My Authors
Read all threads
[SETAHUN DI KONTRAKAN BERHANTU]
Page Tamat

_A Thread_
#ceritahoror #horror #HorrorThread #hororstory #bacotsantuy #SheilaOn7 #KimJungUn
Pada masa Genjatan senjata dengn makhluk gaib, memang semua berjalan dengan normal, tapi bukan berarti tidak ada dinamika yang terjadi. Tentunya kalian sudah melihat denah yang kubuat di page 1, di depan rumah kami ada tetangga yang kelakuannya sunggu asu dan tak beradap…
Aku benar-benar lupa itu hari apa, tapi seingatku terjadi pada suatu sore. kami semua sudah kembali dari kampus dan beraktivitas biasa di kontrakan. Aku yang lagi gabut sedang merayu-rayu si Lepuk agar mau melakukan “Pengerasan”
“Ayo to Puk, pengerasan!” kataku

“Wegah, aku bar madang..” (gamau, aku abis makan) kata Lepuk.

“Sedilit wae Puk, pengerasan to” (Bentar aja, pengerasan dong) si Ceper ikut-ikutan.

“Halah, ayo puk.. pengerasan” Kiyer menambahi dengan nada bicara manja.
Lepuk yang tak kuasa menampik permintaan kawan-kawannya segera mencopot kaos lalu memasang kuda-kuda, dan dengan gerakan tangan seperti avatar yang mau mengendalikan angin dia memusatkan energi ke perutnya.
yang konon diisi dengan 1000cc udara, membuat si Lepuk memiliki ketahanan fisik luar biasa keras seperti batu pualam. Aku, Kiyer dan Ceper langsung memukul perut Lepuk dengan seluruh tenaga. BLES!
“Sakit ora,Puk?” tanyaku.

“Ora!” jawabnya dengan penuh konsentrasi. Mendengar jawaban Lepuk kami makin semangat menghajarnya. Huru-hara itu membuat Gembi, Doyok dan Timbul yang sebelumnya di dalam kamar ikut-ikutan .
“Tahan yo Puk!” kata Doyok yang mengambil ancang-ancang dari jarak 5 meter, lalu berlari sekuat tenaga dan melepas bogem powernya ke seputaran perutnya Lepuk. Hiyaaaaahhh! BRESSSSSSS..
“Halaaahh.. Ra kroso!” Kata Lepuk mempersilahkan kami untuk melakukan serangan yang lebih brutal lagi. FYI, dulu hampir semua anggota perserikatan memiliki basic beladiri yang kami gunakan untuk berantem.
nah si Lepuk ini punya jurus yang dinamai ‘pengerasan’ yaitu dia tidak akan merasa kesakitan meski di pukul beramai-ramai. Entah dia dapet ilmu dari mana, tapi paling tidak si Lepuk ini jadi punya nilai guna untuk kami melampiaskan emosi.
Tapi, ditengah keasikan kami menggunakan si Lepuk sebagai samsat, suara speaker yang naudubilah jeleknya terdengar dari luar rumah.

“Waaaaaaaahhh, Si bangssssat!” teriak Ceper sambil mengepalkan tangan, dan berlari kedepan.
Anggota perserikatan segera mengikuti Ceper, dan kami semua langsung berbaris berbanjar di depan rumah sambil memasang wajah paling intimidatif menuju sebuah rumah di depan kontrakan.
Kepala botaknya muncul dari belakang jendela rumahnya. Itu adalah tetangga yg kami laknat. Dia ini sepertinya sedang memancing emosi kami, sejak kami pertama pindah dia selalu membuat gara2 dengan menyetel musik dangdut lawas era 70an dengan speaker toa kearah kontrakan kami.
7 kali seminggu, 3 kali sehari, 5 jam nonstop! Lebih dari 12 jam sehari kami mendengar suara cempreng dari toa jebol tetangga kami itu, kalau sekali dua kali memang tidak masalah, tapi ini sudah keterlaluan, dan yang paling emosi dari kami semua tentunya Ceper.
Karena dia menempati kamar paling depan. Saking emosinya dia tiap kali suara dangdut dari depan terdengar maka dia akan keluar rumah sambil petentengan, seolah menantang tetangga yang tidak kami ketahui namanya itu untuk keluar dan berduel.
Tetangga kami itu bekerja sebagai tukang parkir, seorang pria paruh baya sekitar 40an tahun, tapi kelakuane kui lho… pernah si Gembi melaporkan hal ini kepada pak RT tapi sekelas pejabat RT pun sudah pusing menghadapi orang itu, kami cuma di minta harap maklum saja.
Puncaknya adalah ketika ceper sudah tidak kuat lagi menahan emosinya pada suatu siang dia berteriak sangat keras.
“PERANG YO PERANG!!!” katanya lantang, dilanjut dengan dia yg mengusung semua sound system di kamarnya. Kami yg mendengar suara Ceper memindah2 barang terus bertanya.
“Kenopo to,Per?” tanyaku.
“Kae ngejak perang, ayo serang balik!” katanya sambil memanggul sebuah speaker besar.
Melihat Ceper yang sudah mendeklarasikan perang, tentu saja membuat jiwa korsa kami membara, dan tanpa harus diminta, kami semua mengusung seluruh speaker termasuk mini compo yang kami punya untuk disatukan di depan kontrakan dan di hadapkan di rumah tetangga laknat.
Total ada 8 Speaker miik kami yg dirangkai jadi satu di teras dan kita stel lagu andalan kami, yaitu Slipknot –Before I Forget- dengan volume maksimal. Waktu itu kami merangkai semuanya dengan rapi, kabel2 juga kita ikat dengan bagus, pokoknya kayak tukan sound professional!
Benar-benar psywar yang dahsyat ketika tetangga kami itu menambah volume amplifiernya secara maksimal dan malah membuat suara musik miliknya terdengar sangat menyedihkan. Perang psikis itu terjadi sampai malam hari, dan sepertinya lawan kami mengaku kalah dengan mematikan toanya.
Kami yang sudah merasa menang langsung merapikan sound-sound kami. Tapi, asal kalian tau. Ternyata hari itu tidak berakhir begitu saja, tetangga kami yang merasa kalah perang sound system itu membuka babak baru dengan melempar petasan yang mendarat persis di depan teras kami.
“DUAAARRRR!” kami awalnya bingung ketika ada petasan yang meledak di depan rumah, dan pas kami intip ternyata itu memang berasal dari lemparan rumah depan kami. Ceper yang naik pitam sudah mau berangkat untuk menantang duel secara langsung, tapi di cegah oleh Gembi.
“wis, gini wae Per, dari pada gelut. Kita balas serangannya dengan mercon juga! Sekarang beli!” teriak Kiyer yg menginisiasi serangan balasan. Segera saja Lepuk dan Gembi berangkat untuk membeli satu dus petasan korek yg saat itu mudah didapatkan karena mau bulan puasa.
Jadilah malam itu kami saling melempar mercon, dan berakhir setelah kami menghabiskan kurang lebih 50an mercon ke pekarangan rumahnya tetangga laknat.
Sudah lebih dari dua minggu sejak Noka kemari, dan tanpa adanya gangguan gaib, hidup kami kembali berjalan normal bahkan cenderung membosankan.
Rasanya kami harus mengakui ada rasa rindu dengan segala aktivitas mahkluk gaib disini, kami butuh memacu adrenalin. Tapi, jika ditawari apakah mau mengalaminya lagi tentunya kami semua akan kompak geleng-geleng.
Menaburkan kembang tujuh rupa di kontrakan ini terbukti berkasiat menangkal paranormal activity yang mengganggu kami, jelas kami merasa aman setelahnya dan malah mengakibatkan perbuatan awur-awuran kami tidak terbendung.
kami jadi makin sering membuat kegiatan-kegiatan tidak bermutu, dan rasa haus kami akan hal-hak menantang makin menjadi-jadi.
Aku baru bangun tidur, saat mendengar suara Ceper yang lagi uring-uringan.

