, 152 tweets, 21 min read
My Authors
Read all threads
"LEMBAH MANDING"

Dan segala kehidupan di dalamnya.

(Sebuah cerita petualangan di gunung Merbabu)

- A THREAD.

@ceritaht @bagihorror @bacahorror @IDN_Horor @cerita_setann
#bacahorror #bagihorror #threadhorror
Drop cover thread dulu sambil cek seberapa besar ombak malam ini sebelum mulai cerita hihihi
Cerita mulai jam 9 malam ya. Saya tinggal ngopi dulu ☕️
Bentar lagi mulai ya. Saya cerita pelan-pelan hehe
(2016) Kala itu siang sangat terik bak tangan yg menampar seluruh badan setiap kulit merasakan panasnya cahaya matahari siang itu. Aku yang nongkrong di kantin kampus tiba-tiba mendengar hpku bunyi. Ternyata kawan lamaku Hendra menelfon
"Halo wah, kamu dimana? Masih ingat dgn janjimu yg mau mengantarku ke gunung Merbabu kan?" ucapnya tanpa basa-basi.
"Iya tentu aku masih ingat, apa kerjamu sudah ada libur?" tanyaku
"Sabtu-minggu depan aku cuti, aku ke tempatmu jum'at malam aku nginap ditempatmu, paginya kita berangkat" seru hendra

"Woo lha edan, gak sekalian mepet hari H kamu baru kasih kabar" ucapku karena kesal diberi kabar dadakan
"Yowesss, minggu depan tak tunggu tapi kita berangkat bawa motormu lho ya" jawabku karena aku sudah janji akan menemani hendra ke gunung Merbabu dan kebetulan minggu depan aku lega tak memiliki acara
Aku yg sudah menjajal jalur kopeng dan selo pun kembali memutar otak, karena aku ingin mencari suasana baru walaupun di gunung yg sama. Aku memanfaatkan Androidku untuk mencari informasi semua jalur-jalur yg ada di Merbabu.

Akhirnya aku menemukan pilihan yg tepat
Jalur yg belum lama dibuka setelah belasan tahun ditutup.

Yap aku akan mengajak hendra mendaki lewat jalur Suwanting yg terletak di kabupaten Magelang.
Gunung yg menjulang tinggi diantara kabupaten Magelang dan Boyolali ini sangat tersohor dikalangan pendaki gunung karena banyak menyimpan keindahan dari semua sisinya. Tak heran, jika banyak pendaki yg menjadikan gunung Merbabu sebagai gunung favorit di dalam list nya
Oiya, hendra ini kawan lamaku dari salah satu kota di utara pulau jawa. Aku sempat berjanji tahun lalu akan mengantarkannya ke Merbabu karena dia iri melihatku jalan ke merbabu duluan dan melihat foto-fotoku. Hendra biasa memanggilku dengan "Wah"
Hari yg kami tentukan akhirnya tiba, Jum'at pagi datang dengan matahari yg menyinari bumi dan ditemani suara kicauan burung aku bangun dari tidurku.

Aku kuliah pagi ini. Dengan setengah semangat aku bersiap dan berangkat ke kampus yg berjarak 15 menit dari rumahku.
Siangnya, setelah sholat jum'at hendra menelponku.
"Nanti aku berangkat ba'da isya dari rumah" ucapnya
"Yowes, aku tunggu di kampus nanti baru ke rumah" jawabku
Sorenya aku nongkrong di sekret kampus menunggu kedatangan hendra malam nanti, ditemani secangkir kopi dan 2 kawanku Ardi dan Gejot.
"Mau naik kemana lu?" tanya Ardi nampaknya dia tau kalau aku hendak mendaki besok
"Mau ke merbabu ngantar kawan lamaku" jawabku

"semalem bulan terang banget kayanya besok bakal masih purnama" jawab Ardi

"Gayamu udah seperti peramal aja di" jawabku
"Lewat mana kalian naik?" tanya gejot

"Lewat jalur baru, Suwanting" jawabku ke gejot

"Wih mantep tuh sabananya disana, tapi hati-hati aja kalau sampai di area yg namanya Lembah Manding, angker disana" ucap Gejot lagi
"Emang pernah kesana kamu jot" tanyaku

"Belum sih, cuma aku dengar cerita dari kawanku yg belum lama naik kesana. Angker katanya disana ati-ati aja dah pokoknya saranku" ucap gejot
"Ah gakpapa tenang, pasti gak akan terjadi apa-apa" jawabku dengan yakin karena aku sudah pernah menginjakkan kaki ke Merbabu

Ya walaupun sebenarnya dalam hati ada deg-deg an nnya setelah mendengar perkataan mereka
Tapi Insya Allah atas izin Gusti Allah aku bakal selamet pulang pergi nanti.

Aku kembali menyruput kopi dihadapanku.
Ardi dan gejot nampak asik sebal-sebul dengan rokok Surya-16 nya didekatku
aneh, anak teknik yg kerjaannya naik turun gunung tapi gak doyan rokok.

