My Authors
Read all threads
itu tapi ajak gue, Selia dan Farah. Gimana setuju ngga?" usul Adin.

"Kalo gue si setuju soalnya gue ngerasa janggal. Tinggal Selia aja gimana?"

Selia mengangguk. "Oke deh gue juga ngerasa ada yang gak beres nih."

Setelah itu, kami larut dengan obrolan mrngenai perkemahan.
Hingga waktu menunjukan pukul 17.20 aku dan Farah pun baru akan pulang. Kebetulan hari ini Farah membawa motor, jadi aku memilih pulang bersama Farah.

Di tengah perjalanan, saat aku melintas di taman kota aku melihat Pita dan salah seorang teman nya. Sepertinya mereka habis—
Bepergian jauh.

"Eh Farah, itu ada si Pita!"

"Mana Ze?"

"Ituuu motor skupi merah di depan kita cepet setarain sama dia," ujarku sembari menunjuk ke arah Pita.

"Oh! I see!"

Setelah merasa sudah dekat dengan Pita, aku langsung memanggilnya. ''Hey Pita! Abis kemana?""
Pita dan salah seorang temannya menengok ke arahku dan Farah sekilas. "Eh kak Zeya, kak Farah. Itu kak, Pita abis ke lokasi kemah."

Aku dan Farah saling terdiam. "Loh? Bukanya lo gak ikut kemah ngapain lo kesana? Mau aneh-aneh lo ya?!" sarkas Farah.
"Eum anu kak itu, ya aku jaga-jaga aja gitu barangkali ada yang gak beres. Yaudah kak aku duluan ya udah mau maghrib nanti aku di cariin mamah. Dadah Kak Ze, Kak Farah hati-hati."

Detik selanjutnya Pita langsung memacu motornya kencang. Aku dan Farah masi bingung dengan tingkah
laku Pita ini.

"Ze, ngerasa aneh gak si?" Aku mengangguk. "Iya Far, mau ngapain ya dia?"

Farah mengedikan bahu acuh. "Yaudah lah ya bukan urusan gue."

Setelah perbincangan kecil itu, Farah langsung memacu motornya kencang. Sesampainya di rumah, aku langsung merebahkan—
diri di kamar. Farah tak ingin mampir kerumah ku kali ini, dia bilang ia lelah.

Keesokan harinya, sesuai rencana kini aku sudah memanggil Pita untuk menemui ku di depan balkon lantai 2.

Farah, Selia dan Adin juga ada di sampingku. Dan tak lama Pita datang seorang diri.
Aku tersenyum tipis ke arahnya. Sedangkan ke tiga temanku itu menatap Pita sinis. "Hai Pit," sapaku.

"Hai kak, ada apa ya kak?"

"Jauhin Zeya jangan main-main sama kita," sarkas Adin. Aku mengrenyitkan alisku bingung. "Hah? Maksudnya?"

"Jangan berani macem-macem sama Zeya!"
Sambung Selia.

"Yaudah yuk Ze, dan lo Pita kalo sampe berani nyakitin Zeya, jangan harap bisa lepas dari murka gue!" timpal Farah.

Zeya mencebik kesal. Apa-apaan ketiga temannya ini, tak ada badai tak ada salju di Indonesia, malah berbicara seenak jidat pada Pita?
Titik permasalahannya dimana coba? Bahkan aku tak mengerti mengapa mereka menjadi posesif seperti sekarang. "Aduh! Kalian apa sih?!"

"Udah Ze ayok pergi. Jangan berhubungan sama iblis kayak dia!" ujar Adin.

"Dasar munafik!" sarkas Farah.

"Kamu kurang iman haha!"
sambung Selia sembari menarik tanganku dan berjalan menjauh dari Pita. "Maksud kalian apa sih?! Gue gak ngerti!"

Adin menghembuskan napas kasar. "Ze! Lo jangan percaya sama dia. Dia jahat."

Aku menatap Adin bingung. "Iya Ze, dia mau berbuat jahat sama lo."
"Hah? Maksud lo apa sih Far?"

"Zeya dengerin gue." Kini giliran Selia yang bersuara. Raut muka Selia kini berubah menjadi sulit diartikan. Antara marah, gelisah dan entahlah apa.

"Dia jahat Ze, dia yang mau ngancurin acara kemah kita kali ini. Dia bukan indigo Ze!"
Aku tertawa renyah menanggapi Selia. "Apa sih? Jelas dia indigo, dia tau semua hantu penjaga sekolah ini. Dia cerita sama gue kemarin."

"Iya dia cerita sama lo, terus abis dia cerita lo jadi pusing, mual, badan lo berat. Iya kan? Ngaku?" sarkas Adin.

"I—iya sih Din."
"Dan masalah kemarin, gue udah cerita sama Selia dan Adin Ze. Dan gue tau kalo kemarin dia ke lokasi kemah mau bikin onar acara kita nanti. Bahkan mungkin hari ini bakal terjadi sesuatu di sekolah," jelas Farah panjang lebar.

"Dia berguru! Dan dia lagi cari mangsa!" ujar Selia
"Hah? Maksudnya mangsa?"

"Udah lah! Mending sekarang lo masuk kelas bentar lagi bel. Oh iya Far, jangan biarin Zeya ngelamun, bye! Ayo Sel."

Detik selanjutnya Selia dan Adin melongos pergi menuju kelasnya. Aku dan Farah kini pun bergegas untuk memasuki ruang kelas dan—
duduk di bangku masing-masing.

"Emang nya gue kenapa Far?"

Farah tersenyum tipis sembari menopang dagu dengan kedua tangannya. "Gak apa selo aja."

"Tau ah! Mending gue tidur." Aku lalu menelungkupkan wajahku di atas meja. Niat hati ingin tertidur, aku justru merasa—
Ada yang tidak beres denganku. Namun aku tepis pikiran negatifku jauh-jauh aku berusaha memejamkan mata dan menuju alam mimpi indahku.

Tapi nihil. Saat aku memejamkan mata, aku melihat sosok berambut panjang, berjubah hitam, setinggi 4 meter di hadapanku
Ia memegang tongkat kayu dengan permata hitam diatasnya tak lupa kalung dari batu yang entah apa itu juga berwarna hitam.

Tubuhku menegang. Ingin rasanya aku membuka mata lalu berteriak kencang namun tak bisa. Sosok itu kian mendekat kearahku, menakutkan sekali.
Semakin dekat, semakin jelas pula penampakan sosok itu. Ternyata tak hanya membawa Tongkat kayu saja, ia juga membawa tanduk runcing di tangan kirinya.

Aku takut!

Detik berikutnya sosok itu pun menusuk dada atasku dan tubuhku menegang. Pendengaranku seakan tuli sekarang.
"Argggghhhhhhh!" teriakku.

Farah yang sedang sibuk memainkan ponsel pun terkejut bukan main. Seisi kelas kini sudah pora-poranda.

Banyak yang menjauh dan mungkin sedikit lagi di luar kelas akan banyak siswa yang mengerubung.

"Heh! Siapa ini?!" ujar Farah.

—Zeya Pov Off—
"Haha! Aku penguasa! Tuanku memang cerdik haha!" ujar sosok dalam tubuh Zeya itu.

"Tika! Panggilin Selia sama Adin sekarang cepet! Kalo ada mapel suruh izin!" teriak Farah ke salah satu teman kelas.

"Oh, jadi tuan kamu beraninya main keroyokan seperti ini ya?" ujar Farah.
"Tuanku itu cerdik! Tidak seperti dirimu haha."

"Oh iya? Tapi kan Zeya lebih cerdik."

Sosok itu tertawa mengerikan. Membuat bulu kuduk merinding. Dan sekarang kelas Zeya sudah ramai orang, ada beberapa guru juga yang datang untuk membantu Farah.

"Anak ini bodoh! Pantas untuk—
mati! Menjadi budakku haha!"

Plakkk

Dengan spontan Farah menampar pipi Zeya. Nampaknya kini Farah mulai geram. "Heh! Enak aja! Zeya itu sahabat saya! Dia terlalu rendah untuk jadi budak!"

"Kamu bisa keluar dengan baik-baik atau tidak?" ujar salah seorang guru.
"Haha! Tentu saja tidak! Aku akan pergi jika anak ini pergi Haha! Jadi kalian diam!"

"Kalo kami gak mau diam gimana? Kami mau Zeya!" sarkas guru Zeya. "Oh begitu akan ku panggil semua anak buahku Hahah!"

Plukk plukk pluk
(Anggap saja suara tepukan tangan)

Sosok itu menepuk—
Tanganya berkali-kali seperti mengisyaratkan seseorang untuk datang. Seketika suasana kelas menjadi tambah mencekam.

Hawa dingin nan terasa ramai kini menyelimuti kelas. "Hai kalian! Rasuki mereka haha! Agar mereka tau siapa aku sebenarnya."
Dalam hitungan detik, sekolah berubah menjadi ramai. Bukan ramai karena ada pertandingan Futsal, namun ramai oleh teriakan dan tangisan dari para sosok halus sekolah.

