Jadi apa yang terjadi setelahnya? Langsung meledak.
Ini yg perlu kita antisipasi mulai sekarang... & cenderung sudah saya perkirakan
Selama awal pandemi & psbb, iya menaati aturan tapi karena kualitas sebagian orang dalam mengelola emosi cenderung belum tepat, cenderung ditekan... maka saat psbb dilonggarkan, jadi bersikap ngawur
Sering menemui keramaian, hanya ikut-ikutan aja apa yang dilakukan banyak orang, tentu akan bikin kita punya banyak teman. Jumlah followers pun jadi bertambah. Seru nan mengasyikkan ya?
Tapi kita jadi asing dengan diri kita sendiri. Terlalu jauh terseret kerumunan.
Kita jadi mirip dengan kebanyakan orang. Serupa massa. Masalahnya, kita jadi kehilangan keunikan. Orang-orang pun akan menganggap kita begitu:
“Tak mengenal, bahkan tak menghargai kita sebagai individu2 dengan keberagaman.
Cenderung memaksa untuk sama. Alergi dengan beda.”
“Tahun 2015, saya jadian sama seseorang. Merancang menua bersama. Namun, setelah menjalani hubungan berdua selama 4 tahun, penuh suka dan duka, akhirnya meski tak kami inginkan, kami pun berpisah.”
“Perpisahan itu saya rasa lebih karena keegoisan saya yg begitu besar. Sampai sekarang, saya terkunci di fase menyalahkan diri sendiri. Ditambah sangat ingin melupakannya, saya sampai melakukan hal2 yg semestinya tak saya lakukan
Gimana cara mengurangi menyalahkan diri sendiri?”
Kita perlu menyeimbangkan menyalahkan diri sendiri dengan pelan2 belajar mencintai diri sendiri.
Menyalahkan diri sendiri itu tak sepenuhnya buruk kok. Hanya perlu diseimbangkan dengan mencintai diri sendiri.
Iya, ini terasa lebih mudah dikatakan daripada dilakukan.
Setiap kali bertemu masalah, saya & Indri akan berusaha sebisa mungkin punya momen buat ngobrol santai, bertukar sudut pandang. Seringkali momen itu tjd malam saat rebahan sebelum kami tidur.
Dan, larut malam itu, kami ngobrol soal gimana caranya biar kami bisa memulihkan marah.
“Kita tidak bisa mengendalikan sepenuhnya orang lain,” Indri memulai pendapatnya, ia menarik selimut.
“Kita perlu sadar diri, orang lain pun punya hak untuk menjalani hidup sesuai keinginannya,” sambungnya.
Kamu pernah merasa sulit menerima dirimu sendiri apa adanya? Suka membenci dirimu sendiri? Dan seringkali itu bikin batinmu tidak tenang, mudah tersinggung, marah-marah?
Saya percaya bahwa saya akan lebih bisa memiliki hubungan cinta yang indah dan hidup yang dipenuhi berkah, kalau saya mampu menerima diri saya sendiri apa adanya.
Tentu menerima diri yang saya maksud di sini bukan berarti terus pasif, dan tak mau berbenah diri.
Gimana caranya agar bisa menerima diri sendiri?
Secara rutin dan disiplin, saya berlatih untuk melakukan 7 hal berikut ini. Oiya, saya tidak terus langsung melakukan semuanya sekaligus dalam sekali waktu. Tapi satu per satu aja. Latihannya pelan-pelan.