Pelosok di salah satu perkampungan di Jawa Barat menjadi saksi persekutuan Yani dengan jin. Dia menjalankan praktek pasang susuk untuk pelaris pekerjaan nya sebagai penyanyi tradisional di kampung itu. Yani terlahir bukanlah dari kalangan berada.
Ayahnya telah meninggal karena kecelakaan kerja saat menjadi salah seorang pekerja proyek di bilangan Jakarta. Ketika itu Yani masih berumur 20 tahun dan dia mesti menghidupi ibu dan satu adiknya yang masih sekolah; Ibunya bernama Esih dan adiknya bernama Sandi.
Ibunya hanya bisa membantu perekonomian keluarga dengan bekerja serabutan tergantung dari warga yang meminta bantuannya. Tak ada penghasilan pasti dari pekerjaan ibunya itu dibanding dengan penghasilan Yani sebagai seorang penyanyi tradisional yang mendapat bayaran lumayan tinggi
dari penampilannya dari panggung ke panggung.
“Bu, ibu diam di rumah aja ya! Biar Yani yang kerja cari uang buat ibu sama Sandi”. Ucap Yani melihat iba kepada ibunya.
“Selepas ayahmu ga ada keluarga ini jadi tanggung jawab ibu nak”. Jawab Bu Esih dengan lirih.
“Tapi ibu udah ga muda lagi. Ibu harus istirahat! Biar Yani yang capek Bu Yani bisa kok”. Kata Yani menatap mata ibunya.
Air mata Bu Esih tak terasa mengalir. Situasi yang begitu mengaharukan dimana Sang Anak merasa iba kepada ibunya dan menanggung semua tanggung jawab.
Bu Esih memeluk Yani tanda keterpaksaan menyetujui keinginan anaknya itu. Yani memang berbakat di bidang tarik suara bahkan dia pernah meraih juara 1 perlombaan bernyanyi yang diselenggarakan di kampungnya.
Bakat Yani tercium oleh pemilik grup tembang yang bernama Opik yang memang saat itu sedang membutuhkan vokalis karena vokalis lama memilih untuk pensiun dini dengan alasan mengikuti suaminya tinggal di Kalimantan.
Akhirnya Yani bergabung dengan grup tembang itu keliling-keliling kampung untuk memenuhi undangan manggung di setiap acara pernikahan atau event pentas seni biasa.
Semenjak Yani bergabung, grup tembang itu semakin laris dan laku keras diundang kemana-mana karena semua pengundang terkesima dengan suara indah Yani.
Akibatnya berimbas kepada penghasilan Yani yang lumayan dapat menutupi kebutuhan ekonomi keluarganya dari mulai membayar tagihan listrik rumah sampai membiayai sekolah Sandi bahkan lebih.
“Kerjamu bagus Yan saya suka. Barusan saya dapet telfon minggu depan kita dapet undangan ke acara nikahan di Tasik kota. Kamu siap-siap ya?”. Ucap Opik memuji Yani yang baru turun dari panggung acara HUT salah satu perusahaan dengan sorak sorai penonton yang memuji Yani.
“Iya Yani persiapkan semuanya”. Jawab Yani dengan senyum sumringahnya.
lanjut gaess. jangan lupa retweet yaaa
Yani selalu menyambut baik semua undangan yang dia terima karena dengan begitu dia merasa berhasil bertanggung jawab atas keluarganya.
Sampai di acara undangan pernikahan di Tasik kota Yani manggung seperti biasanya membawakan lagu-lagu yang membuat semua tamu undangan terkesima dibuatnya.
Bertahun-tahun dia alami masa seperti itu sampai suatu ketika ujian bagi grup tembangnya datang. Opik harus bercerai dengan istrinya dikarenakan istrinya curiga Opik “ada main” dengan Yani.
Opik memang selalu mendekati Yani jika sehabis manggung dan mungkin itu yang menjadi alasan sang istri menceraikan Opik.
Kasus itu berimbas pada jadwal manggung yang banyak dibatalkan karena Opik yang seakan kehilangan fokus menangani semuanya. Otomatis penghasilan Yani pun menjadi korban.