“Asuuuuuuu!!! Aku ora terima! Jingan!” teriaknya.
“Kenopo to, Per? Ribut wae!” kataku yang merasa terganggu suasana paginya.

“Maaaattttaaaannneee!” katanya lagi sambil menunjuk-nujuk sebuah handuk yang tergantung di dekat kamar mandi.

“Kenopo to, Per? Pagi-pagi wis nesu-nesu?” jawab Lepuk sambil sikat gigi.
“Iki liat! Anduk iki!” kata Ceper lagi.

“Lha kenopo to andukmu?” Tanya Gembi yang baru muncul dari balik pintu kamar mandi.

“Iki bukan andukku, Su!” teriak Ceper dengan nada tinggi.

“Lha terus? Iki punyane sapa?” tanyaku.
“Iki punyane Kiyer! Uaaassuuu. Andukku ora kaya ngene!” kata Ceper lagi. Kebetulan baru sejam yang lalu si Kiyer pamit untuk pulang duluanke Wates karena mau bertemu temen disana.
Memang hari itu adalah Sabtu, dan sudah jadi rutinitas kami untuk mudik ke Wates. Sekedar membawa pulang baju kotor, trus minggu malam kami semua akan balik ke kontrakan sambil bawa duit buat beli alkohol.
“Yowes daripada bingung, mending koe sms si Kiyer wae lah, Per!” kata Gembi yang sudah malas menanggapi Ceper. Si Ceper kemudian mengambil Hp Siemens A35nya dan mengetik pesan singkat yang ditujukan untuk Kiyer.
“Matane!!!! Iki anduke kijolan!” (Matamu! Ini anduknya ketuker!) klik Send. Kemudian Ceper masuk ke kamarnya dan nggak jadi mandi, padahal posisinya sudah bugil. Dan ia terus ngomel-ngomel. Setelah Ceper masuk kamar, kami pun melanjutkan aktivitas biasa.
Tapi selisih satu jam kemudian, ternyata konflik ini tidak berhenti begitu saja. Suara motor Jupiter Z milik Kiyer sudah berhenti di parkran, artinya mungkin dia langsungputar balik ke Kontrakan, sesaat setelah dia sampai rumahnya.
padahal jarak kontrakan ke rumahnya si Kiyer itu jauh banget, sekitar 40km. Tanpa mematikan mesin Kiyer menggembor-gembor gas motornya (Bleyer-bleyer) dengan memasang wajah emosi.
“Endi, Ceper!!” kata Kiyer yang masih mengenakan jaket, sarung tangan, sepatu dan tas punggung.

“Kenopo, Yer?” Tanyaku heran melihat ekspresinya Kiyer.
“Ceper nandi!” (Ceper dimana!) Bentak Kiyer sambil melangkah menuju kamarnya Ceper, dan langsung saja dia tarik hendel pintu kamar Ceper, BLARR!!!
“Per! Buangsaaat koe!” kata Kiyer yang menunjuk-nunjuk Ceper.
“Muaaaattaaaaaaamu!!! Melu aku!” kata Ceper sambil melangkah menuju ruang belakang.

Seisi kontrakan mengikuti Ceper dan menyaksikan konflik dua orang anak manusia itu, tapi kami memang belum melerai, kami biarkan urusannya dituntaskan dulu.
“Yer! Tulung delok’en iki nganggo matamu sik gede cilik kui! Iki anduke kijolan!” (Yer ! tolong liat pake matamu yang gede kecil itu, ini anduknya ketuker!) Seru Ceper sambil menunjuk Handuk berwarna biru yang sudah usang.
“Kijolan matamu!” teriak Kiyer nggak Kalah kenceng. Dengan menahan deru nafsu emosi, Kiyer membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah handuk yg warna dan merknya persis dengan handuk yang di tunjuk Ceper tadi, bedanya handuk yg di perlihatkan Kiyer ini kondisinya lebih menyedihkan.
“Iki bener andukku, Ora kijolan Su!” pekik Kiyer sambil mengacung-ngacungkan handuknya ke wajah Ceper. Si Ceper lalu membandingkan kedua handuk itu, dan setelah dirasa cukup dia mengembalikan handuk yang di lempar kiyer tadi sambil memasang ekspresi yang asu banget.
“Woooohh, iyoe” katanya nyengir, lalu berjalan santai menuju kamarnya. Selolah-olah debat kusirnya dengan Kiyer tidak pernah terjadi. Si Kiyer yang masih dongkol dengan Ceper kemudian menyusulnya dan menggedor-gedor pintu kamar Ceper.
“Wooooiii, Per! Iki muk ngono wae?” teriak Kiyer.

“Lahh mau apa lagi? kan sudah jelas sekarang masalahnya, handuk tadi tidak pernah tertukar, dan sekarang saya sudah lega.” Kata Ceper dengan santai.
“Lohh, iki aku jauh-jauh puter balik dari Wates buat ngrampungke masalah iki. Trusss berhenti ngono wae?” tanya Kiyer yg kecewa.