"Ah, bodamat. Aku menikmati hidupku yg seperti ini toh semua orang berhak atas dirinya sendiri" pikirku dalam hati
Tak terasa jam berlalu sudah menunjukan pukul 22.00, menyisakan aku dgn gejot di sekret kampus.
"mana temenmu cok gak sampai-sampai" tanya gejot sedikit sebal karena sudah malam
"tau nih gak ngerti juga" jawabku
Selang 15 menit hendra telfon, katanya dia sudah didepan kampus.
Aku langsung ke depan kampus menghampiri mengajaknya ke sekret kampus dulu
"Lama banget kamu kemana aja ndra" tanyaku
"Ya maaf, tadi macet bentar di jalan" jawab hendra
"Yowess, tunggu sini dulu sama kawanku ini namanya ardi dan gejot. Aku kedepan dulu cari kopi"
Aku pun keluar kampus cari angkringan terdekat guna bungkus kopi sama gorengan buat hendra
"Bang, udah sering naik sama wahyu?" gejot menanyai hendra
"Udah sering bang, kebetulan kemarin pas dia ke Merbabu saya gak bisa ikut. Jadi tak suruh ngantar aku kesana sekarang" jawab hendra
"kamu bisa lihat gitu-gituan ngga bang?" gejot kembali memberi pertanyaan kepada hendra yg cukup membuatku memperhatikan.

"gituan apa jot ? gak jelas lu" jawabku sambil memotong pembicaraan
"Alahhh, gituan itu lah masak gue perjelas" gejot kembali menjawab dengan logat betawinya
"Ngga bisa saya bang" jawab hendra dgn senyum-senyum

Sebenarnya aku tau kalau sebenarnya si hendra peka dengan hal-hal semacam itu. Tapi saat itu hendra lebih memilih menyembunyikannya
"Yaudah bang, hati-hati pesan saya mah. Apalagi kalian berdua kan lewat jalur yg belum lama dibuka" ucap gejot

Gejot tak lagi mengorek hendra, tapi nampaknya gejot paham jika hendra juga bisa melihat hal-hal seperti itu sama sepertinya
Hampir jam 12 malam, kami semua pulang. Aku mengajak hendra tidur dirumahku sebelum pagi nanti melesat ke Magelang.

"Besok kita cabs jam 7 ya" seru hendra

"Iya, aku mau tidur. Capek nungguin kamu seharian ndra" jawabku
Tapi, lagi-lagi rencana hanya sebatas rencana. Manusia bebas berencana, tapi hanya waktu yg membuktikan apakah rencana manusia berhasil atau tidak.

Sabtu datang bersamaan dgn udara dinginnya.
"Bangun woy, bangun jam berapa ini udah jam 8.00" Hendra membangunkanku dgn paksa karena kita berdua kesiangan

"Ayo siap-siap, jam 9 kita berangkat" ajak hendra
"Iya-iya" jawabku dgn nyawa yg baru terkumpul setengah

Rasa-rasanya belum lama aku tidur kok sudah pagi aja, pikirku
Namanya jam Indonesia, gak mantap jika gak molor.
Jam 10 kami berdua baru berangkat dari Semarang dgn mengendarai motor matic tunggangan hendra. Kali ini hendra yg bawa motor dan aku menikmati perjalanan di bangku belakang
Baru 15 menit jalan.
"Gubrakkkkkkkkk" suara keras tiba-tiba datang dari bawah motor

"apaan cok kau nabrak apa?" tanyaku
"nabrak kucing" jawab hendra
"gila kamu, bisa-bisa nya nabrak kucing" jawabku lagi
Aku bergegas turun dan melihat kucing yg baru saja kami tabrak
"Mati ndra" ucapku
"Yowesss pinggirin aja kita berangkat lagi udah agak siang nih" ajak hendra
"Matamu, apa kamu gak pernah denger cerita-cerita buruk kalau ada orang nabrak kucing sampai mati ? Kita kubur dulu. Kamu cari tanah yg bisa buat kubur ini kucing" ucapku dengan kesal
Ada mitos yg banyak dipercaya masyarakat, jika ada orang yg menabrak kucing akan mendapatkan kesialan bertubi-tubi.