Kerasukan masal.

Ya, mungkin itu kata yang tepat untuk tragedi kali ini. Sudah kedua kalinya di sekolah ini—
Terjadi kerasukan masal. Ada yang meraung, merintih kesakitan, berteriak, menangis dan lain sebagainya.

Setelah cukup lama, Selia dan Adin baru datang dengan napas tersengal-sengal. "Huh! Huh! Ma—af lama huh!" ujar Selia.

"Iya tadi mapel bu Hera soalnya."
Setelah mengatur napas beberapa detik kini Selia dan Adin memulai aksinya. Aksi untuk mengeluarkan sosok yang kini merasuki Zeya.

Sebenarnya, mereka sudah sedikit tau akan ada kejadian seperti ini. Mereka juga sudah tau siapa Pita sebenarnya. Tapi situasi ini terlalu kacau.
Mereka kira, yang akan di rasuki hanyalah Zeya bukan hampir satu sekolah seperti ini.

"Farah, sekarang gue minta tolong lo ke bawah. Minta air putih. Dan Adin pegangin badan Zeya," perintah Selia.

Selia pun kini maju mendekat ke arah Zeya. Ia menekan dahi dan leher—
Zeya dalam.

"Halo buruk rupa! Sekarang mau aku bakar atau mau kluar sendiri hm?" tanya Selia pada sosok itu.

Sosok itu mengerang. "Diam! Lepaskan! Kau tak sehebat tuanku!"

"Oh iya?! Tapi tuhan saya lebih kuat dari kamu!" sarkas Adin. "Haha tidak! Tuanku hebat! Dia menyuruhku—
membawa anak ini, sukmanya dan darahnya untuk dia dan sisanya akan menjadi milikku hahaha!"

Selia menekan dahi dan leher Zeya lebih dalam. "Haha! Jadi budak kok mau!"

"Aku bukan budak!"

"Kalo makan sisaan itu budak namanya haha!" ejek Adin.

"Diam kalian!"
"keluar kamu!"

"Tidak!"

Selia tersenyum sinis. "Yasudah akan ku paksa!" Detik selanjutnya Selia menarik perlahan tangannya dari leher Zeya.

"Rasakan ini!"

"Aaaarrrrrgggghhh" Setelah berteriak nyaring tubuh Zeya melemas. Beberapa murid dan guru kini sigap—
Menggotong Zeya menuju UKS. Tak lupa dengan Adin dan Selia. Mereka mengikuti dari belakang. Walaupun tubuh Selia sekarang ini merasa sedikit lemas karena energnya sedikit terkuras.

Setelah menunggu beberapa menit, Zeya mulai tersadar. Kini Adin menyodorkan gelas berisi Air—
Putih yang tadi di bawakan oleh Farah. Setelah itu keadaan UKS kembali hening. "Jadi tadi siapa?" ujar Zeya memecah keheningan.

"Suruhannya si Pita. Dia mau memperalat lo Ze. Adin dan Selia yang cerita," jawab Farah.

"Iya, yang di bilang Farah bener. Gue dan Adin gak mau—
Sampe lo kenapa-napa. Dia itu main ilmu hitam dan lo harus ati-ati sama dia." Zeya mengangguk paham.

"Oh iya masalah ucapan Pita kemarin gak usah di pikirin Ze. Gue Selia dan Farah udah bilang sama panitia guru buat bikin pager yang kuat biar gak kejadian kaya taunnya kita."
jelas Adin panjang lebar.

Setelahnya mereka sibuk berbincang mengenai persiapan kemah. Farah, Adin dan Selia tak ingin membebani pikiran Zeya. Maka dari itu mereka tak membahas soal hantu-hantu pengrusuh di sekolah.

Hari-hari berikutnya semua berjalan normal.
Dan tak terasa, hari ini adalah hari keberangkatan Zeya dan yang lain ke buper. Setelah tiba dan membangun tenda, kini Zeya dan panitia yang lain sibuk mempersiapkan peralatan untuk haiking.

Acara berjalan lancar sesuai rencana tanpa kendala. Sampai malam hari tiba.
Masalah mulai muncul, penerangan di sekitar buper tak bisa berjalan. Keadaan buper gelap gulita di tambah angin malam yang menusuk badan Zeya.

Mencekam.

Itu yang Zeya rasakan. Berkali-kali dia melihat berbagai mahluk mengerikan disana. Dan yang mengganggu Zeya sekarang adalah—
Gadis kecil berambut panjang. Mukanya sangat pucat. Seperti habis tercebur air saja. Tapi Zeya berusaha tak peduli dengannya.

