Tercatat dan bahkan lupa untuk dicatat, Indonesia sudah melewati sekian banyak masa-masa sulit kala dihadapkan dengan amarah terhadap bangsanya sendiri. 
Andil-andil berteriak di garda terdepan atas nama kemerdekaan, hingga terkadang luapan semangatnya merubah menjadi amarah yang enggan bersisa. Tapi kan? Tapi kan?
Sudahlah amini saja, percuma untuk membela. Toh gedung yang cuma berdiam diri saja, juga bisa banyak bersaksi cerita tentang murkanya manusia jika ditanya.
Bagaimanapun juga sisa memori ‘98 akan selalu mampu menelurkan bias cerita dengan ragam versinya. Krisis moneter judulnya; dan entah ada berapa kisah naas yang melengkapi perjalanan bangsa ini dalam melewati masa-masa suram tersebut.
Beberapa masih mau bersaksi sesuai adanya, beberapa lagi juga ingin turut bercerita; sayangnya saja sebagian dari mereka sudah tidak lagi bernyawa.
Coba buka salah satu pintu di gedung mall di bilangan ibukota yang kala itu tak luput dari sisiran amarah bangsanya sendiri. Coba buka saja salah satu pintu dengan mata batin yang siap melihatnya tanpa ragu.
Maka akan tergambar dengan jelas sisa residual energi dari sebuah bangunan ini yang dulunya pernah membakar matang-matang hampir seluruh pekerja dan pengunjung di dalamnya.
Kebanyakan orang hanya menahu soal cerita seram tentang hantu-hantu yang kerap menampakkan diri dengan wujud gosong lengkap dengan bau-bau.
Tapi kebanyakan orang tidak akan menyadari ada desas-desus yang cukup santer terdengar akan kegilaan yang sebenarnya terjadi pada masa lalu. Kenapa hampir seluruh manusia di dalamnya bisa hangus terbakar hidup-hidup?
Katanya, ada oknum yang turut bermain dalam peristiwa tersebut.
Katanya pula, semua pintu pada bangunan tersebut memang sengaja ditutup agar yang di dalamnya hangus dan menyisakan pilu tersendiri; yang barangkali saja setelahnya bisa digunakan untuk kepentingan pemberitaan tertentu.
Sehingga menjadi wajar sampai kapanpun waktu bergulir, sampai kapanpun bangunan itu sudah disulap dengan ragam rupa, bayang-bayang sisa tragedi waktu itu juga tentunya masih terperangkap abadi dalam wujud yang enggan mereka mau.
Satu penampakan manusia gosong yang kerap melintas, suara tangis yang sering terdengar di banyak sudut bangunan adalah hal biasa untuk dilihat.
Karena sejujurnya kalian semua belum pernah melihat saja, betapa mengerikannya kala banyaknya jiwa-jiwa terbakar lainnya sepakat untuk menampakkan diri secara bersamaan.
Satu yang bisa kami pastikan, meski rekaman penampakan ini akan sering terlihat mengganggu sampai kapanpun itu, percayalah mereka hanyalah kumpulan dari residual energi masa lalu yang masih sering meratapi kenapa akhiran hidup mereka harus seperti itu.
Tidak pernah ada rasa mendemdam, hanya kebingungan yang besar harapnya untuk segera dilepaskan dalam doa keikhlasan yang sudah jarang disampaikan kepada mereka-mereka yang ada disana.
•
Kontributor : Bonaventura D. Genta
•
Kontributor : Bonaventura D. Genta
