, 92 tweets, 13 min read
My Authors
Read all threads
Urban Legend

"ALAS ROBAN"

Dan cerita misteri di dalamnya

- A THREAD

@ceritaht @bagihorror @bacahorror @IDN_Horor @cerita_setann
#bacahorror #bagihorror #threadhorror #malamjumat
drop cover cerita dulu, silahkan rt, like atau komen sepuasnya. Saya akan mulai cerita nanti malam agar feel malam jum'at nya terasa hehe....

Monggo kopi dan gorengannya dulu..
Sebentar lagi cerita saya mulai pelan-pelan ya....
aku akan menceritakan kisah dari pamanku dulu sewaktu masih bekerja di daerah Jawa Barat dan sering bolak-balik ke rumahnya yg ada di kota Semarang.
Sebelum masuk ke cerita saya akan mengulas sedikit tentang Alas Roban dari beberapa sumber.
Alas Roban mungkin terdengar seperti tempat biasa bagi kebanyakan orang. Tapi, bagi masyarakat Jawa Tengah, daerah ini punya kesan tersendiri.

Ya, Alas Roban bisa dikatakan sebagai salah satu tempat paling angker di pulau jawa
Alas Roban sendiri adalah nama dari sebuah hutan yang di dalamnya dibuat semacam jalan untuk menghubungkan kota-kota di Jawa Tengah dan provinsi. Jalanan itu sendiri sudah dibuat lama sekali kurang lebih ketika Belanda belum lama menjajah Jawa.
Nah, tak hanya cerita mistis di hutan Alas Roban, jalanan yg membentang di antara hutan Alas Roban ini pun juga kental dengan cerita-cerita mengerikan yang mungkin bisa membuat seseorang trauma untuk melewatinya.
Dulunya, Jalan Alas Roban ini dibangun sejak abad ke 18 oleh para pribumi. Untuk membangun jalan ini memang usahanya luar biasa karena harus membelah gunung, membabati sebagian hutan dan membikin jalannya.
Nah, yang lebih mengerikan lagi jalan ini dibangun oleh para pelaku kerja paksa.

Ya, orang-orang pribumi dengan jumlah ribuan dipaksa untuk membuat jalan sepanjang itu.
Alhasil, banyak mereka yang mati karena terlalu lelah atau perilaku buruk Belanda. Mayat-mayat para pekerja biasanya dibuang begitu saja di tepi-tepi jalan.

Makanya, kemudian di tempat ini sering muncul suara-suara atau mungkin penampakan ngeri mereka.
Melewati Jalan Alas Roban tak hanya harus dengan kendaraan yang oke tapi juga mental kuat. Soal kendaraan yang harus sangat laik jalan, hal itu memang dibutuhkan karena jalanan di sini cukup ngeri. Jalannya berkelok-kelok dan di beberapa titik cukup curam naik dan turunnya.
Soal mental, jelas hal ini dibutuhkan karena apa yang terjadi di perjalanan nanti kita takkan pernah tahu.

Sudah sangat lazim kalau banyak orang yang diganggu ketika melewati jalan ini.
Entah oleh penampakan-penampakan ngeri, makhluk gaib yang menumpang kendaraan sampai disesatkan oleh makhluk pengguni Alas Roban. Di beberapa spot, jalanan Alas Roban ini sangat gelap dan biasanya sering terjadi kejadian gaib itu.
Nah, dari kengerian itu semua terdapat satu cerita yg di alami oleh seseorang yg tak jauh keberadaannya dari saya, dia adalah paman saya yg dulu merantau ke daerah Jawa Barat, sehingga sering bolak-balik ke rumahnya yg ada di Kota Semarang.
Nama paman saya disamarkan ya 🙏🏻

Saat itu saya dan paman saya sedang makan di warung pecel lele favorit keluarga kami di Semarang, kami berdua cerita ngalor ngidul hingga akhirnya pamanku cerita soal pengalaman mengerikannya semasa mudanya dulu
Perkenalkan, namaku Agus. Ini adalah ceritaku saat melewati Alas Roban di awal tahun 2000am , saat aku hendak pulang ke rumah yg ada di Kota Semarang.
Siang ini adalah hari jum'at, sebulan sebelumnya aku sudah mengambil cuti untuk 2 hari di hari senin dan selasa depan dan pulang ke rumah bertemu dgn keluarga.
Oiya, beberapa hari sebelumnya aku sudah janjian dgn kawan lamaku namanya Rifkan yg juga akan pulang ke daerah Demak, jadi kami akan pulang bersama dgn mobilku dari tempat kami berada
Pulang kerja, aku langsung bergegas mandi dan bersiap langsung mulai perjalanan. Sore itu terasa sangat damai dengan udara nya, suara anak-anak kecil di pelataran rumah dekat kontrakan pun terdengar sangat ramai.
"Rif, aku sudah siap tunggu depan kontrakanmu ya" ucapku didalam telfon memberi tau Rifkan kalau aku akan berangkat.

Kontrakan Rifkan ini agak jauh, namun kebetulan searah dengan arah jalan pulang yg akan kami lewati.
Saat hampir sampai, aku lihat Rifkan sudah menunggu didepan kontrakannya.

"Ayo" seruku kepada Rifkan sambil membuka kaca mobil
Rifkan langsung memasukan tas punggungnya di kursi tengah dan dia duduk di kursi depan menemaniku.
Dari kontrakan Rifkan jam sudah menunjukan 17.15

Di tahun tsb jalan tol belum ada seperti sekarang, jadi satu-satunya jalan bagi pengendara di jalur utara ya jalan pantura ini.
Dan jalanan alas Roban masih melewati bukit dan jalannya berkelak-kelok curam. Yg sekarang dikenal dgn jalan Alas Roban lama

"Doa dulu gus" ucap Rifkan
Masing-masing dari kami berdoa dalam hati.
Jalanan sore ini terlihat padat tapi padatnya wajar tidak sepadat jalanan seperti sekarang.

Singkat cerita kami berdua tiba di Brebes hampir jam 11 malam karena kami berhenti sholat dan makan sebentar saat sampai di Indramayu.
Brebes, tegal, pemalang sudah kami lewati dan akhirnya kami tiba di Pekalongan sesaat sebelum sampai di Alas Roban.

Kala itu tidak ada sama sekali pikiranku memikirkan hal yg aneh-aneh, karena sudah beberapa kali aku pulang menuju Semarang dan bertemu malam hari.
Jalanan sudah sepi saat kami sampai di area Alas Roban.
Ditandai dengan jalanan yg makin lama makin gelap karena minumnya penerangan dan kanan kiri jalan yg banyak ditumbuhi pohon-pohon besar.
Sesekali aku menemui bus-bus antar provinsi yg memang melintas saat malam hari.

"Brakkkk, braaaakkkk" tiba-tiba terdengar 2x ada sesuatu yg jatuh di atas mobil.
"Apa itu gus" tanya Rifkan
aku yg mendengar langsung menepi dan melihat atas mobil.

Dengan keadaan mobil yg masih menyala, aku dan Rifkan melihat bagian atas mobil.
"Tidak ada apa-apa rif" ucapku, tapi saat aku perhatikan lagi ada bekas lecet sedikit di atas mobil.

"Cari lagi rif di sekitaran mobil kalau ada apa-apa" imbuhku kepada Rifkan

Cukup lama kami mencari dan memperhatikan, tapi kami tidak menemukan apa-apa.
"Masuk mobil lagi rif, kita jalan lagi aja" ajakku

Belum lama jalan tepat setelah tanjakan tiba-tiba aku dikagetkan lagi dengan suara benturan didepan mobil seperi habis menabrak sesuatu.
"Kamu didalem aja aku yg turun" ucap Rifkan
Tak lama Rifkan masuk "Ban depanmu kempes gus" imbuh Rifkan

"Waduh, mana jam jam setengah 2 gini mana ada tambal ban, aku ngga ada ban serep juga" ucapku
Aku dan Rifkan keluar dari mobil melihat keadaan. Jalanan benar-benar sepi dan gelap, dengan pepohonan tinggi di kanan kiri jalan. Tidak nampak ada kendaraan lewat saat itu
Aku dan Rifkan jalan kaki pelan-pelan ke arah depan, dari kejauhan nampak cahaya remang-remang di kiri jalan.

"Itu apa Rif ? kayanya tambal ban, coba kita kesana" ajaku
Kami berjalan dulu kesana memastikan, setelah dekat dan memastikan memang benar itu tambal ban.

Aku langsung kembali ke mobil dan membawanya ke dekat tambal ban disana.
"'Mana rif orangnya ?" tanyaku
"Gak tau, dari tadi aku panggil-panggil gak ada sautan" jawab Rifkan

Lama tak menemui jawaba kami memutuskan menunggu di depan tambal ban tsb.
"Enten nopo mas? (ada apa mas?)" tanya seorang laki-laki tua yg tiba-tiba datang
"Astagfirullah" Rifkan kaget dgn yg kedatangan laki-laki tsb yg tiba-tiba.

"Niki pak ban e kula bocor, ajeng nambal saget? (ini pak ban saya bocor, hendak nambal ban disini apakah bisa?)" tanyaku
"Ohh saget, Monggo pinarak mriki mas (Oh bisa, silahkan duduk disini mas)" imbuh lelaki tua tsb.

Kami berdua tidak menaruh curiga sejauh ini, hingga akhirnya aku mencium bau menyan di sekitar tempat tambal ban ini.
"Kamu mencium bau nya ngga?" tanyaku ke Rifkan

"Iya gus" jawab rifkan dengan mulai memperhatikan setiap sudut tempat tambal ban ini.

Dalam hati aku ingin lekas pergi darisni, tapi apa boleh buat mobilku belum selesai ditambal
Dari kejauhan di seberang jalan Agus melihat wda warung yg masih buka.

"Ke warung sana aja gus nunggu sambil ngopi disana" ajak rifkan

Aku hanya mengiyakan dan kami berdua berjalan ke arah warung disana.
Aku dan Rifkan sedikit berjalan dan menyebrang jalan, disini aku melihat ada 1 truk lewat pelan-pelan.

Sopirnya hanya melihat keberadaan kami dengan raut wajah heran.
Setelahnya kami jalan lagi ke arah warung tsb. Warungnya khas seperti warung pedesaan dengan bangunannya yg dibuat dari anyaman bambu dan beberapa bambu yg menopangnya
Sesampainya disana nampak segerombolan anak kecil main di samping warung tsb.

"Kok ada anak-anak main jam segini ?" tanyaku dalam hati. Pikirku juga pasti rifkan juga melihat keadaan ini
Tanpa memikirkannya begitu lama aku dan Rifkan masuk ke dalam warung.

Nampak wanita yg belum begitu tua mengenakan daster berdiri tersenyum melihat kedatangan kami berdua.
"Tumbas nopo mas ?" tanya ibu-ibu penjual warung tsb

"Kopi panas kaleh bu (kopi panas 2 bu)" jawabku

Tak lama kopi datang, aku dan Rifkan ngobrol mencairkan suasana.
"Rif ngerasa ada yg aneh gak? kok ada ya anak-anak main jam segini" tanyaku ke rifkan

"Anak-anak dimana ?" tanya rifkan

"lhah itu di samping warung, ini suaranya kedengaran juga kok. Masak kamu gak tau?" ucapku
Tanpa menjawab, Rifkan yg mendengarku langsung keluar melihat samping warung.

"Mana ? gak ada apa-apa jangan nakut-nakuti gus" imbuh rifkan

Situasi mulai tegang, ibu-ibu penjual warung tiba-tiba hilang entah kemana. Aku dan rifkan memutuskan untuk bergegas kembali ke mobil.
"Buk, sampun ( bu, sudah)" ucapku memanggil ibu penjual warung

"Buk......."

Berkali-kali aku memanggil tapi tidak ada jawaban.

"Buk sampun......" gantian Rifkan yg ngomong
Tapi masih saja tanpa ada jawaban.

Sekali lagi aku memanggil "buk....."

Bukannya jawaban dari ibu penjual warung tsb yg kami dapat, kami malah dibuat kaget dgn suara yg kami dengar
"Hi hi hi hi......." terdengar seperti suara wanita tertawa sangat keras dan melengking dari luar warung

"gus......gus......." Rifkan memanggilku
Aku hanya menatap Agus tanpa mengeluarkan kata-kata apapun, nampaknya Agus paham aku pun juga menyadari suara tsb.
"gus......gus......." Rifkan memanggilku
Aku hanya menatap Agus tanpa mengeluarkan kata-kata apapun, nampaknya Agus paham aku pun juga menyadari suara tsb.
Kami berdua bergegas keluar warung, mencari dari arah mana suara tsb dan melihat ke arah belakang warung.
"Astagfirullahaladzaim..... Astagfirullahaladzaim"

kami berdua istigfar sama-sama atas apa yg kami berdua lihat
Ternyata......
Ada wanita berdiri tegak berjubah hitam sangat panjang di samping pohon di dekat warung tsb.
Matanya terbelalak putih dgn wajah pucat dan rambut panjangnya.

Anak-anak kecil yg tadi aku lihat pun berlari menghampiri perempuan tsb.

Aku lihat anak-anak tsb ada yg wajahnya hancur dengan banyak luka dibadannya. Sangat jauh beda dengan saat awal aku melihatnya tadi
"Hi hi hi hi........" Ku lihat wanita itu tertawa lagi yg membuat telinga kami berdua sakit

"gus ayo gus balik ke mobil cepat" ajak rifkan
Saat lari ke mobil lagi-lagi kami berdua dikagetkan lagi dan lagi, tambal ban yg kami hampiri tadi sekarang sudah tidak ada entah hilang kemana.

Yg kami lihat hanyalah mobil kami di tepi jalan yg sebelah kirinya ada pohon besar dan jurang yg di dalamnya belantara yg sangat gelap
Aku gak peduli ban ku masih kempes kami berdua bergegas masuk ke dalam mobil

"gus ban mu gimana ?" tanya rifkan

"udah gus yg penting kita lekas keluar darisini" jawabku
Suara perempuan tadi masih sangat jelas menemani kami berdua.

Aku berusaha menghidupkan mobil, lagi-lagi sial dan aneh tiba-tiba mobilku sulit dihidupkan.
"Kenapa gus" tanya rifkan

"Tiba-tiba susah dihidupkan mobilku" jawabku

"Sholawatin dulu gus" imbuh rifkan dengan wajah tegangnya tapi berusaha berpikir tenang
"Allahumasholialamuhammad......." aku mengucapkannya 3x lalu aku memutar kunci lagi,

"Hidup rif......" ucapku. Mungkin ini keajaiban dari setelah untaian sholawat yg kubaca
Sehidupnya mobilku, aku bergegas menginjak gas dan cepat pergi dari tempat aneh ini.

Namun nasib baik belum juga menghampiri kami.
Rehat bentar dulu ya mau refill kopi agar kuat melek 😁
Oke lanjutt tipis-tipis...
Belum lama jalan tiba-tiba
"brakkkkk"

lagi-lagi ada sesuatu yg jatuh dari atas mobil.

"Udah gak usah di gagas lanjut aja" seru Rifkan
"Ini jam berapa sih gus aneh banget gak ada kendaraan lewat" tanya rifkan

Aku melihat jam "Jam 3 rif" jawabku

Memang aneh kenapa tidak ada kendaraan sama sekali, normalnya di jam segini masih ada kendaraan besar yg melintas walaupun tak banyak.
Tapi pikiranku gak mau memikirkan itu, aku hanya fokus agar cepat keluar dari Alas Roban ini.

"gus......gus....... hati-hati" teriak agus dibarengi denganku yg melihat wanita berjubah hitam yg kami temui tadi melintas tepat di depan mobil kami
Aku yg kaget spontan langsung banting setir dan menginjak rem mendadak

"Tiiiiiitttttt.......tiiiitttttt......." tiba-tiba terdengar suara klakson di telinga kami

Aneh bin ajaib, saat berhenti mobilku berhadapan dengan truk muatan barang.
"gus.....gussss minggir dulu" ajak rifkan

"rif wanita tadi mengikuti kita, tadi nyebrang kamu lihat kan ?" tanyaku

"iya gus aku melihatnya, dia tidak membiarkan kita pergi" ucapnya
Sesaat, terdengar ada yg mengetok kaca mobilku.

Dari dalam terlihat bapak-bapak berboncengan dgn ibu-ibu yg nampaknya suami istri. Aku buka kaca mobilku
"Kalian tidak kenapa-kenapa mas?" tanya bapak tsb.

"Gakpapa pak, kami terkejut barusan ada wanita nyebrang" jawabku
"Walahh, hati-hati mas disini rawan ayo ikuti bapak aja dari belakang, mampir ke rumah bapak, rumah bapak setelah alas roban sini, nama saya pak Rahmat, ini istri saya" ucap bapak-bapak tsb
Singkat cerita aku mengikuti pak Rahmat dari belakang, di setiap tikungan aku lihat pak Rahmat tampak membunyikan klakson motornya.