Karena tidak mau berlarut seperti itu Yani memutuskan untuk mencari lagi grup tembang yang lain di desanya dan karena namanya yang sudah begitu tenar Yani tidak susah mencarinya. Bukan lagi menjadi vokalis biasa,
kali ini Yani menjadi sinden dan memang Yani pun berbakat menjadi sinden. Kita sebut saja nama grup tembangnya Mekar Ayu.
Setelah Yani masuk nama Mekar Ayu yang semula kian redup kini naik kembali dan pendapatan Yani pun kembali normal seperti semula.
Seseorang menelpon Yani, “Halo, Yan”.
Yani menjawab, “Yaa, ini siapa?”.
“Ini saya Opik pake nomer baru”. Ternyata yang menelpon Yani adalah kawan lamanya Opik.
“Ya Kang Opik ada apa?”. Timpal Yani.
“Bisa ke rumah ga? Ada yang mau diomongin”. Jawab Opik.
“Oh bisa Kang. Nanti Yani ke rumah”. Kata Yani.
Opik masih dengan grup tembangnya yang dulu meskipun penghasilannya tidak sebesar ketika ada Yani di dalamnya. Yani berangkat ke rumah Opik dengan menggunakan motor. Dia beranggapan mungkin ada job manggung lagi jadi tidak apalah dia terima sebagai pemasukan tambahan.
Tapi ternyata Yani salah langkah. Bukannya job manggung yang Yani dapat melainkan perilaku tak senonoh yang dilayangkan oleh Opik kepadanya. Opik memperkosa Yani.
Yani awalnya menolak tapi setelah diberi embel-embel imbalan uang dan bujuk rayu yang dahsyat Yani dengan terpaksa melayani nafsu bejat Opik.
Yani yang terpukul karena mahkota gadisnya terenggut terus menangisi apa yang terjadi kepadanya sehingga suatu ketika Mekar Ayu kembali merekrut sinden baru yang lebih cantik dibanding Yani. Sekar namanya.
Pemilik Mekar Ayu, Epul. berharap duet gadis cantik dengan suara mumpuni dapat melambungkan nama Mekar Ayu. Tapi apa yang terjadi sungguh di luar dugaan. Yani merasa minder dengan kehadiran Sekar di dalam tubuh Mekar Ayu.
Dari segi suara tidak beda jauh dengan Yani tetapi secara Paras Sekar-lah yang berada di atas Yani. Sehingga rasa minder Yani itu berbuntut pada performanya yang menurun.
Melihat kondisi itupun Epul sedikit lebih banyak memakai jasa Sekar untuk setiap penampilannya. Rasa minder Yani tak terbendung lagi.
Dia memutuskan untuk menempuh jalan pintas dengan memasang susuk dibandingkan berusaha keluar dari keterpurukan untuk mengembalikan lagi performanya yang dulu.
Yani datang ke rumah seorang dukun untuk memasang susuk di wajahnya. Ketika dalam proses negosiasi dengan sang dukun, Yani terkejut dengan harga yang dipatok oleh dukun itu dan membuat Yani hampir mengurungkan niatnya.
Yani spontan berkata, “Saya bayar pake badan saya bah”.
Hal gila yang diucapkan Yani hanya untuk sebuah keputusan yang akan membuatnya semakin terpuruk di kemudian hari.
Setelah menempuh proses negosiasi yang agak panjang akhirnya Sang Dukun menyetujui kesanggupan Yani yang hanya bisa membayar dengan badannya yang mana mereka harus berhubungan suami istri.
Di dalam hubungan itu memberi rasa dilema bagi Yani. Di satu sisi dia masih terpuruk karena keperawanannya direnggut oleh Opik kini harus memaksakan diri melayani dukun yang dia anggap akan “menyelamatkan” karirnya
sementara di sisi lain dia senang karena dengan begitu karirnya akan kembali seperti semula.
Proses pasang susuk pun dimulai. Susuk itu dipasang hampir di setiap bagian lekuk wajahnya dan akhirnya proses pasang susuk pun selesai dengan menyisakan sedikit rasa dilema bagi Yani yang berusaha dia abaikan dan bersikap itu hal biasa saja. Uang sudah membuatnya kalap.
