Uban Legend tanah Jawa : Tumbal Mati
────Indigo Zeya,🌻────
@ceritaht @bagihorror @IDN_Horor @threadhoror @Penikmathorror @horrornesia @balakarsa @bacahorror @cerita_setan #bagihorror #Zeyasix #Indigo #bacahorror #bacahoror #horrornesia
Kali ini Zeya akan menceritakan tentang Urban legend tanah jawa. Urban legend yang sempat dialami oleh Zeya ntah itu hanya kebutulan atau nyata.
Lagi lagi dan lagi walaupun cerita ini berbesik dari urban legend,
So Happy Reading gaissssssss!!! 💙💙💙
Jangan lupa Rep, Like dan RT nya ya gaidss💙💙💙
Sudah banyak siswa yang berlalu lalang di sana dan Zeya? Ia sedang asyik berdiri di depan balkon kelas sembari melihat sekeliling sekolah.
Zeya menatap lamat-lamat lingkungan sekolahnya, sekolah nan asri yang di kelilingi oleh sawah.
Tapi Zeya mencoba tak peduli dengan semua mahluk itu, toh mereka juga tak mengganggu Zeya.
Satu tetes... Dua tetes... Tiga tetes...
Zeya memejamkan mata perlahan di hirupnya aroma khas tanah yang bercampur dengan air hujan. Zeya sangat suka itu.
Saat sedang asik menikmati suasana, Zeya di kagetkan dengan suara yang samar-samar seperti memanggil namanya.
Sontak Zeya pun langsung membuka matanya dan menengok ke arah kanan tempatnya berdiri. Dan benar saja, disana sudah ada Mara. Teman Zeya.
"Zeya... Akan ada sesuatu hari ini... "
Zeya mendengus kesal. Mara ini selalu menghancurkan mood Zeya ketika pagi hari. Selalu berceloteh tentang hal-hal yang membosankan menurut Zeya.
"Jantungmu akan sakit, kendalikan emosimu. Akan terjadi sesuatu besar hari ini, aku tak bisa menolongmu. Bahkan Selia dan Adin pun tak bisa membantu," jelas Mara panjang lebar.
Setelah mengatakan itu tubuh Mara melayang di udara lalu menghilang tanpa jejak.
Ya, Mara adalah teman 'Hantu' Zeya yang sudah ada sejak Zeya lahir.
Tapi baru beberapa bulan lalu ia mengetahui bahwa gadis cantik itu adalah salah satu teman dan bisa di bilang sosok penjaga yang di miliki oleh Zeya.
Sesampainya di kantin, Zeya memilih duduk di pojok. Ia lantas menyumpal telinganya menggunakan earphone.
Cukup lama Zeya terdiam berkelana memirkan perkataan Mara tadi. Hingga Zeya di kagetkan dengan seseorang yang menrpuk pundaknya.
"Zeya kok sendirian?"
"Eh Bu Eli, sini duduk bu," ujar Zeya sembari sedikit bergeser.
Walaupun bukan karena prestasi akademik, melainkan sering kerasakuan. Tapi bukankah itu juga prestasi? Prestasi untuk kerasukan hampir
"Kok gak bareng Adin, Selia sama Farah Ze?" tanya Bu Eli.
"Hehe iya bu, lagi pengen sendiri aja."
Bu Eli lalu mengacak puncak kepala Zeya pelan. "Nanti kalo ibu melahirkan dateng ya ke rumah. Ajak teman-teman seklian biar rame." ujar Bu Eli.
"Semoga dede bayi nya bisa kaya Zeya ya. Bisa kuat kalo nanti dia bisa melihat mereka yang halus kaya ibu. Bisa ngerasain indahnya dunia Ze."
Zeya terdiam.
Tapi kali ini? Bu Eli bicara seperti melantur saja.
"Pasti dong bu Zeya datang, Zeya ajak yang lain juga biar rame liat dedek gemes nya."
"Ibu tunggu Zeya sama teman-teman datang ke rumah ya."
"Asiap deh bu pasti." Zeya mengacungkan dua jempolnya sembari tersenyum.
"Yaudah ibu mau ke kantor dulu."
Pertama beliau memegang pelipisnya dan detik selanjutnya....
Brukkkkkkk!
Tubuh Bu Eli ambruk menghantam lantai.
Setelah berada cukup dekat dengan Bu Eli Zeya sedikit mengangkat kepala Bu Eli ke atas kakinya dan sedikit menepuk-nepuk pipi Bu Eli.
