"Ini kuncinya, kamu tempati kamar nomor 13, di lantai 2, ya."
Mahasiswi baru itu mengangguk. Ia segera mengangkat kopernya untuk dirapikan di kamar tempatnya akan beristirahat.
Rupanya asrama ini sepi, semenjak tiba di tempat ini, ia belum melihat satu pun mahasiswi lainnya. "Ah, mungkin mereka sibuk di kamar masing-masing," pikir gadis itu.
Suara ketukan terdengar di balik pintu. Rupanya ibu kost yang ingin menagih uang sewa bulan pertama. Gadis itu memberikan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu.
Setelah ibu kost pergi, Ia baru saja sadar jika wajah ibu kostnya terlihat pucat serta aroma melati menyerbak dari tubuh ibu itu. Ia tidak ambil pusing dengan hal tersebut, mungkin saja sang ibu kost sedang kurang sehat.
Malamnya ia memutuskan untuk mencari makanan. Rupanya para tetangga kamarnya benar-benar sibuk. Asrama ini terlihat sepi dan gelap.
"Nak," panggil wanita paruh baya pemilik Indekos. "Boleh saya minta uang sewa bulan pertama?" lanjutnya.
Gadis itu heran, padahal ia sudah membayarnya. Kemudian, ia menceritakan bahwa ia sudah memberikan uang sewa bulan pertama sore tadi.
"Oh, rupanya kamu sudah bertemu. Dia adalah saudara kembar ibu yang tewas gantung diri di lantai dua. Maaf atas ketidaknyamanannya, saya harap kamu tidak takut. Sebagai kompensasi kamu boleh tinggal gratis selama dua bulan.
Merinding menyelimuti tubuh Gadis itu. Ia bergegas menuju warung terdekat untuk sekedar menenangkan diri dan melupakan kejadian tadi sore dan cerita dari ibu kost.
"Dek, mahasiswi baru, ya? Ngekos dimana?" Pemilik kedai itu menyapa dengan ramah.
"Iya Bu, di Asrama Putri Kembar."
Air muka pemilik kedai itu berubah.
"Asrama itu sudah kosong dari setahun lalu, sejak pemiliknya bunuh diri."
Sebelum gadis itu berdiri dari tempat duduknya, pemilik kedai itu melanjutkan.
"Dan saudari kembar pemilik itu melakukan hal yang sama seminggu setelahnya."
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh