Halo selamat malam
Lanjut lagi kisah dari mas iphend alzikra, kali ini perjalanan beliau menapaki alas semiri di kota bunga. Magelang.
Bagaimana kisahnya?
Kita bikin kopi dulu baru cerita. 😁
Assalamuallaikum.
kembali lagi dengan saya. Cerita pengalaman masih seputaran Alam lain, Bahwasanya sering didapati gerbang-gerbang gaib diarea tertentu.
Perjalanan ini tergolong nekat, Karena secara cerita warga, tempat ini sangat wingit (angker). Sebuah gerbang istana gaib.
Sebuah ALAS yang tentunya dimana mindset orang tertuju dengan tempat angker. Ya memang angker. Tempat ini namanya ALAS SEMIRI yang terdapat disebuah kota bunga. Magelang.
Disini dulu sering menjadi tempat orang lelaku semedhi (bertapa).
Jarang manusia awam memasuki alas ini. selain wingit, area ini amat sangat singup. Pohon besar, semak belukar yang begitu merimbun hingga sama sekali tidak ada jalur jalan. Tanah lembab yang beraromakan bau basah lumut dan jamur hutan membuat kurang enak udara disitu.
Alas ini dihimpit dua sungai dan menyatu diujung alas. Habitat berbagai hewan, yang jadi salah satunya masih ada berkeliaran harimau jawa disini.
Jika terus ditelusuri akan dijumpai air terjun yang disampingnya ada sebuah goa alami didalam air dan ada batu yang besar,
disinilah tempat pertapa itu mengheningkan laku.
Perjalanan itu saya di temani oleh Mas kandung. Kami berdua mencoba menguak apa yang ada dibalik wingit nya alas semiri. Rencana terjadi karena sebuah rasa kecewa yg gagal mendaki gunung sindoro, karena tamu membatalkan pendakian
Malam itu kami ngobrol di teras rumah sambil ngopi dan mainkan gitar.
"besok pagi blusukan saja yok? udah packing tapi gagal muncak" kata Masku.
Jawaban yang langsung aku oke kan karena walau terlahir disini untuk memasuki alas semiri belum pernah. Larangan orang tua yang jadi alasan utama dan alasan lain konon dulu ada kakek-kakek yang meninggal diarea itu waktu-
Mencari kayu bakar.
"Jadi Kita berdua saja besok mas?? Tanyaku
" Iya berdua..mau ajak siapa??" Masku balik tanya
"Kali aja ada yang ikut..berangkat ganjil kan seru" Jawabku sambil tertawa
"hahaha...gundul mu" Masku ikut tertawa.
Sedikit cerita tentang Mas ku, namanya mas Purwanto Alawi. Pecinta Alam sedari muda, banyak mengajarkan tentang ilmu alam, pemahaman segala jenis float yg bisa dikonsumsi/tidak. Berburu, bertahan hidup di rimba, adventure dan banyak lagi.
Pendakian pertamaku saat kelas 5 SD, aku ikut mas pur muncak Merbabu. Banyak gunung di Jawa yang kami daki barengan. Dia anak tertua dari bapak dan ibu saya, dibawahnya ada kakak perempuan dan saya anak terakhir yang sampai saat ini selalu dianggapnya bocah terus.
Pagi itu tiba, semua persiapan kami cek ulang, berpamitan dengan orang tua, lalu memulai petualangan. Petualangan terdekat dari tanah kelahiran namun berujung sangat jauh kedalam dimensi lain. Hanya hitungan jam kira kira tiga sampai empat jam kami sudah di atas sungai ujung-
persawahan warga yang dibatasi dengan lereng hutan bambu, dibalik lereng inilah diseberang sungai, Alas semiri itu.
Dari tepian sudah terlihat pohon sengon besar menjulang tinggi, monyet lumayan banyak bertengger dan bergelantungan disitu. Riuh suara mereka menyerukan "SELAMAT DATANG KE DALAM JAGADNYA LELEMBUT"
Kami mencoba telusuri dan menginap disebuah alas wingit, yang menurut cerita warga sekitar, disinilah gerbang istana ghaib.
Tanah curam di rimbunkan dengan pohon bambu juga pohon besar lainnya menambah singup area ini. Matahari tak dapat menembus kelebatan hutan bambu yang kami lewati. Dengan menuruni tebing jurang akhirnya kami berdiri dibibir sungai, sungai ini namanya Kali Andong,
sungai yang menyatu dari sebrang kali Gendu. Dua sungai itu menyatu hingga seperti percabangan.
Sebelum kami beranjak masuk ke Alas semiri, beberapa wejangan kesepuhan mulai dituturkan dari Mas Pur. Sembari main air dan merokok di atas bebatuan sungai yang dialiri air bening nan dingin, serasa pengen nyebur disitu.