“Loh, loh itu urusan anda, perkara puterbalik dari wates kesini, yg penting kan semua clear, dan pada dasarnya kan maksud saya baik” Kata Ceper lagi.
“Baik opone? Baik ndasmu!” balas Ceper yang masih tidak terima.
“Kan tadi saya pikir itu handuk milik anda, wong seingat saya itu handuk saya sudah jelek wujudnya, saya kan tidak mau barang yg bukan milik saya, apalagi lebih bagus. Siapa yg sangka kalau handuk milik saudara itu bentuknya lebih hancur” teriak ceper dengan penuh kemenangan.
Mengabaikan si Kiyer yang pergi dengan putus asa. “Kelakuane Ceper asu tenan “ Gumam Kiyer sambil jalan. Hadoohhh, cuma masalah anduk kok bisa se rame itu.
Seperti yang dikatakan diawal tadi, hari itu kami pulang ke wates bersama-sama, karena si Kiyer akhirnya memutuskan kembali ke kontrakan siang tadi, akhirnya kami bisa mudik bersama-sama dengan formasi full team dan road race dari depan Amplas sampai alun-alun Wates.
Hari minggunya kebetulan kami tidak berangkat bersamaan, jadi perlombaan balap kuda besi kami tiadakan dahulu. Si Timbul sudah datang sebelum maghrib, karena belum ada orang yang datang dia masuk ke kamarku untuk main Zuma sambil musikan.
Kalian tentunya sudah tau karakter si Timbul ini, dia adalah orang dengan ketahanan mental luar biasa batu,, dan ndableknya sudah meresap ke sumsum tulang belakang serta urat nadinya.
Pas kemarin rame-rame kami berkonfrontasi dengan dedhemit disini, Si Timbul adalah satu-satunya orang yang memasang wajah tidak takut, padahal kami semua juga tau kalau dia cuma jaim sedangkan bisa dipastikan jiwanya bergetar.
Sepeti biasa, lagu yang di putar oleh kami adalah Slipknot, Blink, Un Holly, Saint Loco dll. Tidak tanggung-tanggung, Timbul nyetel lagu-lagu rock and punk tadi sampai volumenya mentok.
Kalau kalian ke kontrakan kami waktu itu, Pas lagi konsentrasi main Zuma dan mendengarkan music, tiba-tiba dari arah jendela dia merasa ada seseorang di sekitarnya, dan mengatakan..
“ssstttt” timbul memberi respon dengan mengecilkan volume musik, tapi setelah tengok kiri dan kanan dia tidak menemukan siapapun di sekitarnya, lalu sekali lagi dia keraskan musiknya tadi karena mungkin hanya salah dengar.
ia belum curiga karena merasa aman sejak rumah ini di berikan sesajen berupa kembang. Dan beberapa saat suara itu kembali muncul tapi lebih keras.. “SSSssssstttt” Si Timbul kembali memelankan suara, dan sekali lagi dia bisa memastikan tidak ada seorangpun dirumah ini selain dia!
Ada sesuatu yang menggedor-gedor dadanya, semacam firasat kurang baik, tapi gengsi dan harga dirinya terlalu mahal jika harus menyerah sekarang, maka dari itu sekali lagi dia keraskan volume speakernya, dan…..
“SSSHHHHHSSSSSHHHTTTTTTTTT!!!!” kali ini suara itu sangat keras, bahkan menurut timbul, sesuatu yang mengatakan itu berada persis di samping telinganya, ia bahkan bisa merasakan hembusan napas atau udara di sekitar kuping.
Timbul yang sudah yakin bahwa itu bukan berasal dari sugestinya, akhirnya memilih menggadaikan harga dirinya yang tinggi dengan cara kabur keluar rumah sampai ada salah seorang dari kami kembali.
Si Timbul tidak langsung menceritakan hal itu kepada kami semua tentang kejadian yang baru dialaminya, karena malam itu segenap anggota perserikatan sedang merayu Lepuk agar mau cerita. Sejak tadi Lepuk menunjukan gelagat kurang baik, terlihat murung dan tidak banyak bicara.
“Koe kenapa to, Puk?” tanyaku sambil nyucup satu sloki anggur.

“Nganue, Ce….” Jawab Lepuk ragu.

“Nganu opo?” tanyaku lagi..

“Aku tadi mau donor darah buat temennya Bapakku” Lepuk mulai bercerita.

“Terus?” Gembi bertanya.
“Kan Bapak sama Ibu golongan darahnya B to, lahh pas tak cek tadi golongan darahku ternyata O” Jawab Lepuk dengan suara menurun. Mendengar pernyataan Lepuk, sontak kami semua duduk lebih berdekatan, anggur dan bir dingin kami tuang lebih banyak, dan mulai menghibur Lepuk.
“Jadi gini Puk, sebenernya kami semua wis ngerti kalau koe ini sebenernya bukan anak kandunge bapak ibumu. Koe ini sebenernya anak pancingan” Kata Kiyer berlagak serius sambil menepuk-nepuk pundaknya Lepuk.
“Kok koe bisa ngomong ngono Yer?” tanya Lepuk yg terkejut mendengar kenyataan dari Kiyer.

“Lohh, ngerti wae… Sebenernya, orang yg koe panggil simbah itu ya bapak ibumu” Jawab kiyer lagi, si Lepuk langsung melotot begitu Kiyer mengatakan hal yg membuatnya seperti terkena petir.
“Ho’o Puk.. Apalagi menurut ilmu genetik, golongan darahmu kui harusnya sama dengan bapak ibumu. B ketemu B kok jadi O waaaaahhh kromosom x dan y ga ketemu rumusnya” Ceper nyletuk dengan dalil biologi ngawurnya. Si Lepuk makin terlihat terpuruk.
“Jadi to, Bapakmu itu sebenernya itu kakakmu.. tapi karena lama ga di kasih anak akhirnya kamu diangkat anak buat pancingan. Coba koe inget-inget, jarak umurmu sama adik-adimu bedane jauh to” Si Gembi ikut-ikutan dan sukses membuat Lepuk kian tercabik-cabik batinnya.
“Golongan darahnya adikmu apa, Puk?” tanyaku.

“nganu… adikku golongan darahe B” jawab Lepuk. Mendengar jawaban Lepuk, kami semua langsung ngomong bebarengan.

“Naaaahhhhh, tenan to!” Lepuk mulai menunduk.
“Oh iyo, Puk.. aku inget, di rumahmu itu meja makannya punya berapa kursi?” Si Timbul menambahi.

“Ono… 1, 2, 3……. Cuma ada papat” Jawab Lepuk yang selesai berhitung dengan jarinya.
“Nahhh, kan kui artinya anggota keluarga cuma ada empat. Dan koe nggak termasuk, Puk” Pernyataan Timbul barusan semakin memperkeruh suasana hatinya Lepuk.

“Kalau foto-foto keluarga piye, Puk? Ada fotomu nggak?” Doyok ikut bertanya. Lepuk menggeleng.
“Sik di pasang di ruang tamu cuma fotone bapak sama ibu berdiri, trus adikku di kiri kanan” Jawab Lepuk lagi.

“Tapi nek di rumahe simbahmu ada fotomu nggak?” tanyaku.

“Wehhh iyo, dirumahe simbah malah ada fotoku” kata Lepuk, dan disambut dengan gegap gempita oleh kami.
“Nahhhhh.. tenan to!”

“Wis Puk, paling gak kamu itu harus bersyukur. Kakakmu itu sudah mau membesarkan koe dan nguliahin sampe sekarang” kata Kiyer sambil terus menepuk-nepuk pundaknya Lepuk.
“Asu kabeh! Niat mau curhat malah di apusi!” Jawab Lepuk yang sepertinya sudah sadar kalau sedang kami permainkan. Awkowokwokowok.. Bener yang dikatakan Ceper, kalau Lepuk ini terdiri dari 99% otot dan 1% pikiran.
Setelah kasus Lepuk kami tutup, akhirnya semua memutuskan untuk tidur di kamar masing2. Selain karena sudah mabuk berat, juga karena sudah Pukul 02:00 Pagi. Kecuali aku yang masih ingin nonton tv di ruang teman, karena waktu itu bioskop transtv sedang muter film Man In Black.
Pas semua berjalan pergi, si Timbul membisiki sesuatu kepadaku. “Ce, ati-ati lho.. aku tadi kena kejadian mistis lagi” begitu kata Timbul.

“Halah, kejadian opo, ngapusi!” kataku yang tidak percaya, karena merasa semua sudah aman sekarang.
Seluruh anggota perserikatan kembali ke kamar, aku menghabiskan sisa film yang mungkin sudah berjalan setengah. Suara Sekitar sudah hening, lampu-lampu sudah mati, kecuali lampu merah yang berada di lorong cassablanca.
Sepertinya aku tidak kuat menahan ngantuk, sampai tidak sadar sejak kapan aku tertidur, tapi entah kenapa waktu itu aku terbangun tiba-tiba, dan di sampingku tidur ada seorang wanita cantik berambut panjang sebahu tersenyum kearahku.
Dia mulai meraba wajahku dengan lembut, kemudian turun sampai ke daerah perut. Dan masih dengan tersenyum, dia mulai menaikiku yang tiduran terlentang…

“Ehh… Ehhhh, Mbak!”
Wanita yang tidak kukenal itu menatap lekat mataku, matanya berwarna coklat terang dengang kulit putih pucat pasi namun menawan. Ia duduk di atas perutku yang sudah bertelanjang dada, entah kemana kaos yang seharusnya masih aku kenakan semalam.
Kalimatku tercekat di tenggorokan, aku pasrah begitu saja dalam kondisi yang serba tidak aku mengerti itu. Jemari lentiknya menyapu wajahku, geraknya berhenti sebentar di seputaran bibirku, dan dengan lembut ia mengusap-ngusapnya.
Lalu, sekali lagi ia menyentuh bibirku, kali ini dengan bibirnya yang hangat dan basah. Adegan beradu bibir dan bersilat lidah itu berlangsung lama, cukup lama untuk membuatku bermandi keringat.
dan hal itu juga terjadi kepada wanita yang masih betah duduk di atasku dengan gerakan memutar pinggulnya, ia terlihat makin eksotis dan erotis dengan warna kulitnya yang kian mengkilap oleh keringat, apalagi geliat pinggulnya yang menari diatas perutku.
semacam sesuatu yang berbulu dan berlendir menggesek-geseknya. Bibirnya yang semula melumat bibirku mulai turun ke dagu, kemudian membasuhi leherku dengan lidah dan ludahnya yang berbau harum, dan beberapa saat kemudian ia menyingkap kain jarik yang membalut tubuhnya.
silahkan bayangkan sendiri bagaimana bentuk wanita cantik yang berkeringat sedang telanjang duduk di atasmu. Aku mengerang, aku tidak peduli lagi apakah anggota perserikatan yang mungkin sedang tertidur akan mengetahui hal ini.
akal sehatku buyar sudah, ketika mulai ‘memetik’ buah ranum yang menggantung persis di depanku, begitu mudah di raih untuk disesap dan dinikmati saripatinya. Kumainkan dua benjolan sebesar setengah bola sepak itu, lembut dan kenyal seperti nutrijel.
Wanita itu kemudian turun dari atas perutku, lalu memlorotkan celanaku yg menjadi benteng pertahanan terakhir, dan tidak lama kemudian dia kembali naik ke atasku. Kali ini bukan di wilayah perut, sedikit lebih turun, dan pelan-pelan… eegghhh sedikit seret, lalu BLESSS. Masookk!!
Kalian ingat adegan Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet di film Titanic yang berada di ujung kapal itu? Dialog legendnya kan gini “Jack.. im flying” nah itu yang sedang kurasakan, rasanya seperti terbang! Mungkin istilah flying without wing itu benar adanya.
Apalagi setelah wanita itu membuat gerakan pinggul seperti memblender. “Aku mabur!!! Aku mabur!! Terus mbak! Terus!” teriakku. Aku tidak ingat adegan persenggamaan itu berlangsung berapa lama, yang kuingat adalah darahku rasanya benar-benar mendidih.
Ada yang mendesak keluar dan meloncat. Lalu aku lemas terkulaaaaai, begitu juga wanita tadi, dia ambruk menindihku dengan deru nafas lelah. Aku memejamkan mata, agar sensasi nyaman berkedut-kedut tadi dapat lebih kuhayati.
Tapi, ketika membuka mata lagi, yang kusaksikan bukan sosok wanita cantik berhidung mancung berbibir sensual seperti Luna Maya, tapi…….

“Asuuuuuu!!! Koe ngopo Mbi?” teriakku kaget melihat Gembi berada persis di depan wajahku.
“Lah, yang tanya itu haruse aku, Ce. Koe kenapa tidur kok sambil guya-guyu gitu” katanya sambil melempar handuk.

“Mandi! Wis jam berapa iki? Kuliah-kuliah!” kata gembi berlalu.
Aku tolah-toleh ke sekitar, hari sudah terang dan jam dinding di ruang teman menunjukan pukul 08:00 pagi.. woalahhh, ternyata aku ngimpi, begitu kuraba area selangkangan karena ada yang gatal, ternyata disana sudah ada sesuatu yang cair dan kental sekaligus lengket berbau langu.
“Bajigur! Aku mimpi basah” gumamku. Kok bisa ya? FYI meskipun masih baru di kampus yang ini, sebenanya aku lulus dari STM tahun 2002, dan pernah kuliah di kampus lain. Sehingga aku bisa disebut maba (Mahasiswa bangkotan) harusnya fase mimpi basah sudah bukan hal baru lagi.
tapi kok ini rasanya excited banget ya? Apakah ini yang disebut mimpi banjir? Aku memikirkan mimpi semalam di kamar mandi, sambil senyam-senyum membayangkan sosok wanita yang sukses memuaskanku di alam mimpi. Ayu tenan cah!
Hari berlangsung biasa, tapi kejadian gaib yang kami nanti sekaligus kami takutkan mulai muncul kembali. Ketukan pintu, hendel pintu yang di putar, suara misterius, dll kembali marak. Tapi setelah diusut itu semua terjadi karena Ceper lupa memberi sesajen.
Dengan kejadian gaib yang berulang, semakin membulatkan tekad kami untuk mengusir atau paling tidak menegosiasi mereka agar mau pindah, dengan perantara si Noka. Kejadian mimpi erotisku juga tidak aku ceritakan, karena ya kuanggap biasa saja fenomena itu.
Siapa sih laki-laki di dunia ini yang tidak mimpi basah? Mungkin memang Vesikula seminalis atau kantong spermaku sedang penuh-penuhnya. Jadilah aku bersikap biasa, berlaku juga dengan anggota lain yang makin ngawur saja kelakuaannya, seperti hari itu.
Di luar sedang hujan deras se deras-derasnya di akhir tahun 2006. Penghuni kontrakan sebagian sedang mudik, menyisakan Kiyer, Ceper, dan Timbul yang sedang kelaparan di dalam kontrakan. Jangan berharap kalian bisa pesan makan via ojol ya, tahun segitu semua serba mandiri.
Ceper dan Kiyer sedang berdiskusi mengenai menu makan malam. “Mangan apa iki enaknya?” (Makan apa ini enaknya?) tanya Ceper sambil mengusap-ngusap perutnya.
“Ke burjoan Yoko aja po?” Kiyer memberi usulan. FYI, burjoan adalah tempat makan yang pasti ada di sekitaran kampus2 di jogja. Biasanya penjualnya adalah orang sunda dengan menu-menu khas anak kost-kostan. Nah kenapa kok burjoan yang di katakana Kiyer tadi namanya Burjoan Yoko?
Nama itu disematkan oleh Lepuk, terinspirasi darii film hongkong taun 90an yang judulnya Yo Ko the legend of Condor Heroes, naaahhh kebetulan mbak-mbak yang jaga burjoan itu tangannya (Mohon maaf) cuma satu.
jadilah dia di kasih sebutan Yoko sama si Lepuk. Kurang ajar emang si Lepuk. Oke, Back to cerita. “Burjoan Yoko tutup tadi” Jawab si Ceper.

“Aduhh, Njuk piye?” tanya Kiyer.

“Lotek mau po?” Ujar Ceper

“Lotek mana?” tanya Kiyer lagi.

“Lah itu belakang UPN” jawab Ceper mantab.
“Yohh, tapi koe yang berangkat” Kata Kiyer.

“Wooooo, matamu! Ra sudi! Pokokmen berangkat bareng, mbuh mau dimakan disana atau dibawa pulang yo monggo, yang penting bersama-sama” mereka bernegosiasi dengan alot.
“Yowes nek gitu, kita mangkat bareng!” Jawab Kiyer yang menyetujui usulan Ceper, dan mulailah mereka memakai kelengkapan berkendara. Masing-masing memakai mantol yang rapet, dan helm full face, siap menentang hujan yang akan menghujami dua insan manusia ini dengan air langit.
Pas mereka sudah mengeluarkan motor dan akan memutar gas, tiba-tiba seonggok Timbul muncul dari dalam kamarnya, dengan wajah polos seolah suci tanpa dosa, dia berkata.
“Aku titip…” kata Timbul, pernyataannya yang provokatif membuat emosi Ceper dan Kiyer naik, dan langsung mereka jawab serentak.

“TITIP NDASMU!” kata mereka dengan Kompak, keras, dan menyakitkan.
Heh! Mbul, titap-titip! Peeerrrrrrjuaaaangannnmu dimana!?” tambah Kiyer dengan mengepalkan tangan.
“Kalau perlu, koe sekarang pake Mantol ikut naik sini. Kita cenglu!” imbuh Ceper dengan berapi-api.
Tapi agaknya perjuangan Ceper dan Kiyer untuk mengurai rasa lapar dan mendapat sesuap lotek itu ditampik oleh Timbul, harga diri Timbul terlalu mahal untuk ikut hujan-hujanan dan boncengan tiga, hingga akhirnya dia mengurungkan niatnya dan memilih menahan lapar.
“Yowes, Aku ga jadi titip” Ujar Timbul yang kembali masuk kekamarnya.
Ceper dan Kiyer akhirnya berangkat, menembus hujan badai membahana dari kontrakan menuju belakang kampus UPN. Dan begitu sampai kontrakan si Kiyer langsung menemui Timbul dan membuka bungkusan berisi lotek.
“Mbul! Liat, orang kalo gelem mantolan boncengan telu, madang!!!” Kata kiyer sambil memutar-mutar bungkusan di depan wajahnya Timbul yang mulai menelan ludah.
“Matke Mbul! Uwong nek gelem berjuang, madang!!” tambah Ceper sambil memasukkan sesendok penuh Lotek yang berisi ketupat, bayem, kubis, potongan tempe bacem, telor asin dan bawang goreng yang menggoda aromanya.
“Hmmmm… pedes ya Per, tapi enak loteknya” Kata Kiyer yang makin lahap mengunyah, sementara si Timbul cuma bisa melihat dengan air liur yang tidak terbendung.

“Beli loteknya dimana?” tanya Timbul.
“Belakang UPN!” jawab Kiyer ketus sambil mengunyah kerupuk hingga terdengar bunyi, Kriyuuukkk… kriyukkk…

“Enak ora?” tanyaTimbul lagi yang sudah horny makan.

“Ahahahaha enak raimu! Modar ora madang!” jawab ceper sambil tertawa.
“kalo mau madang, yo kono mangkat mantolan!” Imbuh kiyer sambil sekali lagi memutar-mutar bungkusan lotek yang masih tersisa setengah kedepan wajahnya timbul. Jiaaaaannnnnddddddddd, kemarin perkara handuk, sekarang lotek jadi masalah.
Malam-malam selanjutnya tidurku biasa, beberapa gangguan suara di cassablanca tidak lagi kami hiraukan, ketukan-ketukan pintu juga tidak lagi kami gubris. Kami semua memperkuat sugesti kami sendiri, dengan menganggap itu bukan apa-apa.
Misalnya seperti waktu itu terdengar langkah kaki misterius yang berputar-putar di sekeliling rumah.
“Apa kalian dengar itu?” tanyaku dari dalam kamar.

“Apa?” tanya Lepuk.

“Suara langkah kaki!” jawabku.

“Saya tidak dengar!” Jawab Lepuk.

“Kalau yang lain bagaimana?” tanyaku
“Saya tidak mendengar apapun saudara Kace!” Jawab kamarnya Doyok

“Saya tidak mendengar apapun, anda salah dengar saja!” Ceper menambahi.
Sebenernya ya mereka semua mendengar, tapi semuanya kompak untuk menganggap itu adalah sebuah halusinasi, anggap saja itu cata kami menghibur diri dengan cara membohongi diri sendiri.
Tapi, ada satu fenomena yang tidak bisa kami lewatkan atau di hiraukan. Hari Rabu adalah hari terakhir kami menggunakan uang untuk pesta abidin. Setelah menghabiska kira-kira 5 botol satu persatu tumbang dan tertidur di ruang teman, Kiyer contohnya.
Kebetulan ia tertidur disamping aku duduk, dan dari ekspresi tidurnya aku menangkap gelagat aneh. Kiyer tidur sambil klecam-klecem (Senyam-senyum) gerakan pinggangnya juga aneh, seperti orang bergoyang.
“Heh, liat si Kiyer.. Ngopo iki!” kataku kepada anggota perserikatan lain, mereka semua menatap Kiyer dengan penuh keheranan. Begitu Kiyer membuka mata, raut wajahnya menjadi semakin berbinar dan berseri-seri.
“Uuuuhhhh, makasih mbak!” katanya sambil tersenyum puas.