"Bu Eli bangun bu. Tolong! Tolong! Bu, bangun bu."
"Tolong! Tolong!" teriak Zeya.
Beberapa detik kemudian beberapa pedagang dan guru pun datang menghampiri Bu Eli dan Zeya yang kini mulai terisak.
"Pak tolongin bu eli pak hiks."
"Bu Eli pak... Hiks... Hiks... Tad—tadi Bu Eli pingsan pak Hiks.. "
Banyak orang kini telah mengerumun mereka nampak panik.
"Bawa Bu Eli ke UKS!" perintah Pak Haris.
Dengan sigap beberapa guru membopong Bu Eli ke UKS.
Namun saat berada di depan koridor langkah Zeya di hentikan oleh Adin, Selia dan Farah.
"Mau kemana?" tanya Adin. Zeya hanya diam dan menyeka air matanya, ia memcoba melewati ketiga temannya itu.
"Ze stop!" sarkas Farah. "Kalian kenapasih?! Hiks gue mau nolongin Bu Eli hiks."
Selia mencengkram bahu Zeya erat. "Siapa ini?!"
"Apasih! Ini gue Zeya! Hiks minggir kalian."
Farah dengan sigap mendekap tubuh Zeya dan Adin kini telah menutup mata Zeya dengan tamganya.
"Nyawa siapa yang ingin kau ambil?!" sarkas Adin.
"Wah Sel, Din parah nih anak mainya kasar! Baru pembokatnya dia yang masuk masa jantung kita udah di tusuk!" Keluh Farah.
"Bukan urusan kalian! Diam semuanya!" Kini mahluk yang ada di tubuh Zeya mulai bersuara.
"Untuk apa tumbal kali ini?" tanya Selia sinis. Kini Selia telah melepaskan cengkraman di bahu Zeya.
"Sudah terlambat hahaha! Sudah ku suruh semua anak buahku untuk membuat onar! Aku ingin darah mereka! Aku ingin janin bayinya haha!"
Suasana sekolah Zeya kini berubah menjadi mencekam. Banyak teriakan—
Zeya tetus saja meronta berusaha melepaskan diri. "Heh mau kemana kamu?!" kesal Farah. Sosok di tubuh Zeya tertawa mengerikan.
"Tuker sama sukma dan darah saya aja mau?" tawar Adin. Sosok di tubuh Zeya semakin tertawa keras. Bahkan kini suara Zeya lah yang mendominasi.
"Tidak! Sukmamu tak seperti sukmanya hahaha!
Yang benar saja karena kehadiran satu mahluk pembuat onar seperti ini sekolah Zeya sudah kacau tak terkendali.
Ketiga teman Zeya saling pandang. Yang di katakan mahluk itu memang benar adanya. Selia yang biasanya bisa mengeluarkan setan receh dari tubuh Zeya,
"Ajian hitammu akan kalah dengan tuhanku!" sarkas Selia.
"Kamu hanya mahluk bodoh yang mau di jadikan budak! Dasar buruk rupa!" tambah Farah.
Sosok dalam tubuh Zeya mengerang keras.
"Hahaha! Kalian sudah tak bisa apa-apa! Akan ku tusuk jantung kalian semua! Terlebih anak ini! Ia akan mati! Hahaha!" ujar Sosok itu.
"Kamu yang akan binasa! Bukan Zeya!" tukas Adin.
"Zeya tak selemah yang kamu kira buruk rupa!" timpal Farah.
Suasana sekolah semakin runyam. Sekolah yang tadinya asri kini berubah seperti tong setan.
Setidaknya Bu Anggi bisa membantu mereka yang sedang kewalahan menangani Zeya.
"Itu bu, Zeya kemasukan lagi," tutur Farah.
"Halo siapa ini?"
Sosok dalam tubuh Zeta kembali mengerang. "Bukan urusanmu!" Bu Angii tersenyum sinis ke arah Zeya. "Saya mau kenalan dong, coba salaman dulu sama saya?"
"Tidak!"
Zeya menggeleng kuat. "Kenapa gak mau?"
"Bukan urusanmu!"
"Mau melek atau saya bakar kamu?"
Bu Anggi kini mulai geram ia seperti kehilangan kendali.
"Mau apa kamu?!" tanya sosok dalam tubuh Zeya.
"Saya ingin anak ini kembali!"
"Tidak bisa! Aku ingin sukmanya!"
"Sukma apa? Temen saya ada yang namanya sukma."
Bu Anggi tertawa renyah. "Kamu kalo mau cari tumbal jangan di sini gak akan ada!"
"Anak ini istimewa!"
"Tidak dia sama seperti yang lain tak ada bedanya," elak Bu Anggi. "Udah sekarang kamu keluar! Jangan ganggu semua orang di sini!"
"Kalo begitu aku cabut jantungmu!" Detik selanjutnya Bu Anggi menekan dada atas Zeya sembari merapalkan doa-doa di kuping Zeya.
"Aaaarrrrgggghhhhhh suruhanmu lebih kuat ternyata!"
"Kamu terlalu receh buat saya buruk rupa!"
"Aaarrrrggghhhhh!"
Tubuh Zeya melemas tubuhnya seperti habis di pukuli oleh 5 orang preman sekaligus. Nyeri sekali. Dan Farah, Selia serta Adin,
Perlahan Bu Anggi menepuk-nepuk pipi Zeya. Dan setelah sadar, Zeya langsung meneguk air putih yang di sodorkan Farah.
"Kenapa kalian bisa di sini?" tanya Bu Anggi.
"Tadi kita nyusul Zeya bu." jawab Farah.
"Dan waktu kita ketemu sama Zeya, dia udah nangis-nagis bu, ngikutin guru-guru yang lagi bawa Bu Eli ke UKS," tambah selia.
"Emangnya kamu habis dari mana Ze?" tanya Bu Anggi lagi.
Zeya ingin menangis sejadi-jadinya sekarang ia masih sangat terkejut dengan kejadian tadi pagi.
"Kasian dede bayinya bu... " ujar Farah.
"Mungkin cuma kecapean Far."
Kini mereka ber lima sedang asyik bercengkrama, Bu Anggi sengaja tak meninggalkan Zeya dan kawan-kawan sendiri ia paham betul bagaimana perasaan mereka saat ini.
Sebenarnya, Bu Anggi juga sama seperti Selia dan Adin
Setelah bercengkrama selama 10 menit lamanya, akhirnya Pak Haris datang.
"Bu— Ang—gi huh huh!" ujar Pak Haris terbata-bata.
"Ada apa pak?!"
"Bu Eli udah gak ada..."
Bagai di sambar petir di siang hari. Zeya terkejut bukan main.
Mereka tak menyangka bahwa semua akan terjadi seperti ini. Tidak wajar sekali.
"Bapak ga bercanda kan hiks?" tanya Selia.
Tangisan Zeya semakin menjadi. Rasanya seperti mimpi. Mimpi karena belum ada 3 jam ia bertemu dengan Bu Eli.
Bahkan baru saja Bu Eli mengundang Zeya dan teman-temanya untuk main kekediamannya.
Yang benar saja!
"Kenapa kok Bu Eli bisa meninggal pak?" tanya Adin.
Bu Anggi dan ketiga teman Zeya saling pandang. Apa mungkin?
Hari itu, para siswa di pulangkan lebih awal. Para guru, Staff dan siswa juga melayat ke kediaman Bu Eli.
Ia juga seperti melihat sosok Bu Eli sedang tersenyum bahagia. Bu Eli cantik sekali.
Hati Zeya masih teriris. Ia bahkan masih belum menyangka kalau ini benar adanya.
"Udah Ze, jangan di tangisin pulang yuk. Yang lain udah pada pulang loh," ajak Farah.
"Iya Ze, udah liat kan? Bu Eli cantik loh. Jadi gak boleh terus-terusan nangis ya," rayu Selia.
Dengan perasaan sedih yang masih menyelimuti, akhirnya mereka ber empat pun beranjak pulang meninggalkan makam.
Wajar saja jika Zeya dan yang lain merasa sangat kehilangan sosok Bu Eli.
Namun kini sosok Bu Eli sudah tak bisa mengajar lagi di sekolah. Tak ada candaan lagi darinya...
Kejanggalan yang entah nyata atau tidak...
Kejanggalan yang tak bisa di terima oleh nalar...
Namun, semua sudah kehendak tuhan. Tuhan yang mengendalikan semesta.
----------SELESAI----------
GIAMAN? FEEL NYA KURANG DAPET YA???? HUHU :((
semoga kalian sukak yaaaaa💙💙💙
Maaf juga kalo ada typo dan kesalahan lain di atas sana gaisssss💙💙💙
Kepotong gais ternyataa :(((