
Konsepsi ini akan selalu jadi benteng yang memperteguh keyakinan para penganutnya, bahwa setiap tindakan akan didasarkan pada sebab dan akibatnya.
Baik maupun buruk pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal, mungkin pola ini yang tidak menggentarkan hati para penganutnya tentang sebuah pengharapan.
Namun apapun yang terjadi, bila alam sudah berkehendak lain sewajarnya kita tetap membutuhkan akal sehat.
Kontributor: Banisrael
Kontributor: Banisrael
