Dan segala kehidupan di dalamnya.
(Sebuah cerita petualangan di gunung Merbabu)
- A THREAD.
@ceritaht @bagihorror @bacahorror @IDN_Horor @cerita_setann
#bacahorror #bagihorror #threadhorror
"Iya tentu aku masih ingat, apa kerjamu sudah ada libur?" tanyaku
"Woo lha edan, gak sekalian mepet hari H kamu baru kasih kabar" ucapku karena kesal diberi kabar dadakan
Akhirnya aku menemukan pilihan yg tepat
Yap aku akan mengajak hendra mendaki lewat jalur Suwanting yg terletak di kabupaten Magelang.
Aku kuliah pagi ini. Dengan setengah semangat aku bersiap dan berangkat ke kampus yg berjarak 15 menit dari rumahku.
"Nanti aku berangkat ba'da isya dari rumah" ucapnya
"Yowes, aku tunggu di kampus nanti baru ke rumah" jawabku
"Mau naik kemana lu?" tanya Ardi nampaknya dia tau kalau aku hendak mendaki besok
"semalem bulan terang banget kayanya besok bakal masih purnama" jawab Ardi
"Gayamu udah seperti peramal aja di" jawabku
"Lewat jalur baru, Suwanting" jawabku ke gejot
"Wih mantep tuh sabananya disana, tapi hati-hati aja kalau sampai di area yg namanya Lembah Manding, angker disana" ucap Gejot lagi
"Belum sih, cuma aku dengar cerita dari kawanku yg belum lama naik kesana. Angker katanya disana ati-ati aja dah pokoknya saranku" ucap gejot
Ya walaupun sebenarnya dalam hati ada deg-deg an nnya setelah mendengar perkataan mereka
Aku kembali menyruput kopi dihadapanku.
Ardi dan gejot nampak asik sebal-sebul dengan rokok Surya-16 nya didekatku
"Ah, bodamat. Aku menikmati hidupku yg seperti ini toh semua orang berhak atas dirinya sendiri" pikirku dalam hati
"mana temenmu cok gak sampai-sampai" tanya gejot sedikit sebal karena sudah malam
"tau nih gak ngerti juga" jawabku
Aku langsung ke depan kampus menghampiri mengajaknya ke sekret kampus dulu
"Lama banget kamu kemana aja ndra" tanyaku
"Ya maaf, tadi macet bentar di jalan" jawab hendra
Aku pun keluar kampus cari angkringan terdekat guna bungkus kopi sama gorengan buat hendra
"Udah sering bang, kebetulan kemarin pas dia ke Merbabu saya gak bisa ikut. Jadi tak suruh ngantar aku kesana sekarang" jawab hendra
"gituan apa jot ? gak jelas lu" jawabku sambil memotong pembicaraan
"Alahhh, gituan itu lah masak gue perjelas" gejot kembali menjawab dengan logat betawinya
Sebenarnya aku tau kalau sebenarnya si hendra peka dengan hal-hal semacam itu. Tapi saat itu hendra lebih memilih menyembunyikannya
Gejot tak lagi mengorek hendra, tapi nampaknya gejot paham jika hendra juga bisa melihat hal-hal seperti itu sama sepertinya
"Besok kita cabs jam 7 ya" seru hendra
"Iya, aku mau tidur. Capek nungguin kamu seharian ndra" jawabku
Sabtu datang bersamaan dgn udara dinginnya.
"Ayo siap-siap, jam 9 kita berangkat" ajak hendra
"Iya-iya" jawabku dgn nyawa yg baru terkumpul setengah
Rasa-rasanya belum lama aku tidur kok sudah pagi aja, pikirku
Jam 10 kami berdua baru berangkat dari Semarang dgn mengendarai motor matic tunggangan hendra. Kali ini hendra yg bawa motor dan aku menikmati perjalanan di bangku belakang
"Gubrakkkkkkkkk" suara keras tiba-tiba datang dari bawah motor
"apaan cok kau nabrak apa?" tanyaku
"nabrak kucing" jawab hendra
"gila kamu, bisa-bisa nya nabrak kucing" jawabku lagi
"Mati ndra" ucapku
"Yowesss pinggirin aja kita berangkat lagi udah agak siang nih" ajak hendra
"Sebenarnya aku tidak begitu percaya dgn mitos itu, tapi buat jaga-jaga karena kami akan bepergian jauh takut ada apa-apa" pikirku dalam hati
Setelah menguburkan kucing tsb, kami berdua melanjutkan perjalanan.
