Kalau saya nulis thread #EmotionalHealingBarengAdjie bahas soal latihan SELF ACCEPTANCE gitu kamu mau baca?
Tentu menerima diri yang saya maksud di sini bukan berarti terus pasif, dan tak mau berbenah diri.
Secara rutin dan disiplin, saya berlatih untuk melakukan 7 hal berikut ini. Oiya, saya tidak terus langsung melakukan semuanya sekaligus dalam sekali waktu. Tapi satu per satu aja. Latihannya pelan-pelan.
Latihan ini saya lakukan setiap hari. Karena ini latihan penting dalam menerima diri sendiri. Kok bisa? Gini... Pikiran terlatih untuk mikir, mikir, dan mikir. Termasuk terlatih mengkritik diri sendiri.
Karenanya kita perlu menyeimbangkan dengan melatih pikiran untuk menyadari. Sadar diri. Eling.
Yang perlu kita latih adalah duduk diam hening, dan sadari (aware) aja berbagai buah pikiran yang muncul.
Dengan tekun melakukan latihan ini, batin saya perlahan tenang & saya pun lebih bisa menerima diri sendiri apa adanya.
Kalau otot kesadaran pikiran saya udah menguat, maka ketika pikiran mulai membandingkan diri dengan orang lain, saya bisa “menangkapnya”. Menyadarinya bahwa itu hanyalah ulah pikiran. Tidak perlu terlalu larut dan drama.
Dengan sadar benar ini ulah pikiran, dan ini akan mengundang derita, maka membandingkan diri akan perlahan surut.
Kita terbiasa melihat sisi buruk-sampah dari diri. Untuk menyeimbangkannya, saya berlatih melihat sisi baik-indah. Saya percaya, ke2nya selalu ada di dalam diri manusia. Bahkan ada sisi indah dalam kegagalan, ada sisi sempurna dalam ketidaksempurnaan diri.
Tapi saya lebih melatih diri untuk bersyukur dengan dasar penerimaan atas kedua sisi.
Kalau perlu, tuliskan. Bikin jurnal syukur.
Dalam keseharian, seringkali kita tergoda melihat sisi-sisi lemah diri. Lalu mencaci maki. Berulangkali saya mengingatkan diri sendiri bahwa sisi lemah itu tak sepenuhnya musibah. Di dalamnya, selalu ada berkahnya.
Kalau muncul rasa benci, marah kepada diri sendiri, saya berlatih diam hening & ambil jarak dengan perasaan itu. Perasaan hanyalah perasaan, bukan kenyataan. Perasaan hanyalah bagian dari diri saya. Amati aja, jangan bereaksi, maka perasaan mereda.
Tidak marah kepada diri sendiri memang sulit dihindari, saya pun masih terus berlatih. Tapi, sangat penting untuk berusaha memahami lebih mendalam kenapa saya melakukan kesalahan yang bikin saya marah kepada diri sendiri.
Saya pun perlahan mampu bersikap welas asih, dan menerima diri sendiri seapaadanya saat ini.
Menurut saya, ini latihan yang sederhana. Seringkali banyak suara saling bersahut tak keruan di kepala kita yang bernada membenci diri sendiri, dan sulit kita pilah. Dengan menuliskannya, membantu saya berpikir jernih, dan lebih mengenal serta menerima diri sendiri.
Sekian.