Bagaimanakah akhlak beliau, hingga bisa menjadi idola sedemikian rupa?
Syekh Abu Bakar bin Salim sejak kecil sudah terdidik dalam keluarga dan lingkungan yang baik.
Beliau senantiasa bersedekah kepada fakir miskin, anak yatim, para janda, orang-orang yang sudah tua, dengan memberi uang atau memberi makan kepada mereka.
Lebih-lebih di dalam hal memuliakan tamu.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata,
و حبب إلي من الدنيا ثلاثة: الخدمة للضيف و الصوم في الصيف و الضرب بالسيف.
Memuliakan tamu, berpuasa di musim panas, dan ikut berperang di jalan Allah SWT
Kemudian pembantu Syekh Abu Bakar keluar untuk menemui sang nenek.
"Engkau sedang mencari siapa, duhai Nenek?”
Tanya pembantu Syekh Abu Bakar.
Beliau pun langsung keluar rumah untuk menemui sang nenek.
“Ada tujuan apa engkau ke rumahku?” Tanya Syekh
Beliau berkata, "Wahai Ibu, maafkanlah pembantuku itu, karena ia tidak tau kesukaanku.
Ketahuilah! Tidak ada hadiah yang lebih membuatku gembira, selain hadiah gandum darimu ini, semoga Allah membalas kebaikanmu”
Wanita itu berbunga-bunga hatinya, bukan krn uang 1000 dinar yg ia terima, tetapi karena al-Imam mau menerima hadiah darinya yang tidak seberapa tersebut
لَوْ ماشَكَرْنَا عَلَى القَلِيْلِ مَاجَائَنَا الْكَثِيْرُ
“Apabila kita tidak bersyukur atas anugerah yang sedikit, maka anugerah yang banyak tidak akan datang kepada kita.”
Dari kisah di atas, kita bisa mendapati bahwa Syekh Abu Bakar Bin Salim adalah seorang yang tidak suka ketenaran.
Beliau menganggap dirinya pribadi yang biasa.
Beliau senantiasa menghinakan diri di hadapan Allah.
Padahal, yang beliau miliki lebih dari itu.