"Sebenarnya aku tidak begitu percaya dgn mitos itu, tapi buat jaga-jaga karena kami akan bepergian jauh takut ada apa-apa" pikirku dalam hati
"Baru berangkat kok sudah ada kejadian aneh ya ? apa ini pertanda ?" ah aku benci dgn pemikiranku sendiri
Setelah menguburkan kucing tsb, kami berdua melanjutkan perjalanan.
Kami berdua melesat melewati Semarang, Salatiga hingga memasuki kawasan Kopeng di Salatiga
Darisana aku mulai mengandalkan google maps, karena aku yg baru pertama kali ke Suwanting.
Setelah melewati keramaian kopeng, maps mengarahkan kami kejalan yg tak begitu lebar. Kanan-kiri didominasi dgn pohon-pohon pinus
Jalan naik turun berkelak-kelok bak jalan menuju hatimu yg sangat sulit ku tempuh.
Ahhhhhh, kenapa jadi halu sihh
Kala itu waktu sudah dzuhur tapi udara disana gak selayaknya dzuhur yg biasa kurasakan jika di Semarang
Saat melewati hutan pinus aku kaget, tiba-tiba hendra rem mendadak sangat cepat.
"Ada apa lagi sih ? Mbok ya hati-hati jalanan naik turun bahaya" ucapku dgn bertanya
"Nganuuu.....nganuuu......" jawab hendra kebingungan
"Nganu apa ?" tanyaku lagi
"Nganuu, aku tadi lihat ada kakek-kakek tiba-tiba melintas didepanku. Aku sontak kaget dan langsung ngerem motorku" pungkas si hendra

"Yoweesss ayo jalan lagi udah gak ada apa-apa" aku langsung mengajaknya jalan tanpa menghiraukan ucapannya tadi.
Karena memang saat itu jalan benar-benar sepi gak ada siapa-siapa. Mana ada orang jalan di tengah hutan gini

Dingin dan sedikit kabut menemani perjalanan kami.
"Kalau motorku gak kuat kamu turun" ucap hendra
Kami terus berjalan menyusuri jalanan gunung.
Hingga akhirnya kami tiba di basecamp tepat jam 1 siang

Kami berdua istirahat sebentar disana. Saat kami datang basecamp nampak sepi, kulihat ada 2 rombongan pendaki saat kutanya ternyata mereka baru saja turun gunung.
"Di atas ramai gak bang ?" tanyaku ke salah satu dari mereka
"Kami kemarin sih sepi bang, tadi ketemu 1 rombongan naik pas kami turun" jawabnya
"Wah perjalanan kita bakal menantang nih" ucap hendra saat mendengar percakapanku
Kami packing ulang bawaan kami berdua dan mengurus simaksi.
Sewaktu mengurus simaksi petugas disana memberi kami pesan.
"Hati-hati jika sampai di lembah manding, jangan ceroboh disana dan jaga ucapannya"
"Jangan ada yg bawa klintingan kalau disana. Jangan lupa ucap salam dan berdoa dulu sebelum masuk kawasan lembah manding"
Begitu pesan petugas basecamp kepada kami yg cukup membuat jantung kami berdua berdetak agak kencang.
"Wess ayo kita siap-siap jalan" ucap hendra
Tak lama adzan Ashar berkumandang
"Kita sholat ashar dulu baru jalan" ajakku
Setelah sholat kami mulai perjalanan
Dari depan basecamp kami langsung disambut tanjakan jalan desa di desa tsb.
Tanjakan yg lumayan miring beralaskan beton dan cukup membuat kami berdua ngos-ngosan.
"Gila nih jalan desa, baru juga keluar basecamp udah dihantam tanjakan gini" gerutu hendra
"Hahaha, iya juga. Gapapa lah sekalian pemanasan" jawabku
Sesekali kami menyapa penduduk yg berpapasan dgn kami
"monggo pak buk"
"amit nggih pak" dalam bahasa indo artinya permisi
Setelah melewati pemukiman warga kami mulai disambut perkebunan penduduk.
Tak lama kami mulai masuk ke pintu rimba ditandai dgn jalur yg didominasi dgn pohon pinus di kiri-kanan.
Kami berdua istirahat sebentar disana. Hampir setengah 5 kami jalan lagi.
Darisini kami berdua mulai merasakan dan melihat hal-hal aneh
Aku mencium bau yg sangat busuk masuk kedalam lubang hidungku.
"Kamu mencium bau aneh gak?" tanya hendra padaku
"Emang kamu mencium bau apa?" tanyaku
"Bau busuk, kayak bau bangkai" jawab hendra
"Nggak, aku gak merasa ada bau apa-apa" jawabku yg pura-pura tak mengetahui apa-apa. Padahal sebenarnya aku juga mencium bau itu
Katanya sih pamali menceritakan hal begituan kalau masih didalam gunung atau hutan
"Woy apaan itu putih-putih? orang atau apa?" tanya hendra
Reflek aku ikut melihat apa yg dimaksud hendra.
Aku dan hendra perhatikan betul-betul, karena letaknya jauh dari kami dan berada tepat di samping pohon pinus yg menjulang tinggi.
Dan......
Dan..... Astagfrullahaladzim....
Sontak kami berdua langsung berjalan lagi dengan cepat agar lekas jauh darisana.
Anehhh..... Baru kali ini aku melihat semacam itu di keadaan yg masih terang begini.
"Kita disambut apa gimana ya wah" tanya hendra
"Udah jalan aja" suruhku
15 menit perjalanan kami tiba di pos 1 lembah lempong. Tanpa istirahat kami langsung berjalan lagi.
Karena kami tidak ingin lama berjalan malam kali ini
Saat kami berjalan diantara pos 1 menuju pos 2 kami kepapasan kepapasan dgn kakek-kakeh yg memanggul kayu bakar.
"Monggo pak" sapaku, sewajarnya manusia yg bertutur sapa
Anehnya kakek itu tidak sedikitpun menjawab dan terus berjalan
Jika dideskripsikan kakek tsb mengenakan pakaian khas warga desa, baju lurik celana hitam dan belutan kain batik di kepalanya.
Saat ku lihat hendra, dia hanya diam memperhatikan kakek itu.
"Kenapa ndra? ada orang tua bukannya disapa" tegurku
"Kamu tau nggak, itu" jawab hendra
"itu apa" jawabku menyela omongan hendra
"itu kakek-kakeh yg ku maksud tadi sewaktu dijalan" ucap hendra
"dijalan yg mana?" tanyaku karena aku belum menyadari
"Halah yg tadi dijalan sebelum sampai di basecamp, pas aku tiba-tiba rem mendadak. Aku lihat kakek itu yg menyebrang dan masuk ke dalam hutan" jawab hendra dgn nada sedikit ketakutan
"Yaudah ayok jalan lagi , bentar lagi maghrib kita break lagi" ajakku
Akhirnya kami sampai di pos 2 Lembah mitoh.
"Allahu Akbar Allahu Akbar" Ku dengar lantunan adzan berkumandang
"Break dulu sambil nunggu adzan" ucapku
"Sudah gelap, setelah ini kita akan lewati lembah manding yg terkenal angker di jalur ini. Mau camp disebelumnya atau langsung di pos 3 ndra?" tanyaku
"Masih jam segini, masih sore kalau mau ngecamp. Kita lanjut aja" jawab hendra
Ah sudahlahhh, semoga aja tidak terjadi apa-apa. Yg penting kami sopan dan gak aneh-aneh disini
Tanpa ku sadari hendra mengeluarkan bungkus rokok dan dgn santainya sebat.