Kami berdua melesat melewati Semarang, Salatiga hingga memasuki kawasan Kopeng di Salatiga
Setelah melewati keramaian kopeng, maps mengarahkan kami kejalan yg tak begitu lebar. Kanan-kiri didominasi dgn pohon-pohon pinus
Ahhhhhh, kenapa jadi halu sihh
Kala itu waktu sudah dzuhur tapi udara disana gak selayaknya dzuhur yg biasa kurasakan jika di Semarang
"Ada apa lagi sih ? Mbok ya hati-hati jalanan naik turun bahaya" ucapku dgn bertanya
"Nganuuu.....nganuuu......" jawab hendra kebingungan
"Nganu apa ?" tanyaku lagi
"Yoweesss ayo jalan lagi udah gak ada apa-apa" aku langsung mengajaknya jalan tanpa menghiraukan ucapannya tadi.
Dingin dan sedikit kabut menemani perjalanan kami.
"Kalau motorku gak kuat kamu turun" ucap hendra
Kami terus berjalan menyusuri jalanan gunung.
Kami berdua istirahat sebentar disana. Saat kami datang basecamp nampak sepi, kulihat ada 2 rombongan pendaki saat kutanya ternyata mereka baru saja turun gunung.
"Kami kemarin sih sepi bang, tadi ketemu 1 rombongan naik pas kami turun" jawabnya
"Wah perjalanan kita bakal menantang nih" ucap hendra saat mendengar percakapanku
Sewaktu mengurus simaksi petugas disana memberi kami pesan.
"Hati-hati jika sampai di lembah manding, jangan ceroboh disana dan jaga ucapannya"
Begitu pesan petugas basecamp kepada kami yg cukup membuat jantung kami berdua berdetak agak kencang.
Tak lama adzan Ashar berkumandang
"Kita sholat ashar dulu baru jalan" ajakku
Setelah sholat kami mulai perjalanan
Dari depan basecamp kami langsung disambut tanjakan jalan desa di desa tsb.
"Gila nih jalan desa, baru juga keluar basecamp udah dihantam tanjakan gini" gerutu hendra
"Hahaha, iya juga. Gapapa lah sekalian pemanasan" jawabku
"monggo pak buk"
"amit nggih pak" dalam bahasa indo artinya permisi
Setelah melewati pemukiman warga kami mulai disambut perkebunan penduduk.
Kami berdua istirahat sebentar disana. Hampir setengah 5 kami jalan lagi.
Darisini kami berdua mulai merasakan dan melihat hal-hal aneh
"Kamu mencium bau aneh gak?" tanya hendra padaku
"Emang kamu mencium bau apa?" tanyaku
"Bau busuk, kayak bau bangkai" jawab hendra
Katanya sih pamali menceritakan hal begituan kalau masih didalam gunung atau hutan
Reflek aku ikut melihat apa yg dimaksud hendra.
Aku dan hendra perhatikan betul-betul, karena letaknya jauh dari kami dan berada tepat di samping pohon pinus yg menjulang tinggi.
Dan......
Anehhh..... Baru kali ini aku melihat semacam itu di keadaan yg masih terang begini.
"Udah jalan aja" suruhku
15 menit perjalanan kami tiba di pos 1 lembah lempong. Tanpa istirahat kami langsung berjalan lagi.
Karena kami tidak ingin lama berjalan malam kali ini
"Monggo pak" sapaku, sewajarnya manusia yg bertutur sapa
Anehnya kakek itu tidak sedikitpun menjawab dan terus berjalan
Saat ku lihat hendra, dia hanya diam memperhatikan kakek itu.