Teriakan monyet, serangga liar dan suara berbagai burung terdengar memberi kesan damai alam nan tentram. Seekor ular jenis lare angon melintas dipermukaan air pas didepan kakiku, ketika aku tangkap ular itu mas ku bilang.
"lepasin, ular alas itu"
Maksud kan apa itu ular alas
Sambil memandangku, masku tersenyum dan acungkal jempolnya
"Joss le"
kami mulai beranjak, Melompat antara bebatuan untuk sebrangi Kali andong. Waktu kaki memijakan ditanah alas semiri dari belakang terdengar teriakan.
"wooooeee... woooeeee"
Dua kali panggilan itu terdengar disebrang sungai yang kami lewati tadi. Saat aku menoleh seorang kakek-kakek tua mengenakan celana dan baju hitam, sarung dislempangan kepundak, berdirinya agak bungkuk dan miring kekiri, dia acung-acungkan goloknya kearah kami. "
"Opo mbah? " Teriaku
(Apa kek)
Langsung dipotong omonganku sama mas pur.
"udah biarkan, itu jin yang menyerupai kakek yang meninggal disini pas cari kayu bakar" jelasnya
Saat aku menoleh kearah kakek itu lagi, ternyata sudah tidak ada. ( Ketuliskan mbahnya, nanti kalau jumpa kita ngopi bareng mbah)
Kita mulai menaiki tebing jurang yang tidak begitu tinggi, meraih akar juga batu-batu yang keluar kepermukaan. Sesampai di atas alas semiri, Semak belukar nan rimbun mejadi hamparan, pohon liar besar seakan menjadi rumah-rumah bagi lelembut,
batu-batu besar pun banyak diatas tanah angker ini.
Parang kami keluarkan untuk membuka jalur babat semak belukar agar dapat menerobos kedalam. sejuknya udara digantikan dengan kelembaban saat ini.
Aku dibelakang Mas Pur yang jalan lebih dulu, baru saja menebas beberapa pohon, sudah berdiri sosok hitam yang sangat tinggi hingga yang terlihat hanya sebatas dada hingga kaki, ekornya yang bergerak sebesar satu dekapan manusia dewasa atau kira kira sepohon kelapa besarnya.
Semua dipenuhi bulu, tangan yang menjuntai hampir sampai batas semak-semak, mepertontonkan jemari yang besar dengan kuku hitamnya yang panjang. Mas pur pun tertegun melihat sosok itu, hanya senyum nyengirnya selalu terlihat.
Sambutan yang seru. Bocah berlarian diantara kami seakan semak belukar itu tidak ada buat bocah-bocah bertaring itu.
"Masih siang bolong saja sudah begini, apalagi malam nanti...gimana rasanya" Batinku
Pepohonan yang melengkung dengan sendirinya mulai berjatuhan, mencoba hambat langkah kami.
Hanya saja telingaku sudah tidak mendengar suara binatang lagi, seperti kera, serangga liar, dan lainnya. bahkan suara air yang ada disungai kanan kiri kami pun tidak terdengar.
Hening. Benar benar sunyi.
Telinga dingin merasakan hembusan angin, saat aku sadar semua suara Alam dunia sudah tidak terdengar lagi, mulai lah suhu tubuhku naik, merinding, dan nafas agak berat.
"Apakah sudah masuk ke alam lelembut??"
***
Saat ini kami berdua sudah mulai buat jalur untuk mencoba telusuri perjalanan ini. Sosok kakek dengan goloknya yang berdiri diseberang sungai seakan memberi peringatan pada kami, berbagai penampakan diawal juga menyambut kami berdua.
Riuh suara binatang dan Alam fana kini tidak terdengar lagi.. apa kami sudah memasuki gerbang alam lain??
Kami ayunkan parang menebas semua ranting juga semak belukar, menerobos masuk kedalam alas tanpa pedulikan keganjilan yang menyambut kami.
Meski rimbunan pohon besar menjadi kemistisan tersendiri, dengan doa dalam hati, kami terus melangkah.
Penampakan di siang bolong. Pocong, kuntilanak, wewe, peri, bahkan lampor itu semua kami abaikan.
Sampai hujan sore ini turun. Istimewa candikala yang tanpa sinar mentari menambah angkernya alas semiri. Aku putuskan untuk membuka tenda dan beristirahat ditengah-tengah tatapan mata ganjilnya dedemit alas ini.
Sore berganti petang, hujan pun mereda. Tenda sudah berdiri dengan susah payahnya karena harus babat belukar dan mencabut ujung dahan beserta akarnya. Perapian sudah menyala, Nasting siap untuk membuat makan dan juga kopi.
Berbatang-batang rokok kami hisap sambil mengobrol. Suara cekikikan khas kunti, bebauan yang berganti-ganti, bahkan ketawa berat makhluk jenis gendruwo pun menghias gulita ini.
Penampakan dari berbagai penjuru, kita abaikan, anggap semua itu hanya hiasan alam atau -
teman seperjalanan saat ini.