Tidak ada lagi rasa kehormatan di pandangannya.
Susuk itu bekerja dengan baik dan melambungkan kembali namanya di Mekar Ayu. Epul pun senang dan memposisikan kembali Yani sebagai sinden utama dan yang terjadi kepada Yani tidak terjadi kepada Sekar.
Sekar menerima keputusan Epul dan menghormati Yani sebagai seniornya dan Sekar menikmati itu.
Setelah pasang susuk itu Yani menjadi peka terhadap hal-hal mistis. Bahkan ketika manggung dia sering melihat kuntilanak berseliweran diatas panggung atau bahkan sering melihat manusia berkepala babi berkeliaran di sekitaran panggung.
Hal itu dibuat biasa oleh Yani karena itu sudah disampaikan oleh abah dukun sebagai efek samping jika dia memakai susuk. Yani pun sering bermimpi didatangi sosok cantik yang kadang-kadang berubah menjadi sangat mengerikan dengan mulut penuh darah dan pembalut di tangannya.
Karir Yani semakin memuncak sampai-sampai dia bisa membelikan rumah yang baru bagi ibunya dan menguliahkan Sandi di salah satu Universitas di Kota Bandung.
tepat sebulan setelah membeli rumah barunya Yani mengalami kecelakaan tertabrak motor yang melaju sedikit cepat ketika dia hendak menyebrang.
Stang motor menghantam perut Yani yang membuat Yani terpental sekitar 3 meteran. Tidak ada luka yang parah memang namun itu berefek 2 minggu setelahnya.
Yani merasakan sakit yang luar biasa di perutnya yang mengakibatkan muntah darah. Melihat itu Bu Esih bergegas membawa Yani di rumah sakit untuk dirawat. Yani mengalami pendarahan hebat di perutnya sehingga membuatnya koma selama 2 minggu.
Semua tindakan sudah dilakukan tim dokter untuk menolong nyawa Yani dan semua biaya pengobatan di rumah sakit ditanggung oleh hasil Yani manggung. Setelah 2 minggu itu Yani tersadar dan bisa dibawa pulang meski kondisinya belum seratus persen pulih.
Seringkali Yani memaksakan diri untuk tetap manggung karena dalam benaknya dia harus bertanggung jawab mencari nafkah untuk keluarganya.
Epul pun menyarankan Yani untuk beristirahat sampai kondisinya benar-benar pulih dan tetap dibayar meskipun dengan konsekuensi penghasilannya dipotong.
Namun Yani menolak dia tetap memaksakan dirinya sampai suatu ketika Yani sedang manggung di daerah dekat rumahnya, di atas panggung Yani mendadak pingsan.
Semua kru Mekar Ayu panik dan membawa Yani ke rumahnya yang memang kebetulan tidak jauh dari area panggung. Setelah sekian lama dalam kondisi tak sadar, semua orang yang datang dikagetkan dengan Yani yang mendadak terbangun dengan kondisi mulut yang menganga dan mata melotot.
Urat-urat matanya terlihat jelas memerah mengerikan seakan mau keluar dari kelopaknya. Bu Esih panik dan segera mengabari Sandi yang sedang berada di Bandung untuk segera pulang kampung.
Yani seperti sekarat terus dalam kondisi begitu. Bu Esih sigap memanggil seorang pemuka agama di daerahnya karena dia yakin Yani sudah berada dalam penghujung hidupnya.
“Astagfirullooh, ada banyak susuk di wajah Yani ini”. Kata Pak Jaman seorang pemuka agama yang dipanggil oleh Bu Esih.
Bu Esih lalu menangis histeris seakan tak percaya. Epul pun tak percaya mendengar informasi itu. Dia hanya beranggapan bahwa Yani telah berhasil mengembalikan performanya karena telah berhasil berjuang dari keterpurukannya akibat bermasalah dengan Opik.
“keluarin aja pak susuknya, kasian anak saya”. pinta Bu Esih.
