, 17 tweets, 3 min read Read on Twitter
Kamu pernah merasa sulit menerima dirimu sendiri apa adanya? Suka membenci dirimu sendiri? Dan seringkali itu bikin batinmu tidak tenang, mudah tersinggung, marah-marah?

Kalau saya nulis thread #EmotionalHealingBarengAdjie bahas soal latihan SELF ACCEPTANCE gitu kamu mau baca?
Saya percaya bahwa saya akan lebih bisa memiliki hubungan cinta yang indah dan hidup yang dipenuhi berkah, kalau saya mampu menerima diri saya sendiri apa adanya.

Tentu menerima diri yang saya maksud di sini bukan berarti terus pasif, dan tak mau berbenah diri.
Gimana caranya agar bisa menerima diri sendiri?

Secara rutin dan disiplin, saya berlatih untuk melakukan 7 hal berikut ini. Oiya, saya tidak terus langsung melakukan semuanya sekaligus dalam sekali waktu. Tapi satu per satu aja. Latihannya pelan-pelan.
1. Latihan duduk diam hening, meditasi, menyadari napas, menyadari pikiran.

Latihan ini saya lakukan setiap hari. Karena ini latihan penting dalam menerima diri sendiri. Kok bisa? Gini... Pikiran terlatih untuk mikir, mikir, dan mikir. Termasuk terlatih mengkritik diri sendiri.
Mengkritik diri sendiri mungkin adalah bagian dari upaya mempertahankan diri agar hidup. Membuat kita termotivasi berubah. Iya, bermanfaat, tapi kalau berlebihan tentu jadi bermasalah.

Karenanya kita perlu menyeimbangkan dengan melatih pikiran untuk menyadari. Sadar diri. Eling.
Pikiran (mind) yang berpikir (think), akan gemar mengkritik diri sendiri (inner critic). Kita tidak bisa menghilangkan buah pikiran (thought) berupa kritikan-kritikan itu.

Yang perlu kita latih adalah duduk diam hening, dan sadari (aware) aja berbagai buah pikiran yang muncul.
Ketika saya menyadari inner critic itu hanya sebagai buah pikiran, bukan kenyataan, maka cengkeraman kritikan akan kendur mereda. Bukan melawan kritikan itu.

Dengan tekun melakukan latihan ini, batin saya perlahan tenang & saya pun lebih bisa menerima diri sendiri apa adanya.
2. Kurangi membandingkan diri dengan orang lain.

Kalau otot kesadaran pikiran saya udah menguat, maka ketika pikiran mulai membandingkan diri dengan orang lain, saya bisa “menangkapnya”. Menyadarinya bahwa itu hanyalah ulah pikiran. Tidak perlu terlalu larut dan drama.
Memang pikiran gemar membandingkan diri dengan orang lain, lengkap dengan menghakimi diri sendiri sebagai orang yang sial, sedangkan orang lain yang beruntung, dsb.

Dengan sadar benar ini ulah pikiran, dan ini akan mengundang derita, maka membandingkan diri akan perlahan surut.
3. Latihan bersyukur

Kita terbiasa melihat sisi buruk-sampah dari diri. Untuk menyeimbangkannya, saya berlatih melihat sisi baik-indah. Saya percaya, ke2nya selalu ada di dalam diri manusia. Bahkan ada sisi indah dalam kegagalan, ada sisi sempurna dalam ketidaksempurnaan diri.
Jadi bersyukur di sini bukan berarti saya menutup mata akan sisi buruk-sampah. Bukan berarti saya hanya mau positifnya tapi tidak mau negatifnya.

Tapi saya lebih melatih diri untuk bersyukur dengan dasar penerimaan atas kedua sisi.

Kalau perlu, tuliskan. Bikin jurnal syukur.
4. Ingatkan diri untuk melihat segala sesuatunya secara utuh.

Dalam keseharian, seringkali kita tergoda melihat sisi-sisi lemah diri. Lalu mencaci maki. Berulangkali saya mengingatkan diri sendiri bahwa sisi lemah itu tak sepenuhnya musibah. Di dalamnya, selalu ada berkahnya.
5. Latihan mengamati perasaan.

Kalau muncul rasa benci, marah kepada diri sendiri, saya berlatih diam hening & ambil jarak dengan perasaan itu. Perasaan hanyalah perasaan, bukan kenyataan. Perasaan hanyalah bagian dari diri saya. Amati aja, jangan bereaksi, maka perasaan mereda.
6. Bersikap welas asih kepada diri sendiri.

Tidak marah kepada diri sendiri memang sulit dihindari, saya pun masih terus berlatih. Tapi, sangat penting untuk berusaha memahami lebih mendalam kenapa saya melakukan kesalahan yang bikin saya marah kepada diri sendiri.
Karena dengan memahami dibalik kesalahan yang saya perbuat itu maka saya bisa jadi sadar diri bahwa waktu itu saya telah berusaha sebaik mungkin. Lagipula yang berlalu, sudah berlalu.

Saya pun perlahan mampu bersikap welas asih, dan menerima diri sendiri seapaadanya saat ini.
7. Menulis.

Menurut saya, ini latihan yang sederhana. Seringkali banyak suara saling bersahut tak keruan di kepala kita yang bernada membenci diri sendiri, dan sulit kita pilah. Dengan menuliskannya, membantu saya berpikir jernih, dan lebih mengenal serta menerima diri sendiri.
Semestinya, saya memang perlu sadar diri bahwa pintu kesempatan untuk menyehatkan jiwa dengan menerima diri sendiri itu selalu terbuka. Melanjutkan hidup dengan bekal dekapan penuh penerimaan. Bukan penolakan. Saya percaya ini bakal memulihkan, asal tekun latihan.

Sekian.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Adjie Santosoputro
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!