"Sejak kapan kamu merokok ndra?" tanyaku yg heran karena terakhir ketemu setauku dia gak merokok
"Belum lama ini, habisnya ditempat kerja aku disodorin rokok terus eh jadi keterusan sampai sekarang" jawab hendra
Jam 18.20 kami kembali melanjutkan perjalanan.
Posisi masih sama, hendra depan dan aku belakang.
"Ada apa wah? gak usah narik-narik. Jalannya susah ini" ucap hendra yg merasa carier nya ditarik-tarik olehku

"Tarik-tarik apaan? wong aku diam aja sejak tadi tanganku dibelakang ini mbopong carier beratku" jawabku
"Gak usah bercanda wah" tanya hendra lagi
"Aku gak bercanda. Ngapain iseng gelap-gelap begini" jawabku

Kami terus jalan.
Tapi....
Aku merasakan hal yg sama yg ditanya hendra, aku merasa carierku seperti ada yg menarik.

Awalnya aku hanya membenarkan posisi carierku karena aku masih berpikir positif mungkin perasaanku aja dan mungkin carierku miring
5 menit setelahnya, aku merasakan tarikan lagi.

Dan....

Hingga akhirnya.... Aku terjatuh.
Aku merasa ada yg memegang dan menahan kaki kiriku.
"Aduhhhh, sek ndra tunggu" teriakku
Hendra yg mendengar pun menoleh ke arahku.
"Astagfirullahhhhhh, bangun lagi wah ayo kita jalan langsung" ajak hendra dgn membantuku bangkit.
Kulihat wajah hendra tegang sekali.
"Ada apa toh ndra ?" tanyaku
"Wes gakpapa, kita jalan aja agak cepat. Kamu jangan nolah noleh ke belakang" seru hendra

"Wah ada yg gak beres nih" pikirku dalam hati.
Aku terus berjalan mengikuti ritme langkah hendra yg agak cepat dari sebelumnya.

Akhirnya hendra berhenti di tanah sedikit lapang. Aku kembali bertanya "Ada apa to ndra ? kamu lihat apa ?"
"Tadi.....
saat kamu terjatuh aku melihat ada lelaki tua wajahnya pucay dan tangannya memegang kaki kirimu" jawab hendra

"Haaa ??? Serius kamu ndra ? Jangan bercanda gituan di tengah hutan gini" ucapku
"Serius wah, aku gak bohong. Setelah ini kamu gantian didepan ya" jawab hendra

Disitu perasaanku campur aduk, bingung, takut, tegang semuanya dahhhh. Karena sejauh ini kami belum ketemu pendaki sama sekali, alias kami berdua saja di jalur ini.
Sejak disini kami baru menyadari jika bulan mengeluarkan cahayanya yg sangat terang.
Ya, benar sekali. Malam itu ternyata benar bulan purnama, ternyata ucapan Ardi waktu di kampus benar adanya.
"Yok jalan" ajak hendra
Aku langsung mengambil posisi depan, belum lama jalan dgn headlampku aku melihat papan petunjuk bertuliskan "Lembah Manding"

Jam menunjukkan hampir jam 8 malam
"ndra, iki lembah manding. Kita berdoa dulu disini dan jangan lupa salam" ucapku kepada hendra
Hendra melantunkan adzan sebelum kami melanjutkan jalan.
Karena menurutnya itu bisa menetralisi keadaan.

Saat ku tanya dapat amalan darimana katanya ia mendapatnya sewaktu mengikuti pengajian di daerahnya.

"Wah ilmu baru" ucapku dalam hati
"Bimillahirrohmanirrohim"

Kami berdua kembali berjalan diantara lembah manding ditemani terangnya cahaya rembulan purnama malam itu.
Dalam hati aku terus melantunkan doa yg ku bisa.
Belum lama jalan aku merasakan sakit di kaki kiriku, mungkin akibat terjatuh tadi. Aku berhenti mencoba meredakan sakit di kaki.

"Kenapa wah?" tanya hendra

"Kakiku tiba-tiba sakit kayanya akubat jatuh tadi" jawabku
"waduh, coba buka di olesi balsem dulu siapa tau enakan" suruh hendra

Kami berdua langsung menepi lagi, aku langsung membuka sepatuku. Ternyata pergelangan kaki kiriku memar.

"Kok memar ya ? kan jatuhku sudah tadi dibawah. Kok baru terasa sekarang ?" tanyaku pada hendra
"Udah, buruan diolesi balsem dulu" suruh hendra

Dibantu hendra, Aku sedikit mengurut pergelangan kakiku dengan balsem.

"Aduhhh..... nyeri sumpah ndra sakit" ucapku dengan agak keras
Selesai mengurut ku biarkan kakiku agar panas balsem menyerap ke dalam rasa sakit kakiku. Aku lihat hendra kembali mengeluarkan rokoknya dan menikmati tiupan-tiupan dari ujung rokoknya.
"Wah, aku kencing dulu bentar" ucap hendra

"Emang gakpapa kencing disini ?" tanyaku

"Gakpapa, kan emang lagi darurat" jawab hendra

"Yaudah sana hati-hati" ucapku
Tidak lama hendra kembali.
"Gimana kakimu ? udah kuat lanjut ?" tanya hendra

"Aku coba dulu" jawabku

Aku bergegas memakai kembali sepatuku, dan berjalan pelan-pelan.
Nyerii...... sakitt....... setiap aku melangkahkan kaki dengan kaki kiriku
Apalagi trek di lembah manding benar-benar terjal dan menyiksa kakiku.

Malam itu tak terasa sudah masuk jam 9 malam. Suasana masih berkabut dengan jarak pandang yg tidak begitu jauh
"Wah, kita bangun tenda aja disini. Sepertinya kamu kesusahan dgn keadaan kakimu itu" ucap hendra yg sepertinya sejak tadi memperhatikanku

"Lanjut aja pelan-pelan" ucapku.
"Lanjut gimana ? jalanmu aja udah sempoyongan seperti itu. Mau kamu paksa sampai patah kakimu ?" ucap hendra dengan nada tinggi

Aku yg sebenarnya takut jika bermalam di lembah manding ini akhirnya terpaksa mengiyakan ajakan hendra
Selain karena kakiku yg teramat sakit, jam juga sudah malam dan kabut masih terus membersamai perjalanan kami.

"Tunggu dulu disini, aku cari tempat dulu" ucap hendra.
Karena di lembah manding ini treknya sangat terjal, sehingga sangat minim adanya tanah lapang yg bisa digunakan mendirikan tenda. Jika ada, biasanya hanya cukup untuk 1 atau 2 tenda

Aku istirahat ditepi jalur sementara hendra ke atas mencari tempat camp.
Aku istirahat ditepi jalur sementara hendra ke atas mencari tempat camp.

Saat itu aku benar-benar sendiri hanya berteman headlamp di kepala dan kabut yg masih saja setia memelukku.

Malam itu angin bertiup tapi tak kencang
Kriyekkkkk...kreekkkkk...ngikkkkkkk...

Suara-suara pohon yg tertiup angin malam itu memang benar-benar membuat bulu kuduku berdiri. Apalagi aku tidak bisa melihat dengan jelas keadaan di sekitarku karena terhalang kabut. Kalau tiba-tiba ada yg muncul kan aku tak tau

ilustrasi.
"Lama bener hendra" tanyaku dalam hati
Kemana itu anak.
Lima menit setelah itu aku melihay cahaya senter dari atas. Ternyata hendra datang.
"Ayo wah disana ada lahan lebar sedikit, bisa buat kita mendirikan tenda" seru si hendra
Aku perlahan bangkit dari duduku.
"pelan-pelan aja wah" tambah hendra
Aku perlahan jalan, di keadaan ini aku masih bisa jalan sendiri tapi dengan pelan-pelan.