"Kenapa ndra? ada orang tua bukannya disapa" tegurku
"itu apa" jawabku menyela omongan hendra
"itu kakek-kakeh yg ku maksud tadi sewaktu dijalan" ucap hendra
"dijalan yg mana?" tanyaku karena aku belum menyadari
Akhirnya kami sampai di pos 2 Lembah mitoh.
"Allahu Akbar Allahu Akbar" Ku dengar lantunan adzan berkumandang
"Break dulu sambil nunggu adzan" ucapku
"Masih jam segini, masih sore kalau mau ngecamp. Kita lanjut aja" jawab hendra
Tanpa ku sadari hendra mengeluarkan bungkus rokok dan dgn santainya sebat.
"Sejak kapan kamu merokok ndra?" tanyaku yg heran karena terakhir ketemu setauku dia gak merokok
Jam 18.20 kami kembali melanjutkan perjalanan.
Posisi masih sama, hendra depan dan aku belakang.
"Tarik-tarik apaan? wong aku diam aja sejak tadi tanganku dibelakang ini mbopong carier beratku" jawabku
"Aku gak bercanda. Ngapain iseng gelap-gelap begini" jawabku
Kami terus jalan.
Tapi....
Awalnya aku hanya membenarkan posisi carierku karena aku masih berpikir positif mungkin perasaanku aja dan mungkin carierku miring
Dan....
Hingga akhirnya.... Aku terjatuh.
Aku merasa ada yg memegang dan menahan kaki kiriku.
"Aduhhhh, sek ndra tunggu" teriakku
"Astagfirullahhhhhh, bangun lagi wah ayo kita jalan langsung" ajak hendra dgn membantuku bangkit.
Kulihat wajah hendra tegang sekali.
"Wes gakpapa, kita jalan aja agak cepat. Kamu jangan nolah noleh ke belakang" seru hendra
"Wah ada yg gak beres nih" pikirku dalam hati.
Akhirnya hendra berhenti di tanah sedikit lapang. Aku kembali bertanya "Ada apa to ndra ? kamu lihat apa ?"
saat kamu terjatuh aku melihat ada lelaki tua wajahnya pucay dan tangannya memegang kaki kirimu" jawab hendra
"Haaa ??? Serius kamu ndra ? Jangan bercanda gituan di tengah hutan gini" ucapku
Disitu perasaanku campur aduk, bingung, takut, tegang semuanya dahhhh. Karena sejauh ini kami belum ketemu pendaki sama sekali, alias kami berdua saja di jalur ini.
Ya, benar sekali. Malam itu ternyata benar bulan purnama, ternyata ucapan Ardi waktu di kampus benar adanya.
Aku langsung mengambil posisi depan, belum lama jalan dgn headlampku aku melihat papan petunjuk bertuliskan "Lembah Manding"
Jam menunjukkan hampir jam 8 malam
"ndra, iki lembah manding. Kita berdoa dulu disini dan jangan lupa salam" ucapku kepada hendra
Karena menurutnya itu bisa menetralisi keadaan.
Saat ku tanya dapat amalan darimana katanya ia mendapatnya sewaktu mengikuti pengajian di daerahnya.
"Wah ilmu baru" ucapku dalam hati
Kami berdua kembali berjalan diantara lembah manding ditemani terangnya cahaya rembulan purnama malam itu.
Dalam hati aku terus melantunkan doa yg ku bisa.
"Kenapa wah?" tanya hendra
"Kakiku tiba-tiba sakit kayanya akubat jatuh tadi" jawabku
Kami berdua langsung menepi lagi, aku langsung membuka sepatuku. Ternyata pergelangan kaki kiriku memar.
"Kok memar ya ? kan jatuhku sudah tadi dibawah. Kok baru terasa sekarang ?" tanyaku pada hendra
Dibantu hendra, Aku sedikit mengurut pergelangan kakiku dengan balsem.
"Aduhhh..... nyeri sumpah ndra sakit" ucapku dengan agak keras
"Emang gakpapa kencing disini ?" tanyaku
"Gakpapa, kan emang lagi darurat" jawab hendra
"Yaudah sana hati-hati" ucapku
"Gimana kakimu ? udah kuat lanjut ?" tanya hendra
"Aku coba dulu" jawabku
Aku bergegas memakai kembali sepatuku, dan berjalan pelan-pelan.
