Based On True Story : Gantung Diri
────Indigo Zeya🌻────
@ceritaht @bagihorror @IDN_Horor @threadhoror @Penikmathorror @horrornesia @balakarsa @bacahorror @cerita_setan #bagihorror #Zeyasix #Indigo #bacahorror #bacahoror #horrornesia
Kali ini Zeya akan bercerita tentang sosok hantu yang datang secara tiba-tiba.
Ia datang untuk mengingatkan Zeya agar tidak melakukan hal bodoh yang sangat merugikan diri sendiri.
Hidup sebatangkara...
Dan ia takut menjadi korban...
Korban kebiadaban seseorang....
So Happy Readinggggg!!!!💙💙💙💙
Kata itu yang terus terbesit di pikiranku. Rasanya aku sudah tak kuat menjalani semua ini. Aku tak bisa lagi berpikir jernih.
Tak ada yang bisa ku lakukan selain menangis dalam dekapan bantal tiap malam. Aku tak tau harus berbagi cerita pada siapa.
Aku lelah selalu di kucilkan. Aku tak ingin di jauhi oleh kalian. Aku juga manusia normal.
Lalu kenapa teman kelasku takut? Semenyeramkan apa aku? Seaneh apa aku?
Aku tak mau di jauhi oleh kalian...
Aku manusia. Kalian juga manusia bukan?
Aku sedih karena kalian menganggapku aneh...
Aku yang dengan mudah menganggap kalian layaknya orang sakit jiwa dan kalian menjadi diriku yang hampir setiap hari di ganggu oleh mereka.
Mau kah kalian merasakan itu semua? Mau kah kalian tidur tak tenang setiap harinya?
Menjadi indigo tak semudah yang kalian bayangkan. Tapi tunggu, aku juga sebenarnya tak mengakui kalo aku ini indigo.
Ya aku bukan indigo.
Rasanya aku tak ingin bersekolah. Aku hanya ingin diam di rumah bersama Mara. Masih ingat Mara?
Mara adalah teman hantu baikku. Ia selalu menghiburku di rumah.
Mara yang selalu meyakinkanku, bahwa sebenarnya temanku baik. Tapi, mereka sedikit takut karena aku sering di rasuki.
Tatapan yang tajam.
Bergelagat aneh saat sendirian dan sedang terdiam. Bahkan ada yang mengatakan wajahku sangat menakutkan.
Sadarkah kalian sudah membuatku terpuruk?
Apa aku memang aneh dan tak pantas untuk berteman dengan kalian?
Apa jika aku tiada kalian akan senang?
Hahaha!
Aku juga lelah seperti ini. Aku juga lelah dianggap aneh. Aku juga ingin hidup tenang sama seperti kalian.
Aku akan tiada...
Aku tak akan menjadi beban teman- teman kelasku lagi...
Aku tak akan merepotkan banyak orang...
Dan aku...
Aku akan menjadi hantu jahat pengganggu manusia yang terjebak dalam dunia.
Aku sudah terlalu lelah untuk menangis setiap malam. Aku juga lelah selalu bersikap Ceria dan menunjukan seolah aku baik-baik saja di depan semua orang.
Aku hanya ingin menjadi remaja normal tuhan...
Aku sudah lelah menghadapi ini semua...
Agar aku tak hilang akal dan akhirnya bunuh diri...
Aku juga tak mungkin melakukan hal segila itu saat ini.
Jangan orang tuaku dan semua orang yang ku sayangi...
"Ja—jangan la—ku—kkan i—ttu."
Aku terdiam menyeka air mataku. Aku mendengar suara yang sangat jelas. Siapa lagi yang datang pada ku kali ini?
Apakah Mara?
"Siapa di sana?"
Aku mengedarkan pandangan ke penjuru kamar tak ada siapapun di sana.
Malam ini aku tak akan tidur lagi. Pasti ada mahluk yang ingin berinteraksi.
Aku mengubah posisi ku menjadi setengah duduk dan menutup wajahku.
Reflek aku membuka mata dan menyingkirkan tangan dari wajahku. "Aaarrrgggghhhhh! Siapa kamu?! Aku takut darah!"
Di depanku kini terdapat sosok hantu yang berlumuran darah dan kepala yang hampir putus...
Jari tangannya sangat panjang seperti ranting pohon. Sebenarnya mahluk jenis apa dia ini?!
Apa?! Berani sekali hantu buruk rupa itu mengejekku!
"Aku memang buruk rupa. Tapi aku juga bisa berubah."
Sosok itu menertawaiku. Bahagia sekali dia melihat orang ketakutan seperti ini!
"Bukalah matamu, aku sudah tak menjadi buruk rupa yang seperti kamu ucapkan tadi."
Perlahan aku menyingkirkan tangan dari wajahku.
Tapi memang benar. Sekarang wujudnya tak menyeramkan. Tak terlalu cantik seperti Mara namun aku rasa dia adalah warga pribumi pada masa lampau.
Aku terus memandanginya dari ujung kepala hingga kaki. Dia seperti warga desa sekali.
"Tak usah memandangku Seperti itu manusia."
"Aku sumarni. Mereka biasa memanggilku Mbok Marni."
Aku tersenyum dan memandang Mbok Marni secara seksama. "Mbok Marni kok bisa sampe rumah Zeya?"
"Bagaimana kau tau itu?"
Mbok Marni terbangun dari duduknya dan berjalan perlahan menuju jendela. "Dasar manusia! Tentu saja aku tau."
"A—apa ka—kau tiada karena ulahmu sendiri?" Mbok Marni mengangguk.
Bayangan tentang kebodohan Mbok Marni di masa lalu pun kini seolah menghiasi pikiranku. Mbok Marni yang di manfaatkan oleh mereka...
Mbok Marni yang kehilangan akal...
Memang benar jika ada orang yang mengatakan Manusia memang mempunyai akal namun manusia sangat kejam.
Manusia hanya memikirkan dirinya sendiri.
Dan manusia secara tidak sadar memperlakukan sesamanya seperti binatang...
"Semua itu terjadi begitu saja. Terjadi karena kekejaman manusia dan aku? Aku terlalu lemah! Aku hanya seorang budak... Seorang budak yang di manfaatkan oleh sang majikan... "
Dan hiduplah seorang wanita cantik pribumi, ia biasa di panggil Marni.
Marni seorang warga pribumi yang menjadi kembang desa.
Wanita berumur 21 tahun itu hidup sebatang kara. Sudah tak ada lagi ayah dan ibu yang menemaninya.
Ia pun tak mempunyai saudara.
Marni hanya bergantung hidup pada majikannya.
Sebenarnya Marni ingin sekali pergi dari tempat itu, namun apalah daya. Marni takut tak ada seorang pun yang mau memberikan tumpangan untuk ia tinggal.
Rumah yang sangat mewah nan megah...
Rumah yang sangat di idam kan oleh warga desa...
Rumah yang katanya sangat asri dan tenang....
Namun bagi Marni, rumah itu adalah nereka. Tinggal menghitung hari saja dirinya akan resmi menjadi korban.
Sebenarnya, Juragan Karno adalah orang yang sangat baik hati. Sikapnya yang sangat ramah membuat Juragan Karno di kenal oleh semua warga desa.
Sayangnya beliau jarang sekali pulang kerumah.
Ya, Agus. Ia adalah anak semata wayang dari Juragan Karno.
Agus yang Marni lihat selama ini sangatlah kejam...
Pemuda kaya raya yang minim tata krama...
Lelaki yang sangat gila.
Wanita-wanita itu berasal dari luar desa ini, mungkin jauh dari pedesaan karena penampilan mereka selalu modis.
Warga desa sebenarnya sudah mulai curiga melihat kelakuan Agus ini. Agus memang sering sekali membawa wanita ke dalam rumahnya, tapi setelah wanita itu masuk mereka tak akan terlihat lagi.
Seperti malam ini, malam yang sangat menakutkan bagi Marni. Ia terus mendengar suara itu berulang kali...
Suara yang menjijikan dan menakutkan...
Tok! Tok! Tok!
Pintu kamar Marni terketuk sangat keras. Marni tau itu adalah Agus. Pasti ia akan menyuruh Marni melakukan itu lagi...
Hal yang sangat dia takuti...
Marni kini berjalan pelan dan membuka knop pintu kamarnya.
Agus sudah di sana...
Berkeringat dengan nafas tersengal...
Wanita itu...
Akan menjadi korban selanjutnya...
Korban kekejaman Agus yang biadab...
Target pelampiasan napsu pria yang sakit jiwa...
Dan sebentar lagi...
Ia akan tamat. Ia akan bernasib sama dengan puluhan wanita seblumnya.
"Hey Marni! Ambil pisau itu!"
Pisau kecil yang amat tajam. Pisau pengantar manusia ke alam lain yang sangat abadi.
Wanita itu terus membrontak.
Dan...
Satu...
Dua...
Tiga...
Srettttttt! Brushhh!
Agus menyayat leher dan menancapkan pisau pada leher wanita itu.
Perlahan Agus membuka lakban dan ikatan di tubuh wanita itu. Marni terdiam ketakutan. Tubuh Marni pamas dingin ia tak sanggup lagi menyaksikan ini.
Seperti orang yang kesetanan dan haus akan darah Agus terus saja menyayat tubuh wanita itu. Berkali-kali Agus menyayat bagian intim wanita itu seperti sedang memotong daging.
Jleb! Jleb! Jleb!
Berkali kali Agus menancapkan pisau pada perut wanita itu.
Merasa puas sudah menyiksa tubuh wanita itu, Agus lalu menyeret tubuh wanita itu dan memasukannya ke dalam karung besar.
Agus lalu menekan dan mengikat karung itu.
Agus dan Marni berjalan ke pekarangan brlakang rumah. Rupanya Agus sudah menyiapkan satu lubang untuk wanita itu.
Marni membantu Agus untuk mengubur wanita itu.
Dia terlalu bodoh karena mau membantu Agus...
Marni ingin memarahi Agus...
Dia juga ingin membunuh Agus secara tragis...
Suatu saat itu akan terjadi...
Di tatapnya wajah Marni yang sudah ketakutan luar biasa. Sedari tadi Marni menangis
"Besok adalah giliranmu. Bersiaplah cantik... "
Marni terdiam mematung mencerna semua ucapan Agus. Apakah Marni harus merasakan sakit seperti wanita-wanita yang Marni kubur bersama Agus?
Apa yang harus Marni lakukan sekarang? Ia tak mau menjadi korban selanjutnya....
Ia harus mengakhiri semuanya sekarang juga...
Marni lantas menuju kamarnya. Ia terus menyeka air matanya yang kini turun semakin deras.
Marni dengan cepat mengambil seutas tali dan mengikatnya kuat pada langit-langit kamar.
"Aku akan membri pelajaran untuk mu Agus... "
Marni lalu mengikat tali lebih kuat di lehernya dan ia melompat dari banguku.
Marni merasakan sakit yang luar biasa pada lehernya. Namun...
Di detik berikutnya ia melihat dirinya tergantung di atas sana...
Marni telah tiada...
Matanya melotot dan lidahnya terjulur keluar. Dendam Marni belum terbalaskan. Ia harus memberi pelajaran pada Agus.
Tiada karena gantung diri...
Sampai malam hari, teror dari Marni pun di mulai. Teror yang sangat menakutkan. Teror yang sebelumnya tak pernah dialami Agus.
"Hiks hiks hiks hiks kau akan mati!"
Suara Marni terus menggema di telinga Agus. Marni mulai menunjukan wujud nya yang sangat buruk.
Matanya melotot dan giginya sangat buruk...
Agus terus berteriak ketakutan. Ia berlari terseok Seok berkali-kali ia terjatuh.
Marni terus melayang-layang di atas Agus. Marni terus saja menjatuhkan benda-benda yang ada di sekitarnya.
Kini Agus terjatuh dari atas. Tubuhnyanya terus terguling ke bawah sana. Darah segar mengalir dari hidung dan mulutnya...
Dan sekarang...
Agus telah tak bernyawa. Marni telah membalaskan dendamnya. Walau tak sekejam Agus memperlakukan wanita-wanita itu.
Mereka baru di kuburkan secara layak ketika Sang Juragan datang untuk mengunjungi rumahnya.
Dan kini desas desus tentang kematian Agus dan Marni ramai di perbincangkan Warga desa.
Sepeninggalan Agus, rumah Juragan Karno itu tak lagi ter urus.
Tak ada satu warga pun yang berani meninggali rumah Itu. Dan setelah kematian Agus,
Entah kemana Juragan Karno pergi. Hingga kini Rumah itu masih ada...
Bangunannya sudah usang dan sudah menjadi sarang para hantu penasaran...
Dan Marni...
—Flashback Off—
"Apakah mbok Marni masih merasa sakit?" Aku bertanya dengan sedikit penasaran.
"Tentu saja. Balas dendamku hanya sebentar namun sakitku abadi."
"Sudahlah, kau tidur saja. Jangan lagi memikirkan hal yang tak pantas untuk di lakukan. Jika kau ingin bertemu denganku, panggil saja namaku."
Mungkin yang di katakan Mbok Marni benar. Aku harus istirahat. Aku tak mau banyak pikiran buruk yang hinggap.
Perlahan aku merebahkan diri dan menarik selimut hingga menutupi dadaku.
Alam mimpi yang sangat kacau tak beraturan.
Gimana? Masih kurang dapet ya Feelnya?
Semoga sukakkkkk gaissss💙💙
Jangan lupa like, rep dan rt nya ya💙
Jangan lupa juga Follow biar gak ketinggalan cerita-cerita seru dari zeya gaisss!!!!💙