Pak Jaman menuruti permintaan Bu Esih itu. Setiap satu susuk yang dicabut mata Yani semakin akan keluar dari kelopaknya dan Pak Jaman berkata, “jin-nya bereaksi, dia lagi meringis kesakitan di atas lemari itu”.
Sambil menunjuk ke arah lemari di pojok ruangan. Memang di pojok ruangan terdapat lemari baju yang lumayan besar dan sedari tadi Epul berada disana memang merasakan merinding yang hebat.
Bu Esih terus membimbing Yani agar bisa mengucapkan dua kalimat syahadat. Tapi mulut Yani seakan terkunci dalam kondisinya yang menganga. Yani tidak bisa mengucapkan dua kalimat syahadat sampai akhirnya semua susuk dikeluarkan dan Yani menghembuskan nafas terakhirnya.
Yani akhirnya dimakamkan. Baru mendengar kabar bahwa Yani memakai susuk, warga mulai menyebarkan gosip tak sedap mengenai Yani di sekitaran kampung itu. Apalagi ada desas desus kalau arwah Yani gentayangan menghantui warga kampung.
Minah misalnya. Dia mengaku pernah dihantui sosok seorang Yani ketika mandi. Kisahnya waktu itu Minah sedang mandi di waktu sore hari menjelang maghrib.
Di dalam kamar mandi Minah bersenandung menyanyikan lagu. Ketika sedang asik bernyanyi Minah dikagetkan dengan suara nyanyian yang entah darimana datangnya. “Itu suara dari luar ya?”, Pikir Minah.
Suara nyanyian itu semakin jelas terdengar seperti seorang yang sedang mengalunkan lagu sunda. Bulu kuduknya merinding karena dia yakin suara itu bukanlah dari luar melainkan dari dalam kamar mandi.
Dengan perasaan takut Minah akhirnya memeriksa ke setiap sudut ruangan kamar mandi dan Minah terkejut ketika melihat ke arah ventilasi yang berada di plafon kamar mandi.
Disana Minah melihat rambut menjuntai dengan kepalanya yang terbalik dan dengan kondisi mata yang melotot sementara mulut yang tetap bernyanyi meski menganga. “Ya.. Yaa.. Yanii.”, Minah tanpa pikir panjang langsung mengambil handuk dan lari keluar kamar mandi.
Berbeda cerita dengan Mak Ipah. Seorang penjual makanan ringan seperti gorengan dan lainnya yang sering menitipkan dagangannya ke warung-warung di kampung itu.
Suatu ketika sebelum adzan subuh sekitar jam 3 pagi Mak Ipah sedang menggoreng gorengan dagangannya. Mendadak Mak Ipah mencium seperti telur busuk dari arah pintu dapur yang langsung mengarah keluar ke belakangan rumahnya.
Mak Ipah lalu memastikan ke setiap bahan baku dagangannya agar tidak ada yang busuk. Dan memang, bahan baku dagangannya aman-aman saja semua tidak ada yang busuk sama sekali. Mak Ipah curiga ini pasti ada yang tidak beres seketika lalu menghampiri pintu dapur untuk membukanya.
Perlahan Mak Ipah membuka pintu dapur itu dan dia dikejutkan dengan sesosok wanita berpakaian sinden persis seperti apa yang dikenakan Yani ketika posisi terakhir meninggal dunia sedang berdiri di dekat pohon mangga yang ada di belakang rumahnya
dengan rambut terurai acak-acakan dan matanya masih melotot dan mulut yang menganga.
Sosok Yani lalu menggerakkan kepalanya patah-patah. Mak Ipah sontak membanting pintu “BRAAKK!!” dan mengurungkan niatnya untuk berdagang hari itu. Setelah kejadian itu Mak Ipah mengalami demam selama satu minggu dan selama itu juga Mak Ipah tidak dagang.
masih ada lanjutannya nih gaess. retweet dulu deh nanti mimin tambahin. ati2 yg mandi yeee lu cek dulu tuh ventilasi atas sapa tau ada yang nongol gitu wkwk. kalo ga mau ada yang nongol, lu berdoa dulu sebelum masuk wc nya wkwk dizamin gabakalan ada apa2
lanjut ah