Singkat cerita kami tiba di area yg hendra maksud.
Kami langsung membongkar peralatan di carier kami masing-masing termasuk tenda yg dibawa hendra.

Kami berdua langsung membangun tenda, hingga tiba-tiba kami mendengar suara pendaki dari arah atas.
Benar saja, ada pendaki turun melewati kami berdua.
"Monggo mas, permisi mas" ucap salah satu dari mereka.
Ku lihat rombongan mereka ada 7 orang. Cukup banyak
Lagi, lagi dan lagi...
Saat sedang asik mendirikan tenda aku mencium bau harum di sekitar tenda kami.

"Wah, wah" hendra memanggilku dengan ekspresi seakan memberi kode. Sepertinya hendra juga merasakan hal yg sama denganku.
Saat aku memasang pasak tenda, dari arah kejauhan dengan terhalang kabut, penglihatanku teralihkan dengan sesuatu yg ku lihat dari kejauhan.
samar-samar aku melihat kain putih di salah satu pohon disana. Pikirku hanya kain atau sampah biasa yg nyangkut disana.
Tapi setelah ku perhatikan agak lama ternyata bukan, kain itu sangat panjang. Penglihatanku mengikuti dimana ujung kain tsb.

Ternyata........
Itu adalah sosok perempuan yg duduk diantara pohon disana, wajahnya tak terlihat. Yg ku lihat hanyalah rambut panjang yg terurai dengan samar-samar karena sedikit terhalang kabut.
"Ayo cepet ndra, buruan masuk tenda" ucapku
"Kenapa wah?" tanya hendra
"Gakpapa, aku capek pengen lekas tidur" jawabku menutupi
Di dalam tenda kami berdua masak makanan terlebih dulu, karena kami berdua sudah lapar sekali.
Setelah makan tak lupa aku mengolesi balsem lagi di pergelangan kaki kiriku dengan sedikit mengurutnya berharap esok hari sudah bisa dipakai jalan.
Hendra kulihat sibuk merapikan dalam tenda agar tidur kami berdua nyaman.
Hampir jam 11 kami berdua bersiap tidur.
Belum juga merem sepenuhnya tiba-tiba hendra bangun dan menepuk bahuku
"Wah denger gak ?" tanya hendra
"Apa ?" jawabku
"Itu, ada suara kidung seperti ada orang hajatan" jawab hendra

Awalnya aku tak mendengar, tapi setelah aku perhatikan lagi ternyata benar.
"Apa suara ini berasal dari perkampungan bawah ?" tanyaku

"Mana ada orang hajatan sampai jam segini" jawab hendra
Iya juga ya, pikirku dalam hati

"Wes ayo tidur aja" ajakku
Aku dan hendra berusaha menutup rapat-rapat telinga kami dan menutup muka kami berharap kami berdua cepat tertidur
Alih-alih tertidur, malah kami berdua kembali mendapatkan gangguan lagi.

Tiba-tiba tenda kami seperti ada yg sengaja menggoyang-goyangkan dari luar, dan di salah satu sisi tenda ada suara tepukan seperti tepukan tangan.
Aku dan hendra saling tatap berhadapan di posisi tidur kami. Tak sekecap pun kami mengeluarkan suara, karena kami tau pasti ini bukan ulah pendaki. Mana mungkin pendaki usil macam begini.
Kejadian ini berlangsung hingga kurang lebih 5 menit. Kami juga tak mendengar ada suara manusia, itu semakin menguatkan perkiraan kami berdua jika ini adalah ulah dari penghuni Lembah Manding sini.
Suara kidung, gangguan di tenda kami rasakan bebarengan. Benar-benar malam itu berubah menjadi malam yg sangat mencekam bagi kami berdua.
Aku terus melantunkan doa yg ku bisa.

Ku lihat mulut hendra juga berkomat-kamit entah doa apa yg dibacanya.
Saat kami berusaha memejamkan mata, akhirnya tenda kami kembali tenang, tapi suara kidung tadi masih terdengar membersamai malam kami.
Tak begitu menghiraukan, tak terasa akhirnya kami berdua tidur dengan sendirinya.
"Mas, mas"
Aku dengar ada suara memanggil dari luar tenda, aku bergegas membangunkan hendra.

"Apa wah ? baru juga tidur"

"Mas mas mas" suara itu terdengar lagi

"Tuhh" jawabku singkat kepada hendra
"Siapa ?" celetuh hendra

"Mas tolong mas, boleh saya minta airnya" Terdengar seperti suara pemuda seumuran kami.