Kami tiba di rumah pak Rahmat sesaat sebelum adzan subuh berkumandang.
Bu Rahmat tampak langsung ke belakang rumah dan kembali dengan nampan yg berisikan teh hangat 2 gelas.

"Di minum dulu mas" ucap bu Rahmat

"Allahu Akbar.....Allahu Akbar" adzan subuh berkumandang
"Mas ayo sholat subuh dulu" pak Rahmat mengajak kami sholat berjamaah di masjid yg jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Setelah sholat kami kembali duduk di ruang tamu rumah pak Rahmat. Perlahan pak Rahmat tanya kepada kami
"Mas-mas nya sebenarnya mau kemana ? Namanya siapa ?" tanya pak Rahmat

"Nama saya Agus pak dan ini teman saya rifkan" jawabku

"Saya mau ke Semarang perjalanan pulang dari perantauan" imbuhku
"Mas nya tadi ada kejadian apa sampai hampir kecelakaan seperti tadi?" tanya pak Rahmat lagi

Aku menceritakan semua hal yg kami temui sejak ban mobilku bocor, warung dan diikuti wanita berjubah hitam tadi.
"Mas.... di dalan alas roban itu tidak ada warung apa-apa, apalagi tambal ban, disana hanya ada hutan mas" jawab pak Rahmat

"Tapi tadi kami menemui itu semua pak" imbuh Rifkan
"Benar mas, tapi bapak sebagai warga yg tinggal tak jauh dari alas roban sangat hafal daerah sini. Tidak ada warung yg berdiri disana" jawab pak Rahmat
"Disana memang sering ada kejadian semacam itu, belum lama ada kecelakaan mobil satu keluarga meninggal disana dan masih banyak lagi cerita pengendara yg diganggu sudah sejak lama" imbuh pak Rahmat
Aku dan rifkan hanya menelan ludah sambil menenggak teh hangat yg dibuatkan bu Rahmat tadi.

"Mending mas sekarang istirahat dulu disini, nanti siang atau sore baru lanjut perjalanan" pungkas pak Rahmat melihat keadaan kami
"Gimana rif ?" tanyaku ke rifkan
"terserahmu aja gus" jawabnya

"Yaudah kita disini dulu sampai siangan nanti, keadaan kita shock dan lelah seperti ini" ajaku dan rifkan hanya menurut
Kami ditunjukan ke kamar anaknya pak Rahmat yg kosong karena sekarang kerja merantau di Jakarta.

Kami tidur melepas lelah disana, siangnya kami bangun dan bersiap melanjutkan perjalanan yg sudah tidak jauh lagi.
"Mas...." panggil pak Rahmat pada kami
"Mas, monggo makan dulu sebelum jalan" ajak pak Rahmat

"Waduh bapak kok repot-repot begini" jawab Agus
Siang itu kami makan bersama dengan bapak Rahmat dan istrinya. Beliau benar-benar baik kepada kami berdua

Sehabisnya, kami pamit dan keluar menuju mobil.
"gus....gusss..... Ban mobilmu masih utuh begini gak ada yg bocor" ucap rifkan
Aku langsung melihat ban mobilku dan ternyata benar ban ku masih normal tidak ada tanda-tanda rusak.

Aku hanya geleng-geleng melihat keanehan yg ditunjukan di depan mataku
"Pak Rahmat kami berdua pamit, terima kasih sudah menolong kami dan sudah baik kepada kami" ucapku

"Gakpapa mas, saya sama ibu malah senang ada tamu di rumah kami, soalnya kalau tidak ada tamu rumah kami sepi" jawab pak Rahmat
Aku yg mendengar jawaban pak Rahmat trenyuh, "Akankah saat tua nanti aku juga seperti ini ?" pikirku saat setelah mendengar ucapan pak Rahmat
Kami berdua melanjutkan perjalanan, setibanya kami di Semarang aku mengantarkan rifkan ke halte bus yg akan mengantarkannya ke Demak sebelum nanti di jemput adiknya disana
Setelahnya, aku pulang ke rumah dengan oleh-oleh pengalaman yg tidak akan terlupakan sampai kapanpun.

Dan pak Rahmat yg hingga sekarang kami anggap seperti keluarga.

--TAMAT--
Ulasan diawal thread saya ambil dari,

boombastis.com/misteri-alas-r…
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Wah.

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!