sorry nunggunya kelamaan

mimin abis tapa di gunung wkwk
Ada juga cerita seorang pemuda bernama Dodi. Dia adalah teman SD Yani yang sekampung dengannya dan sedang bertugas di kota Indramayu karena tuntutan pekerjaannya. Ketika itu Dodi pulang kampung dengan mengendarai motornya.
Dodi tiba di kampung itu malam hari dan tidak seperti biasanya, warung Mang Gandi yang awalnya selalu buka jika malam hari kala itu tutup.
Dodi tidak menaruh curiga sama sekali karena padahal Mang Gandi menutup warungnya lebih awal karena ketakutannya akan mitos arwah gentayangan Yani.
Di dekat gerbang desa Dodi melihat ada seseorang wanita yang sedang duduk di kursi depan pos ronda. Dodi mengenali wanita itu. Dia adalah Yani.
Dodi tidak tahu Yani telah meninggal sehingga dengan santainya dia memberhentikan motornya dan menghampiri Yani lalu bilang, “Yan, ngapain sendirian disini? Kamu abis manggung darimana? Kok baju kamu kotor gitu?”.
“Manggung di Ciamis”. Kata Yani dengan pelan.
“Ooh. Mana peralatan kamu? Kok ga ada”. Tanya Dodi.
“Anterin aku pulang!”. Tanpa basa-basi Yani langsung duduk di belakang motor Dodi.
Dodi yang tak menaruh curiga sedikitpun lantas mengantar Yani ke rumahnya. Di tengah perjalanan, Dodi melihat Irman temannya sedang bermain gapleh di pos ronda di dalam desa.
“Hei Man?”. Dodi menyapa Irman.
“Eehh Dod. Baru pulang kamu?”. Tanya Irman.
“Iya nih. Sekalian mau antar Yani ke rumahnya hehe”. Kata Dodi sambal menunjuk ke arah belakang motornya.
Mendengar perkataan itu semua orang yang ada di pos ronda mendadak memperhatikan Dodi dan Irman lalu melihat ke belakang motornya Dodi. Disana Irman melihat sosok Yani dengan mata melotot, mulut menganga dan wajah yang penuh darah bekas sayatan.
Irman dan semua orang di pos ronda menahan kaget karena mereka tidak mau Yani malah mengganggu balik mereka.
Dengan inisiatif masing-masing sembari menahan rasa takut, semua orang disana tanpa basa-basi meninggalkan pos ronda dengan sedikit terburu-buru. Irman hanya memberi isyarat memuramkan wajahnya kepada Dodi.
Dia tidak ingin memberi tahu Dodi saat itu juga karena takut Yani mendengarnya.
“Kenapa kamu man?”. Tanya Dodi melihat Irman memuramkan wajahnya.
“Ya udah aku duluan ya?”. Kata Irman dengan sedikit mencubit bahu Dodi.

“Aww”. Erang Dodi.
Irman lantas meninggalkan Dodi. Dia sedikit terheran kenapa Irman seperti ketakutan. Dodi tidak pikir panjang. Dia lantas mengantarkan Yani ke rumahnya.
“Assalaamu’alaykum”. Ketuk Dodi di depan pintu rumah Yani.
“Wa’alaykumussalaam”. Terdengan suara sepuh dalam rumah yang mana itu adalah Bu Esih
“Bu ini saya anterin pulang tadi saya ketemu di gerbang desa dia lagi sendirian”. Jelas Dodi.
“Masuk.. masuk”. Kata Bu Esih dengan berbisik.
“Dod, Yani udah ga ada”. Ungkap Bu Esih sambal menahan tangis.
“Tapi tadi saya jelas-jelas bawa Yani bu”. Ungkap Dodi meyakinkan Bu Esih.
“Akhir-akhir ini memang banyak gosip arwahnya Yani gentayangan ke warga. Mungkin kamu salah satu korbannya”. Kata Bu Esih.
Penjelasan Bu Esih itu membuat Dodi seperti disambar petir dia pun berfikir mungkin hal inilah yang membuat Irman dan semua orang di pos ronda kabur tanpa pamit. Rasa takut dan rasa sedih bercampur jadi satu. Dia lantas berpamitan kepada Bu Esih untuk segera pulang ke rumahnya.
***
“Makasih yaaa! iiiiihihihihihi”. Suara itu terdengar melayang ketika Dodi memarkirkan motor di depan rumahnya. Mendadak dia merinding hebat dan bergegas memasukkan motor ke rumahnya.
Tak pikir panjang, Dodi langsung masuk ke kamarnya untuk mengobati rasa takutnya digentayangi Yani.
Kelanjutannya ada di part 2 ya.
sorry kelamaan. soalnya ceritanya lumayan panjang ini.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Horor Demit (Podcast Horor Demit)

Horor Demit (Podcast Horor Demit) Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Bagihoror

19 Oct
link Part pertama ada disini


yo kita lanjut Part 2.
sebelum kita lanjut, subscribe dulu youtube kita di channel "Podcast Horor Demit" dan retweet postingan ini sebanyak-banyaknya. jangan lupa share juga ke temen-temen kalian dan ke grup-grup horor.
TEROR MENDADAK HILANG
Read 117 tweets
4 Sep
Gue Indra. Nama yang bagus bukan?. kalau kalian pecinta Naruto pasti kalian tahu betul siapa Indra. Dia adalah kakak dari Ashura dan anak pertama dari Hagoromo Sang Rikudo Sennin.
Tapi gue ga akan bahas Naruto sekarang. Gue akan cerita seram yang pernah gue alami ketika gue SMP dulu. Tepatnya sih baru lulus SD dan mau masuk SMP. Jadi peralihan dari SD ke SMP gitu.
Read 99 tweets
17 Jul
Aku, sebut saja Jen.

Aku masih ingat betul kala pertama ayah dan ibu membeli rumah di salah satu komplek di Bekasi ini. Terletak di antara Pondok Gede - Jatiasih, perumahan ini kerap dilanda banjir.
Herannya, ayah dan ibu betah banget lantaran hanya rumah ini yang terjangkau dengan keuangan mereka.
Read 206 tweets
2 Jul
HANTU JEPANG
(SEBUAH PENANTIAN)

PART 3 (END)

-THREAD HOROR-

[ADAPTASI DARI KISAH NYATA]

@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID

#bacahorror #bacahoror #ceritahorror #threadhorror #threadhoror
ayah gue lanjut ngejelasin. Pak Oki itu orang jepang asli. tapi dia udah lama tinggal di Indonesia dan menikah dengan cewek Indonesia. dia tinggal di rumah itu. dia juga punya anak cewek satu-satunya yang katanya anak itu hilang karena diculik. nama anaknya itu Chika.
dari kejadian hilangnya Chika itu, Pak Oki emang selalu duduk di kursi goyang sambil kadang-kadang ngeracau sendiri. sampai akhirnya dia stress dan gila.
istrinya selalu mengurus Pak Oki dengan kasih sayang. dan istrinya setia sampai Pak Oki meninggal dalam kondisinya yang begitu
Read 14 tweets
2 Jul
HANTU JEPANG
(SEBUAH PENANTIAN)

PART 2

-THREAD HOROR-

[ADAPTASI DARI KISAH NYATA]

@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID

#bacahorror #bacahoror #ceritahorror #threadhorror #threadhoror
sambil sesekali dia ngomong "sudah lama ayah nunggu. ayo nak kita pulang !!. mamamu sudah menunggu di rumah"
gue keheranan sambil menahan rasa sesak dari pelukan Pak Oki. gue berontak dan ngerasa kalo Pak Oki ini adalah orang gila.

gue langsung lari ke kontrakan gue. pintu langsung gue tutup lagi. ibu gue yang ada di dapur heran liat gue buru-buru masuk rumah.
Read 25 tweets
2 Jul
HANTU JEPANG
(SEBUAH PENANTIAN)

PART 1

-THREAD HOROR-

[ADAPTASI DARI KISAH NYATA]

@Bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID

#bacahorror #bacahoror #ceritahorror #threadhorror #threadhoror Image
Pernah ga sih lo beranggapan kalo seseorang yang lo hadapi itu ternyata bukan manusia ?

Pengalaman ini masih kesimpen rapi dalam ingatan gue

Panggil aja gue May. Mahasiswi di salah satu universitas di kota Bandung.

Kejadian ini gue alami pas gue masih duduk di sekolah dasar.
Jujur. cerita ini masih bikin gue merinding. untungnya gue udah ga tinggal di deket tempat kejadian itu.
Read 25 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!