Apalagi trek di lembah manding benar-benar terjal dan menyiksa kakiku.
Malam itu tak terasa sudah masuk jam 9 malam. Suasana masih berkabut dengan jarak pandang yg tidak begitu jauh
"Lanjut aja pelan-pelan" ucapku.
Aku yg sebenarnya takut jika bermalam di lembah manding ini akhirnya terpaksa mengiyakan ajakan hendra
"Tunggu dulu disini, aku cari tempat dulu" ucap hendra.
Aku istirahat ditepi jalur sementara hendra ke atas mencari tempat camp.
Saat itu aku benar-benar sendiri hanya berteman headlamp di kepala dan kabut yg masih saja setia memelukku.
Malam itu angin bertiup tapi tak kencang
Kemana itu anak.
Lima menit setelah itu aku melihay cahaya senter dari atas. Ternyata hendra datang.
"Ayo wah disana ada lahan lebar sedikit, bisa buat kita mendirikan tenda" seru si hendra
"pelan-pelan aja wah" tambah hendra
Aku perlahan jalan, di keadaan ini aku masih bisa jalan sendiri tapi dengan pelan-pelan.
Singkat cerita kami tiba di area yg hendra maksud.
Kami berdua langsung membangun tenda, hingga tiba-tiba kami mendengar suara pendaki dari arah atas.
"Monggo mas, permisi mas" ucap salah satu dari mereka.
Ku lihat rombongan mereka ada 7 orang. Cukup banyak
Saat sedang asik mendirikan tenda aku mencium bau harum di sekitar tenda kami.
"Wah, wah" hendra memanggilku dengan ekspresi seakan memberi kode. Sepertinya hendra juga merasakan hal yg sama denganku.
samar-samar aku melihat kain putih di salah satu pohon disana. Pikirku hanya kain atau sampah biasa yg nyangkut disana.
Ternyata........
"Kenapa wah?" tanya hendra
"Gakpapa, aku capek pengen lekas tidur" jawabku menutupi
Setelah makan tak lupa aku mengolesi balsem lagi di pergelangan kaki kiriku dengan sedikit mengurutnya berharap esok hari sudah bisa dipakai jalan.
Hampir jam 11 kami berdua bersiap tidur.
Belum juga merem sepenuhnya tiba-tiba hendra bangun dan menepuk bahuku
"Wah denger gak ?" tanya hendra
"Apa ?" jawabku
Awalnya aku tak mendengar, tapi setelah aku perhatikan lagi ternyata benar.
"Apa suara ini berasal dari perkampungan bawah ?" tanyaku
"Mana ada orang hajatan sampai jam segini" jawab hendra
"Wes ayo tidur aja" ajakku
Aku dan hendra berusaha menutup rapat-rapat telinga kami dan menutup muka kami berharap kami berdua cepat tertidur
Tiba-tiba tenda kami seperti ada yg sengaja menggoyang-goyangkan dari luar, dan di salah satu sisi tenda ada suara tepukan seperti tepukan tangan.
Aku terus melantunkan doa yg ku bisa.
Ku lihat mulut hendra juga berkomat-kamit entah doa apa yg dibacanya.
Tak begitu menghiraukan, tak terasa akhirnya kami berdua tidur dengan sendirinya.
Aku dengar ada suara memanggil dari luar tenda, aku bergegas membangunkan hendra.
"Apa wah ? baru juga tidur"
"Mas mas mas" suara itu terdengar lagi
"Tuhh" jawabku singkat kepada hendra
"Mas tolong mas, boleh saya minta airnya" Terdengar seperti suara pemuda seumuran kami.
"Ada pendaki wah" ucap hendra.
Spontan hendra membuka tenda berniat membantu pendaki tsb.
Hendra memberinya air terlebih dahulu sebelum mengajaknya bicara lebih lanjut.
"Aryo mas, saya mau naik , tapi air saya habis" jawabnya
Aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 1.30 dini hari.
ia berjalan menuju tempat yg dimaksud hendra dan bermaksud mendirikan tenda.