"Ada pendaki wah" ucap hendra.
Spontan hendra membuka tenda berniat membantu pendaki tsb.
Ternyata benar, kami lihat pendaki laki-laki seorang diri. ia terlihat kesusahan karena persediaan air nya habis

Hendra memberinya air terlebih dahulu sebelum mengajaknya bicara lebih lanjut.
"Namanya siapa mas ? Mau naik apa turun ?" tanya hendra

"Aryo mas, saya mau naik , tapi air saya habis" jawabnya

Aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 1.30 dini hari.
"Mas mending camp aja disini mas udah jam segini, mas nya juga kelelahan. Itu disitu ada lahan sedikit cukup kalau buat bangun satu tenda nanti pagi kita naik bareng" ucap hendra sambil menunjuk tempat yg ia maksud
"Iya mas, terima kasih" jawab pendaki tsb dengan singkat.

ia berjalan menuju tempat yg dimaksud hendra dan bermaksud mendirikan tenda.

"Aku keluar bantu dia dulu wah gak enak kalau gak bantu" ucap hendra
Hendra keluar tenda membantu pendaki yg bernama aryo tsb.
Selesainya hendra kembali masuk tenda dan kami melanjutkan tidur.

Singkat cerita jam 5 subuh aku bangun karena kebelet kencing dan sekalian sholat subuh.
Aku coba gerak-gerakan kakiku terlebih dulu.
Kakiku sudah enakan, walaupun masih terasa agak sakit, tapi sudah mampu aku pakai berjalan normal
Kreeeeeekkkk......
Aku membuka pintu tenda, baru juga keluar tenda aku baru menyadari jika tenda pendaki yg semalam sudah tidak ada. Sontak aku kembali masuk ke dalam tenda lagi
"ndra, ndra" aku membangunkan hendra dengan paksa
Baru saja membuka mata aku langsung menyambung bicara lagi.

"Tenda pendaki semalam udah gak ada ndra" ucapku

"Haa ? Serius ? jangan mengada-ada kamu wah" ucap hendra dengan langsung bergegas bangun
"Iya serius ndra. Barusan aku keluar mau kencing ku lihat tendanya gak ada" jawabku

"Ini jam berapa ?" tanya hendra
"jam 5 subuh" jawabku

"Ah paling dia udah muncak subuh tadi sebelum kamu bangun wah" jawab hendra
Aku diam berpikir, aku merasa cukup logis juga penjelasan hendra. Walaupun menurutku ada kejanggalan. Bagaimana tidak ? ia baru sampai hampir jam 2 dgn kelelahan dan saat aku bangun jam 5 dia sudah tidak ada entah kemana.
Aku berusaha positif thinking
Aku kembali keluar tenda buang air kecil dan wudhu dgn sedikit air lalu sholat subuh bergantian dengan hendra.
Setelah subuh kami berdua tidak tidur lagi, kami lanjut memasak sarapan untuk mengisi perut kami sebelum melanjutkan perjalanan pagi ini.

Pagi itu kami lewati dengan normal, cahaya matahari pagi perlahan mengintip di antara belantara Lembah Manding.
Kicauan burung juga ku dengar menemani pagi kami berdua

Setelah makan kami bersiap. Tenda akan kami tinggal disini, jadi kami ke puncak hanya berbekal 1 carier berisi air dan sedikit makanan sebagai bekal kami.
"Kakimu gimana ?" tanya hendra

"Sudah enakan, cuman jalannya jangan cepat-cepat" jawabku

Kami melanjutkan perjalanan tepat jam 7 pagi. Sampai di pos 3 kami menemui beberapa tenda yg sudah tak berpenghuni. Mungkin mereka sudah muncak duluan, pikirku
Kami terus jalan melintasi sabana yg sangat luas dan hijau, hingga akhirnya tiba di puncak suwanting. Dari sini jalanan menuju puncak terlihat menjulang tinggi.

Disini kami bertemu satu rombongan pendaki, dan kami semua berjalan bersama menuju puncak merbabu.
Jam 10.30 kami tiba di puncak kenteng songo. Tapi sayang gagahnya merapi terhalang kabut, tapi di sisi merbabu yg lain masih terbuka jelas lautan awannya
Foto kami berdua dengan rombongan pendaki yg jalan bersama kami
Tak berlama-lama di puncak kami bergegas turun. Saat turun, kami tidak lagi bersama dengan rombongan pendaki yg barusan naik bersama kami karena mereka masih menghabiskan waktu agak lama di puncak
Kami bergegas turun karena kami tak mau bertemu malam lagi di jalur pendakian setelah banyak kejadian yg menimpa kami semalaman.
Oiya, ada yg lupa aku jelaskan.
Sejak di pos 3 hingga puncak aku dan hendra memperhatikan setiap orang yg kami temui, berharap menemukan pendaki semalam yg minta tolong kepada kami. Kami hanya ingin memastikan jika pendaki semalam adalah manusia atau......
atauuuu.... bukan....
Kami tiba di tenda jam 2 siang. Anehnya tenda kami tidak lagi berdiri, seperti ada yg sengaja melepas frame tenda kami

