Ia, Zaid muda bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tentang apa amalan yang paling afdhal itu
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, amalan yang paling afdhal adalah jihad fii sabilillah
Tiba suatu hari ketika perang akan berkecamuk. Dibawalah pedang ayahnya yang panjangnya lebih panjang dari tinggi tubuhnya. Dan ia pun datang kepada Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam
Zaid bin Tsabit minta izin turut berpartisipasi dalam perang pada Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam. Namun beliau Shallallahu 'alaihi wasallam melarangnya ikut. Karena Zaid jelas sekali belum pantas berangkat di medan adu pedang itu.
Zaid pun pulang dengan sedih dan mengadu kepada Ibunya perihal ditolaknya ia turut serta dalam perang. Ibunya pun menenangkannya.
Sang Ibunda pun kemudian menjelaskan kepada Zaid bahwa jihad itu banyak bentuknya. Sang Ibu menyarankan Zaid untuk menghafal Al-Qur'an.
Zaid muda pun segera menghafal Al-Qur'an. Ia lalu hafal 17 juz* dalam kurun waktu 2 hari saja
*sumber lain mengatakan 17 surat
*sumber lain mengatakan 17 surat
Dibawanyalah Zaid oleh Ibunya ke hadapan Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam. Dan Zaid pun menyetorkan langsung bacaannya kepada Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam.
Melihat keunikan Zaid, Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam pun mengangkat Zaid muda sebagai Sekretaris beliau dan menyuruhnya untuk belajar bahasa Ibrani dan Suryani.
Dan Zaid pun berhasil menguasai bahasa Ibrani dalam kurun waktu 2 pekan 2 hari.
Di kemudian hari, beliau dikenal sebagai orang yang bertugas mengumpulkan Al-Qur'an.
Sekian Thread yang banyak sekali kekurangannya. Jika ada koreksi kula sumanggakaken.
Seperti perkataan Umar bin Abdul Aziz, "Semoga Allâh merahmati orang yang menunjukkan kepadaku kesalahanku".
**diolah dari berbagai sumber
Seperti perkataan Umar bin Abdul Aziz, "Semoga Allâh merahmati orang yang menunjukkan kepadaku kesalahanku".
**diolah dari berbagai sumber