"Aku keluar bantu dia dulu wah gak enak kalau gak bantu" ucap hendra
Selesainya hendra kembali masuk tenda dan kami melanjutkan tidur.
Singkat cerita jam 5 subuh aku bangun karena kebelet kencing dan sekalian sholat subuh.
Kakiku sudah enakan, walaupun masih terasa agak sakit, tapi sudah mampu aku pakai berjalan normal
Aku membuka pintu tenda, baru juga keluar tenda aku baru menyadari jika tenda pendaki yg semalam sudah tidak ada. Sontak aku kembali masuk ke dalam tenda lagi
Baru saja membuka mata aku langsung menyambung bicara lagi.
"Tenda pendaki semalam udah gak ada ndra" ucapku
"Haa ? Serius ? jangan mengada-ada kamu wah" ucap hendra dengan langsung bergegas bangun
"Ini jam berapa ?" tanya hendra
"jam 5 subuh" jawabku
"Ah paling dia udah muncak subuh tadi sebelum kamu bangun wah" jawab hendra
Aku berusaha positif thinking
Pagi itu kami lewati dengan normal, cahaya matahari pagi perlahan mengintip di antara belantara Lembah Manding.
Setelah makan kami bersiap. Tenda akan kami tinggal disini, jadi kami ke puncak hanya berbekal 1 carier berisi air dan sedikit makanan sebagai bekal kami.
"Sudah enakan, cuman jalannya jangan cepat-cepat" jawabku
Kami melanjutkan perjalanan tepat jam 7 pagi. Sampai di pos 3 kami menemui beberapa tenda yg sudah tak berpenghuni. Mungkin mereka sudah muncak duluan, pikirku
Disini kami bertemu satu rombongan pendaki, dan kami semua berjalan bersama menuju puncak merbabu.
Sejak di pos 3 hingga puncak aku dan hendra memperhatikan setiap orang yg kami temui, berharap menemukan pendaki semalam yg minta tolong kepada kami. Kami hanya ingin memastikan jika pendaki semalam adalah manusia atau......
Tak begitu memikirkan kami langsung packing semua peralatan dan makan roti untuk mengisi perut kami
"Syukurlah sekarang kami tak lagi sendiri" ucapku dalam hati
Disini lagi-lagi kami mencium bau busuk seperti yg kami cium sewaktu naik.
"ndra, bau itu lagi" ucapku
"ayo agak cepat" jawab hendra
Aku benar-benar tidak bisa membayangkan jika itu semua terjadi
Mungkin karena kami berdua sudah sangat lelah akibat perjalanan.
Samar-samar aku melihat cahaya lampu motor dan suara beberapa orang didepan
Tapi kami menolak dan memilih berjalan kaki menuju basecamp.
Akhirnya kami sampai di basecamp tepat habis isya. Kami langsung bersih-bersih mandi dan makan di warung basecamp.
Saat perjalan pulang kami ditemani kabut malam itu, saat pulang hendra masih di posisi yg sama. Dia yg membawa motornya
Saat sebelum keluar dari wilayah hutan pinus kami dikagetkan dengan adanya wanita berjubah putih terbang tepat dihadapan kami
"Udah ayo jalan terus jangan lupa doa" ucapku
Kami pelan-pelan melanjutkan perjalanan pulang.
Dinginnya malam kala itu benar-benar menusuk-nusuk tubuh kami yg sudah tak berdaya ini karena kelelahan.
Paginya, setelah bangun hendra langsung mandi bersiap akan pulang.
Setelah mandi, hendra bercerita jika semalam saat tidur ia ditemui oleh Aryo, pendaki yg di tolongnya malam itu.
Setelah itu hendra melanjutkan cerita jika sebenarnya saat kami tertidur di tenda malam sebelumnya hendra mendengar suara kidung yg sebelumnya jauh lama-lama makin mendekat ke area tenda.
"Aryo bukan dari sebangsa kita" tambahku
Bisa saja kami gila di atas sana atau bahkan tersesat entah kemana.
Aku kembali kuliah dan hendra kembali bekerja tanpa ada halangan apapun.
-TAMAT-
Salam lestari!
Bisa masuk ke utas ini ya ⬇️