Tak begitu memikirkan kami langsung packing semua peralatan dan makan roti untuk mengisi perut kami
Kami jam 3 mulai melakukan perjalanan turun. Saat turun sesekali kami menyapa pendaki yg akan naik.
"Syukurlah sekarang kami tak lagi sendiri" ucapku dalam hati
Sial sekali, gelap datang saat kami tiba di hutan pinus dekat pos satu tepat sebelum adzan maghrib dan kabut sangat-sangat tebal menyelimuti. Sampai-sampai aku yg berjalan di belakang hendra tidak bisa melihat hendra karena saking tebalnya kabut.
Aku hanya bisa melihat cahaya headlampnya karena headlamp yg dibawa hendra lampunya berwarna kuning.
Disini lagi-lagi kami mencium bau busuk seperti yg kami cium sewaktu naik.
"ndra, bau itu lagi" ucapku
"ayo agak cepat" jawab hendra
Yg aku takutkan saat disini adalah karena jarak pandang kami yg minim karena kabut sangat tebal dan jika tiba-tiba pocong kemarin atau ada sosok yg tiba-tiba muncul di hadapan kami.
Aku benar-benar tidak bisa membayangkan jika itu semua terjadi
Malam itu kami lewati sangat sunyi, kami berdua diam tak saling bicara.
Mungkin karena kami berdua sudah sangat lelah akibat perjalanan.
Samar-samar aku melihat cahaya lampu motor dan suara beberapa orang didepan
Benar saja, tak lama kami bertemu dengan bapak-bapak warga lokal yg ternyata menawarkan jasa ojek disana. Aku baru tau jika ternyata ada jasa ojek disini.
Tapi kami menolak dan memilih berjalan kaki menuju basecamp.
Kami berjalan perlahan, hendra yg ku lihat sudah tampak payah dan kelelahan. Dan aku yg berjalan menahan sedikit sakit di pergelangan kaki kiriku

Akhirnya kami sampai di basecamp tepat habis isya. Kami langsung bersih-bersih mandi dan makan di warung basecamp.
Kami memutuskan langsung pulang saat itu juga menuju Semarang dan hendra akan menginap lagi di rumahku

Saat perjalan pulang kami ditemani kabut malam itu, saat pulang hendra masih di posisi yg sama. Dia yg membawa motornya
Seringkali hendra menyalakan klakson saat di tikungan atau di tengah hutan pinus karena jalan yg tertutup kabut.
Saat sebelum keluar dari wilayah hutan pinus kami dikagetkan dengan adanya wanita berjubah putih terbang tepat dihadapan kami
"Astagriullah" teriak hendra karena terkejut.
"Udah ayo jalan terus jangan lupa doa" ucapku
Kami pelan-pelan melanjutkan perjalanan pulang.

Dinginnya malam kala itu benar-benar menusuk-nusuk tubuh kami yg sudah tak berdaya ini karena kelelahan.
Singkat cerita pukul 11 malam kami sampai dirumahku , kami langsung tidur di depan TV yg sebelumnya sudah ku gelari kasur.
Akhirnya Kami hanyut dalam tidur kami masing-masing.

Paginya, setelah bangun hendra langsung mandi bersiap akan pulang.
Setelah mandi, hendra bercerita jika semalam saat tidur ia ditemui oleh Aryo, pendaki yg di tolongnya malam itu.
Aryo mengucapkan terima kasih karena sudah membantunya dan Aryo pamit pergi entah kemana.

Setelah itu hendra melanjutkan cerita jika sebenarnya saat kami tertidur di tenda malam sebelumnya hendra mendengar suara kidung yg sebelumnya jauh lama-lama makin mendekat ke area tenda.
Lalu ia mendengar sayup-sayup suara orang berlarian diluar tenda, dan ada yg mengelilingi tenda kami. Tapi ia pura-pura tidak tau dan terus berusaha memejamkan mata.
Dan lagi, saat turun dan bertemu gelap di dekat pos 1, hendra melihat ada sosok hitam berbulu yg sangat besar dan tinggi mungkin setinggi pohon pinus disana. Benar-benar sangat besar hingga ia tak sampai saat akan melihat ke arah kepalanya.
"Brarti benar dugaanku saat menyadari jika tenda aryo sudah tidak ada" ucapku
"Aryo bukan dari sebangsa kita" tambahku
Pendakian kali ini benar-benar menguji fisik dan mental kami berdua. Kejadian-demi kejadian benar-benar menguji mental kami berdua. Entah apa jadinya kalau mental kami tak kuat.
Bisa saja kami gila di atas sana atau bahkan tersesat entah kemana.
Tapi beruntung, kami berdua masih diberi keselamatan hingga sekarang sampai di rumah kami masing-masing.
Aku kembali kuliah dan hendra kembali bekerja tanpa ada halangan apapun.

-TAMAT-
Terima kasih kepada semua kawan-kawan yg membaca kisahku hingga akhir.

Salam lestari!
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Wah.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!