Tepat pukul 21.35 penarangan baru bisa berfungsi dengan normal. Keadaan buper tak lagi gelap gulita dan malam pertama di buper berjalan—
Lancar sesuai rencana. Begitu pun dengan hari-hari berikutnya. Acara perkemahan tahun ini sukses tanpa kendala tak ada kejadian yang tak di inginkan.

Sehari setelah perkemahan usai, kini Zeya sudah kembali ke sekolah. Zeya kini diam termenung karena Farah sedang asyik dengan—
Ponselnya. Zeya terus mencoret bukunya tak beraturan. Hingga netra Zeya bertemu dengan sesosok gadis kecil bermuka pucat sedang berdiam meringkuk di pojok kelas.

Perlahan ia mengangkat wajahnya dan terlihat wajah pucat yang amat menyedihkan. Dalam hitungan detik,
Sosok gadis itu melayang-layang ke arah Zeya. Dan akhirnya sosok itu memeluk Zeya dari belakang.

Dan...

"Hihi Hay, main yuk?" ujar sosok itu menepuk pundak Farah yang ternyata kini sudah meminjam tubuh Zeya untuk berinteraksi.

Zeya kerasukan lagi.
Farah pun panik ketika mengetahui ada yang jnggal dari Zeya. "Hay? Ini siapa?" ujar Farah.

Dan lagi, kini teman kelas Zeya sudah mengerubung. Seperti ada tontonan sirkus saja!

"Main yuk?"

"Mau main apa?" tanya Tika yang sudah berada di depan Zeya.
"Tik gue titip Zeya yah mau manggil Selia dulu," ujar Farah yang di balas anggukan kepala.

"Seperti ini, kamu ambil bangku lalu letakan di jendala sana," ujar Sosok itu sembari menunjuk ke pojok jendela kelas. "Eh mau apa?"

"Hihi aku mau ajak dia loncat bersamaku."
Detik selanjutnya Zeya bangun dari duduk nya dan hendak menuju jendela pojok kelas. Reflek, teman-teman Zeya pun menahannya hingga Zeya kembali terduduk.

"Eh ga bisa! Ini itu lantai 3 kalo Zeya jatuh nanti bahaya dia bisa aja kehilangan nyawa." ujar Tika.
"Hihi memang! Aku ingin membuatnya mati! Lalu dia bisa bersama denganku selamanya. Bisa menjadi kakakku. Hihi."

Keadaan semakin ricuh, Zeya terus meronta-ronta hingga akhirnya Azka memeluk tubuh Zeya dari samping. Kenapa harus Azka? Mau modus kah dia memeluk Zeya?
"Kamu tidak bisa mengambil temanku!" Teriak Selia yang baru datang. Tak lupa di ikuti Farah dan Adin yang kini sudah membawa botol air mineral yang kosong.

"Kamu?! Aku sudah ganggu kamu waktu di hutan! Kamu tidak kapok?!"

Selia mendekat dan seperti biasa menekan leher Zeya.
"Dasar anak kecil tentu saja tidak!"

Sosok itu menangis. "Hiks aku bukan anak kecil!"

"Siapa namamu?" tanya Adin. "Namaku Nia!"

Adin krmudian membuka tutup botol air mineral itu dan menjulurkannya ke arah Zeya. "Nia mau keluar sendiri atau mau di masukin botol?"
Zeya mulai meronta-ronta lagi. "Tidak jangan! Nia tidak mau!"

"Sekarang keluar!" perintah Selia tegas. "Tidak! Perempuan itu bilang aku boleh membawanya pergi! Dia kakaku!"

Selia beradu tatap dengan Farah dan Adin. Kini mereka tau siapa dalang di balik semua ini.
"Zeya manusia! Dia anak cerdas tidak seperti tuanmu!" tukas Selia. "Iya kah? Hiks hiks Nia anak pintar juga, tetapi kenapa momy selalu jahat sama Nia?"

Selia menatap Zeya iba. Ternyata sosok kecil itu mempunyai masa lalu kelam. Ia merasa sendirian pantas saja,
Anak kecil nan malang ini mau di perintah oleh si Perempuan jahat itu untuk membawa pergi Zeya. Ia ingin mempunyai teman ternyata.

"Memangnya, Momy kamu kenapa?" tanya Selia."Hiks Momy jahat! Setiap Nia ingin makan, main dan juga belajar selalu di pukul!" Nia menjeda ucapannya.
"Hiks Hanya Dady yang sayang pada Nia! Tidak dengan Mommy! Saat Dady pergi Momy mengurung Nia! Tidak memberi makan hanya memukul dan menyiram Nia dengan Air yang sangat panas! Hiks hiks Sa-akit."