“Weeehh.. weeehhh ngopo koe, Yer? Mimpi basah yo koe?” tanyaku semangat.

“Loh, koe kok ngerti, Ce? Koe pegang-pegang titidku yo!” Jawab Kiyer.”

“Ora, Asu! Aku kemaren-kemaren aku juga ngimpi basah disini!” balasku.
“Lohhhhhhh.. aku juga ngimpi basah disini!” Si Ceper ikut mengaku.

“Aku juga!” Timbul angkat bicara.

“Kemarin aku tidur disini juga ngimpi kimpoi!” Doyok ternyata juga mengalami hal serupa.
Dan begitu kami diskusikan, hasilnya cocok.. semua penghuni kontrakan, mempunyai pengalaman bersetubuh di mimpi tiap kali tidur di ruang teman. Entah itu siang,sore atau malam, siapapun yang tidur disini maka akan mendapat servis dari sosok wanita yang serupa, kecuali Lepuk.
Entah kenapa Lepuk yang se rupawan itu tidak dijamah samasekali. Dan karena dasarnya penghuni kontrakan itu diisi kaum-kaum aneh bin ajaib. Bukannya takut, kejadian itu malah kami anggap sebuah pelayanan dari kontrakan Sagat ini.
Betul-betul aji mumpung, dari pada kita bawa cewek atau jajan dan jelas itu menambah tabungan dosa kami, ya lebih baik mimpi basah seperti saat ini. Oh iya dan fenomena ini kalau dikaitkan dengan medis cukup sulit dijelaskan.
pasalnya mimpi basahkan terjadi saat kantong sperma kami penuh. nah logikanya kalau kami sekali mimpi basah tentunya tidak akan mengalaminya lagi sampai beberapa hari/minggu kemudian.
Naaah yang kami alami ini tiap hari! bahkan jika dalam sehari kami tidur dua kali disana, maka kami akan mendapat ‘servis’ dua kali juga. Aku sempat heran, apa begitu baiknya kualitas sperma kami hingga tidak mau berhenti keluar awokowokwok.
Kejadian itu akhirnya membuat kami sempat berkonflik, karena berebutan siapa yang lebih dulu tidur disana.

“Aku sik! Aku sik!” kata Doyok
“Mbak aku mbak aku!” Ceper ikut-ikutan, pokoknya kontrakan jadi crowded banget, masing-masing penghuni berebutan untuk menyalurkan hasrat seksualnya. Sampai datanglah Lepuk yang berjalan dengan membusungkan dada dengan hanya mengenakan sempak yang sudah kendornya minta tolong.
Dapat kulihat seringai wajahnya benar-benar dalam puncak libido karena belum juga diberi pengalaman bersenggama via mimpi selayaknya anggota lain. Kami yang sudah mahfum akhirnya mengalah, dan memberikan ruang kepada Lepuk untuk kembali berusaha.
“Mbak! Sekarang giliranku ya, aku cuma pake sempak biar mbak ga repot ngerogohnya. Tolong ya mbak, plisssss sekarang aku ya” kata Lepuk mengiba sambil merem. Kami semua menaruh respect kepada Lepuk yang tak kunjung menyerah.
Demi kenikmatan sesaat dia sampai berbuat sejauh itu, dia adalah lelaki sejati dalam balutan 99% otot dan 1%pikiran.Oh iya, dan jangan coba kalian bayangkan perwujudan si Lepuk saat itu ya, benar-benar mengenaskan.
Ia cuma mengenakan Sempak biru yang sudah mirip popok wewe, membuat isi celana dalamnya sering lari-lari tiap ia bergerak. Dapat kalian saksikan bulu-bulu angsanya offset dari dalam sempak dan balapan dengan wadah ballnya yang dlewer keluar.
Tapi sayang seribu sayang bagi lepuk, begitu bangun ia harus menahan kecewa lantaran sama sekali tidak mendapat perlakuan adil dari mbak sayang.
Entah apa maksudnya, makhluk gaib disana menghantui kami lewat mimpi. Mungkin tujuan awalnya adalah untuk menakut-nakuti, tapi jelas mereka salah langkah kalau metodenya seperti itu. Bukannya takut, kami malah makin semangat untuk tidur lebih cepat.
Selang dua minggu kemudian, Noka datang ke kontrakan. Ia sudah siap untuk melakukan ritual pengusiran setan. Tapi karena kami sedang akur-akurnya dengan makhluk gaib disini niat awal kami akhirnya dibatalkan.
“Jangan diusir, Nok… Kita masih sayang” kataku ketika si Noka sedang bersiap-siap. Si Noka cuma bisa garuk-garuk kepala karena bingung dengan apa maunya kami.
Malam demi malam berganti, kami mulai bisa mengendalikan mimpi basah itu dengan berbagai atraksi dan gaya-gaya yang kami pelajari dari kitab kamasutra. Dan hasilnya, mbak sayang menyerah.
Setelah sebulan penuh digilir oleh kami, akhirnya dia tidak pernah muncul lagi, itu membuat kami sedikit kecewa karena kami sedang seneng-senengnya memperkosa setan.
Si Ceper memang tidak pernah bisa bangun pagi, katanya semalam jam 08:00 dia sudah sampai di rumah wates, nyatanya sudah jam 10:00 tapi suasana masih lenggang. Belum aku dengar suara knalpot motor vespanya yang brisiknya bisa terdengar dari radius jara 1kilometer itu.
“Asu, Per! Cepet, jadi ora?” aku mengirim pesan singkat kepada Ceper sambil menghisap Malboro ligh yang masih tersisa setengah. Yoweslah, pumpung mudik. Batinku dalam hati sambil memandang lingkungan sekelilingku, cukup jarang aku mudik karena memang sedang banyak keperluan.
Aku duduk di sebuah kursi malas milik mendiang Bapakku di teras depan, sambil minum teh panas yang mulai mendingin. Aku berpose selayaknya ketika beliau masih ada dulu, berusaha terlihat semirip mungkin dengannya. Tato-tato ini, kumis dan jenggot
Brrrrrmmmmm… terdengar bunyi sepeda motor yang berhenti di pekarangan, tapi itu bukan Ceper.

“Ceper endi?” tanya Kiyer sambil melepas helmnya.

“Embuh, matek paling” kataku sambil membuang hisapan terakhir rokokku.
“Ehh aku liat motormu lah, Yer” kataku sambil berjalan menuju motornya Kiyer yang bergaya classic retro.

“Aku bawa kamera” Kata Kiyer sambil mengangkat sebuah tas selempang, berisi gear andalannya.
“Cocok, tapi ini keburu sinar mataharine jelek, endi to si Ceper?” tanyaku dengan berkacak pinggang. Dan tidak berselang lama kemudian, motor vespa milik Ceper sudah terdengar dari kejauhan.
“Suwi!” (Lama) teriakku ketika Ceper sudah sampai di pekarangan. Dia cuma nyengir kuda seperti biasa.

“Sorii soriii, anakku rewel. Ora gelem di tinggal” katanya sambil menyetandarkan motor tua berwarna biru telor asin itu.
Hari itu kami ada agenda untuk touring bareng, kali ini yang berpartisipasi cuma Ceper, Kiyer dan aku sendiri. Anggota perserikatan yang lain sedang sibuk. Tidak apalah, yang penting kali ini bisa liburan. Lets get ride!
Dua motor japstyle + satu vespa melaju di jalanan kulon progo utara yang memiliki topografi berbukit-bukit. Melewati jalanan lenggang dengan sawah super lebar dengan tanaman padi yang lekas menguning.
diselingi rerindang pohon abasia dan asam jawa yang tumbuh jamak disekitar, udara masih sejuk dan tetap segar, juga semilir hawa dingin dari perbukitan Menoreh menyamarkan energi panas matahari yang berada persis di atas kepala kami.
Ceper menyalipku dengan kecepatan tinggi, dan berbelok tajam di sebuah tikungan yang menanjak, Si Kiyer tidak mau kalah. Ia geber lagi motornya berusaha menyalip Ceper.
Sedangkan aku cuma senyam-senyum di belakang, tidak ikut balapan, hanya berusaha mengimbangi agar tidak terlalu jauh ketinggalan. Mereka berdua beradu kecepatan sambil saling melempar umpatan.
aku makin tidak kuasa menahan tawa dan tidak bisa menahan ingatanku untuk tidak kembali ke jaman ketika kami dulu sering balapan dari alun-alun wates sampai kontrakan di kota Jogja.
Ceper dan Kiyer tidak berubah sama sekali,dan aku yakin Lepuk, Doyok, Timbul, dan Gembi juga aku tidak berubah walau secuil, tabiat anak nakal memang tidak bisa lepas dari kami, meski sudah lebih dari 13 tahun terlewati sejak kami pindah dari Kontrakan Sagat.
Kami berhenti di lokasi pertama, Air terjun Sidoarjo, Curuk ini terletak di Kecamatan Samigaluh, kabupaten Kulon Progo. Dibawah curuk yg tingginya lebih dari 20 meter itu, Kami ngobrol ngalor-ngidul sambil sesekali membasuh tangan dengan air, obrolan kami jelas tentang nostalgia.
Kisah2 lalu yg rugi jika tidak kami ulang lewat obrolan. Dan tidak kusangka, setelah semua aksi2 goblok yg kami lakukan, akhirnya kami tiba pada fase ini. Kukira predikat dewasa tidak akan pernah kami dapat, kalian taulah bagaimana keseharian asu kami, jauh dari kata Dewasa.
Bahkan aku pernah bertanya dalam hati kepada Tuhan, apakah aku diperbolehkan mengetahui sedikit rencana-Nya kepada hidup kami? Aku sendiri sempat ragu tentang bagaimana hari setelah semua euphoria ini redup.
Masihkah kami bisa tertawa setiap hari? apakah kami bisa bertanggung jawab atas diri kami sendiri? Tapi puji Tuhan pada akhirnya Dia tidak langsung mengatakannya padaku saat itu.
but he show me! Someone’s capabillty decided their on destiny. Mungkin jika aku di beritahu oleh-Nya bisa jadi kenyataannya akan lain. Pada akhirnya berandal-berandal ini mengejar mimpi-mimpinya.
Siapa sangka, kalau Lepuk yang kalian kenal lewat episode sebelumnya, sekarang sudah bekerja di sebuah perusahan dengan posisi cukup tinggi. Dia kini memiliki keluarga dan dua orang anak perempuan yang Puji Tuhan dua-duanya lebih mirip ibunya dari pada Lepuk.
Ia masih tinggal di Wates, kota kecil yang berada di barat jogja. Selain di perusahaan, Lepuk juga lagi giat-giatnya bikin video untuk chanel barunya, jangan lupa di subscribe! Pedhet Ngosek
sementara Timbul, seseorang yang paling berharga diri tinggi ini memutuskan untuk menjual segala prinsipnya, dan menjadi pegawai di sebuah BUMN berlogo burung, Si Timbul ini juga belum lama ini baru menikah, dan memilih untuk tetap tinggal di Wates.
Kalau Doyok, ia sedang rajin-rajinnya menekuni usaha percetekan miliknya sendiri yang dia rintis dirumahnya + juga sebuah warung kelontong. Mungkin aku lupa menceritakan bagaimana awal mula kami berkumpul.
Awal mula kami bisa sedekat ini ya berkat warung orangtuanya si Doyok itu, dulu kita nongkrongnya disana sambil minum pop ice, dari pagi sampe pagi lagi, kalau kita lagi reuni juga ngumpulnya disana. Itu kenapa geng kami dinamai geng Pop Ice.
Si Gembi adalah salah satu anggota perserikatan yang merantau jauh. Kini dia bersama istrinya memilih tinggal di kota Malang, teman sekamarku itu kini sedang sibuk menjalankan bisnis e-comersnya disana.
Si Kiyer, dia kini menjadi photographer professional yang disegani di wates, memang dari dulu hasil jepretan fotonya bagus, dan jadilah dia menjadi sekarang.
Ia memiliki studio foto yang bisa kalian lihat di instagramnya KOI photography
Selain motret keahlian olah cangkemnya membuat dia banyak dapat job untuk jadi MC di event-event musik, gatering, dan sripahan.
Kalau si Ceper, makhluk setengah kopling ini kini menjadi owner sebuah clothingan, dan bisnis sablon lainnya. Kelakuannya jangan ditanya lagi, meski sudah menjadi suami sekaligus Ayah, yaaa tidak akan merubah apapun. Aku malah kasian lho sama yang jadi istrinya.
Sedangkan aku sendiri, mmmmmm aku tidak memiliki cerita pribadi yang menarik untuk diceritakan. Aku tidak lebih dari seorang kepala keluarga yang bekerja sebagai tukang gambar biasa.
Si Ceper tertawa terbahak-bahak dengan cerita-cerita masa muda kami. Rasanya benar-benar seperti me-rewind ingatan, merasakan kembali sensasi adrenalin yang biassa kita pacu dengan hal-hal tidak berguna.
Di tengah obrolan itu, Ceper menyinggung sebuah peristiwa maha dhasyat sekaligus pelik. Sebuah kejadian yang tidak mampu kami toleransi lagi, hingga memutuskan untuk out dari kontrakan Sagat.
“Koe pada inget kejadian pas waktu itu?” tanya Ceper.

“Sik endi? Wong banyak banget kok” Kiyer balik bertanya.