Kini semuanya menatap iba Zeya. Malang sekali nasib gadis kecil ini.
Bahkan usianya belum genap 8 tahun.

"Sampai hari itu tiba, Nia tak menghabiskan makanan Nia. Lalu Momy memukul Nia dan Momy memasukan Nia ke dalam kandi air. Momy menutupnya dan meninggalkan Nia hiks hiks dan tiba-tiba Nia tak bisa menyentuh Dady lagi hiks Dady menangis—
Saat melihat Nia seperti ini Hiks."

Adin mengelus pundak Zeya pelan. "Terus kamu mau apa sama Zeya?"

"Nia mau Zeya ikut loncat. Temani Nia!"

"Tidak bisa Nia.. " lirih Selia.

"Harus bisa! Zeya sama seperti Nia pintar! Dia bisa jadi kakak baik!" kekeh Nia.
"Bandel ya kamu! Saya masukan botol saja ya!"

Perlahan Selia memulai aksinya untuk mengeluarkan Nia dari tubuh Zeya dan memasukan Nia ke dalam botol.

"Aaarrrrggghhh." Sosok Nia sudah keluar dari tubuh Zeya. Dan Adin pun sudah menutup botol tersebut Nia sudah terkunci.
Beberapa teman Zeya dan Farah memapah Zeya menuju UKS. Setelah sampai UKS dan merasa agak baikan, baru lah seperti biasa Zeya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Siapa dia?"

Perlahan Farah mengusap pundak Zeya. "Dia Nia."
"Kasian dia, di siksa sama orang tuanya dan dia mau lo ikut sama Nia buat mati. Gila aja ya kalo lo mati di sini, sekolah tambah angker!" sarkas Adin.

"Dan yang nyuruh Nia itu, gak lain adalah Pita. Setelah gua dan Adin telusiri ternyata Pita mau manfaatin Darah dan sukma lo."
ujar Selia. "Dan dia memperalat Nia. Dia itu dari buper dan hari dimana lo ketemu Pita, di hari itu lah dia nyuruh Nia buat gangguin lo. Ya namanya anak kecil kaya Nia apalagi korban kekerasan ibunya jadi gampang aja gitu di bohongin." sambung Selia panjang lebar.
"Terus sekarang gimana?" tanaya Zeya takut-takut.

"Tenang aja, Gue udah masukin dia ke botol dan udah gue amanin." yakin Selia sembari tersenyum tulus.

"Iya lo tenang. Dan jangan berurusan sama Pita lagi ya," sambung Adin.

"Kita gak mau lo kenapa-napa Ze."
Farah lalu memeluk Zeya dan di ikuti dengan Selia dan Adin. "Makasih ya kalian semua baik banget sama gue."

"Gak apa. Kan kita temen. Mulai sekarang kita bakal jadi lebih dari temen! Dan kita bakal jaga satu sama lain gimana? Setuju?!" tanya Selia bersemangat.
"Setujuuuu!" ujar Farah dan Zeya bersamaan. "Kalo masalah per-demitan gini kan seru. Jadi why not? Haha!" Kata Adin sembari tertawa.

"Ya ukhti! Tobat woy" kesal Selia.

"Gada akhlak emang Adin!" timpal Farah.

"Biarin aja si wlee itung-itung berasa live penelusuran gaib!"
Setelah itu mereka tertawa bersama. Saling menyemangati satu sama lain. Pertemanan mereka sangat unik. Unik karena mereka di satukan oleh para hantu yang licik.

Akankah pertemanan mereka bertahan atau akan hancur karna ulah manusia?
Atau malah mereka berselisih paham karena ada hantu yang sangat jahat dan membodohi mereka? Entahlah ikuti saja alur Tuhan.

Tunggu kisah selanjutnya. Entah kisah tentang Zeya, Farah, Adin ataupun selia.

----------T B C----------
HELOOOO GAISSS! AKU UP LAGI NIH HEHE.

Gimana ceritanya? Suka? Feel nya dapet ngga? Maaf ya kalo banyak kesalahan di atas sana hehe.

Jangan lupa Like dan Retweet ya!💙💙

Dan juga jangan lupa Follow biar gak ketinggalan kalo ada cerita serem dari Zeya gaissss!!!!
Hehe see u in the next part gaiis!!💙💙💙💙
Ini gias ketinggalan satu lagi huhu :((( maaf ya gais ga fokus :((
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with 𝒁𝒖𝒍𝒇𝒂𝒂🦄

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!