“Pas kita terpaksa pindah dari kontrakan yang pertama” raut muka Ceper mendadak menjadi serius.
Begitu juga aku dan Kiyer yang langsung menunduk dan memejamkan mata. Tidak akan pernah bisa kami lupakan kejadian mengerikan itu, kami sudah banyak melakukan tawuran semenjak masih sekolah.
seribu pertempuran telah kita lewati bersama, baik menang atau kalah kami tidak pernah mundur. Bahkan ketika menghuni kontrakan yang angker sekalipun kami berusaha untuk bertahan. Tapi, di suatu pagi yang dingin dan mendung, kejadian itu terjadi!
Kami lagi masak bareng waktu itu, saat pintu depan di ketuk. Gembi yang membukanya, dan menerima kabar yang membuat kami serasa tersambar petir. Kabar yang begitu membuat batin kami tercabik-cabik dan hancur seketika mendengarnya.
Si Sagat, baginda pemilik rumah ini datang untuk berkunjung dan mengatakan kalau sudah hampir setahun kami disini, dan jika ingin meneruskannya maka harus memperpanjang kontraknya. Oke, sampe situ tidak ada masalah.
tapi kenyataan selanjutnya yang membuat kami benar-benar marah dan sedih di waktu yang bersamaan. Sagat mengatakan, kalau harga kontrakan naik dari empat juta menjadi enam juta! Tidak tanggung-tanggung, 2 juta! naiknya!50 % dalam setahun, mengalahkan kenaikan harga emas dan bbm.
“Sagat Asu!!!!!!” pekik ceper di ruang teman.

“Piye iki?” tanya Gembi.

“Bayar wae po?” tanya Kiyer.
“Gimana, Mbul?” tanya Doyok kepada Timbul. Untuk soal perhitungan kami semua serahkan pada Timbul, dia ini penentu standarisasi harga yang kami ikuti. Kalau Timbul bilang murah, pasti itu harga yang paling murah sedunia, tapi kalau dia bilang mahal ya itu artinya memang mahal.
“Kemahalan!” kata Timbul, diskusi kami bertambah a lot. Nama Sagat disebut berkali-kali dengan iringan umpatan yang begitu tidak manusiawi. Sampai akhirnya, dengan berat hati kami memutuskan untuk tidak memperpanjang ngontrak disini.
Kami berkumpul dalam sebuah lingkarang yang begitu rapat, memandang sekeliling kontrakan dengan raut wajah sendu, seolah tidak mau berpisah dengan bangunan dan penghuni gaib disini. Njirrrr, perkara pindahan kok bisa sedramatis itu.
Akhirnya sebulan kemudian kami mengepak barang-barang kami, dan mulai berpamitan dengan warga sekitar. Meskipun kami nakal, hubungan horizontal dengan masyarakat tidak pernah kami lupakan.
kami rajin ikut kerja bakti, kalau ada hajatan kita selalu ikut turun tangan. Lumayanlah bisa makan gratis dan nyolong gelas buat minum-minum.

“Loh ini mas-mase pada mau pindah po?” tanya pak RT begitu kami berkunjung.

“Iya pak, makanya ini mau pamitan” Jawab Gembi.
“Iya pak, makanya ini mau pamitan” Jawab Gembi.

“Tapi nggak kenapa-kenapa to mas?” tanya pak RT

“Gak kenapa-napa gimana maksudnya, Pak?” tanyaku.

“Ya, selama tinggal disana kalian tidak kenapa-napa to?” Pak RT menyelidik. Kami semua saling pandang.
“Yo nggakpapa pak” jawab Ceper.
“Ya, Alhamdulillah kalau begitu. Soalnya rumah itu kan memang terkenal angker, tapi ini yakin sudah mau pada pindah to?” kata pak RT lagi.
“Kalau angker kami tau pak. Tapi kok bapak bilang terkenal, tapi ngga ada yang ngomong sama kita ya dulu?” tanya Gembi penasaran.
“Yo biar kalian betah aja, tapi wong kalian ini yang paling lama tinggal disana. Penghuni-penghuni sebelumnya cuma betah paling lama 3 bulan. Jadi ceritanya dulu ada pembunuhan disana dan mayatnya di kubur di rumah itu, itu lho cekungan yang ada dirumah”
“Wasuu, kok malah aku ngerasa dijebak yo” Cletuk Ceper. “Terus beberapa tahun kemudian, ada simbah2 yg dikontrakan disana sama keluarganya, simbah2 itu sendirian tinggal di kontrakan itu. Tapi, simbah tadi meninggal mendadak dan baru ketahuan berhari2 kemudian” kata pak RT
ada tempat yg tak pantas disebut ruangan, dan di tempat itu biasanya ceper naruh soun system sama botol2 anggur. Kami semua bergidik ngeri, ternyata kontrakan itu angkernya sangat beralasan. Tapi yasudahlah lha kita juga pindah bukan karena faktor gaib, melainkan faktor ekonomi.
Aku,Ceper, dan Kiyer tertawa terbahak-bahak lagi. Cerita ini akan selalu menjadi cerita favorit kami semua, mulai dari kisah konyolnya sampai misteri tabir gaib yang ada disana.
Pertemanan kami mungkin akan dianggap absurd oleh sebagian dari kalian, tapi ya memang begitulah adanya. Cerita ini dibuat untuk mengabadikan moment itu, sebagai prasasti bahwa kami semua pernah mengalami masa muda yang begitu menyenangkan.
dan kami ingin membagikan pengalaman ini kepada kalian yang membaca ini. Mungkin jika kami menceritakan secara langsung, kalian akan sulit percaya. Sometimes our hands knows better than our tongue.
Baru aku sadari, entah kalian mau terima atau tidak, kenangan bersama anggota perserikatan adalah salah satu fase yang membentuk kami menjadi seperti sekarang. Kami saling menyayangi, dan saling menjaga.
Meski rasa sayang itu sering kita lafalkan dengan kata asu,bajingan, dan kata-kata makian lain. Sampai sekarang kami masih rutin berkumpul, bahkan membuat arisan sebulan sekali dan mengajak keluarga kami masing-masing.
Sudah sore, kami memutuskan untuk pulang. Jalanan yang semula penuh tanjakan kini menjadi penuh turunan curam, dengan kecepatan tinggi aku putar gas motorku.
Angin pegunungan membawa kabut yang lembab membelai pipi dan kumisku. Aku tambah lagi kecepatan motorku agar tak terkejar oleh Ceper dan Kiyer, supaya mereka tidak tahu kalau aku sedang menangis terharu karena teringat kisah ini.
Lewat page terakhir ini aku ingin mengucapkan terimakasih kepada semua yang turut membantu terealisasinya proyek tulisan kecil ini.
Ceper, Kiyer, Lepuk, Timbul, Doyok, dan Gembi. Aku ucapkan terimakasih kepada kalian, dan semoga kalian dalam keadaan penuh berkah dan hidup dalam keadaan sedamai-damainya, sebahagia-bahagianya.
Terakhir aku ingin mengatakan, senakal-nakalnya kami di masalalu, pada akhirnya waktu menuntut kami untuk bertanggung jawab dan menjadi orang yang lebih baik, setidaknya kami berusaha menjadi demikian.
“Because one day, we’ll just a memory to some people. Personally, I want to be remembered as a good person"

Sumber (ki.bogowonto)

~Tamat Cuk!~
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Dongeng Sebelum Tidur

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!