Hingga tiba-tiba muncul suara disebelah kiri ku.
"maaf den...bisa minta sedikit nasi.. anak saya menangis kelaparan dirumah"
Terkejutku sambil melihat sesosok perempuan setengah tua yang meminta sedikit nasi kepada kami. Lalu mas ku memberikan sebagian makanan kami untuk dibungkus plastik.
"Ini mbok buat makan simbok dan anaknya ya" Ucap mas pur
"terimakasih den..semoga yang maha agung memberi keselamatan buat aden dan adeknya" Pungkasnya
Kemudian sosok itu pergi menghilang ditelan gelap. Kami sudah tau ini tidak lumrah, ditengah alas ada perempuan tua minta makan, dan mendoakan kami semoga diberi keselamatan,
bahkan dia tau kalau aku adiknya.
Belum selesai berhenti memikirkan simbok tadi, terdengar suara rombongan dengan ucapan (Laillahhailallah) berulang dan banyak orang yang mengucapkan.
Terang serombongan orang-orang mebawa obor mengiringi keranda yang dipikul. Merinding seketika seluruh badan ini megigil sampai rombongan itu bener-benar hilang dan suara tak terdengar lagi, baru Masku menepuk bahuku yang masih bergetar.
"Istigfar le" tuturnya sambil tersenyum
"itu diperlihatkan kalau manusia atau apa pun itu yang pernah diciptakan bakal mati"
"Iya mas" jawabku masih kelu lidah dan hati terus beristigfar
"masak diberi gambaran begitu saja takut..hahaha" masku tertawa
"semua manusia akan melewati fase itu..bahkan kalau manusia tau, malaikat maut yang hadir menyambangi manusia dalam seharinya itu 70kali"
"Iya mas" jawab ku lagi
"Iya..iya terus, makanya sholat biar ga takut" imbuh nya dengan ketawa.
Seketika angin meniup kami dengan lumayan kencang karena tenda bergerak-gerak, api yang semula tenang berkobar kearah kami. Hanya disekitar lain pohon dan semak-semak sama sekali tidak tertiup angin.
"diem" kata mas ku
"Kali ini yang lewat bukan sembarangan"
Wanita bermahkota kan emas melintas, kemben sedada warna hijau berendakan sulaman emas menyala. wajah cantiknya bersinar memancarkan aura yang luar biasa, namun yang keluar dari bawah kain batik yang diwiru rapi itu bukan kaki melainkan ekor ular bersisik yang sangat panjang.
"siluman apa ini sangat cantik!!" benak ku mengajukan pertanyaan tiba-tiba.
Hati masih bertanya, sosok itu berdiri tepat didepan kami dibatasi hanya dengan perapian kami. Masku bangkit dan menundukan kepala tanpa melihat kearahnya.
"kanjeng putri" Ucap masku
Sosok itu tersenyum kearah Masku lalu melihat kearah ku hingga aku tertunduk. Kutundukan kepala ini bukan karena takut tapi rasa jiwa takluk akan karisma kecantikan yang luar biasa ini. Tertunduk dengan pamor lentrik wibawa yang tak tertanding rasanya.
Buat mbak-mbak nya yang baca jangan tersenyum sinis gitu ya, kalah cantik bukan berarti ga cantik
Bisa menebak? Siapa sosok ini?
Saya nyulut rokok dulu 🙏
Dumadining kamulyan mawujud soko jembaring manah kang tinompo keikhlasan ugo ati kanti lathi syukur marang gusti moho dumadi 🙏🙏
Kanjeng putri yang berparas cantik itu menundukan ku dengan lentrik karisma yang luar biasa dahsyatnya. Meski sebelum kemunculan sosok ini, berbagai sosok sudah berinteraksi yang tidak terhitung lagi banyaknya.
malam ini kami telah berdiri dialam yang bukan semestinya jadi pijakan manusia.
Kami saling berhadapan hanya dibatasi perapian yang kami buat, Mas ku berdiri sambil menundukan kepalanya. Kanjeng putri siluman ular itu masih tersenyum melihatku yang kini tertunduk dalam keadaan masih terduduk didepan tenda.
Sosok ini yang selalu disebut Nyai Blorong, Putri dari kanjeng ratu pantai selatan.
"Wigatimu opo anak-anak ku, rawuh marang pesangrahan kraton kidul"
(Ada keperluan apa kalian anak ku sampai datang kehalaman kerjaan selatan)
suaranya halus terdengar, Namun membuat getar kedalam jiwa.
"mboten kanjeng putri, abdi puniko namung mlampah wonten sa'lebeting wono"
(Tidak kanjeng putri,, saya hanya berjalan kedalam alas ini) Jelas mas ku kesosok itu tanpa ada tujuan mengganggu atau mengusik keberadaan lelembut alas semiri.
Ketawa yang halus terdengar ditelinga ini.
"ojo kadonyan, ojo tumelik sing dudu hak mu.. mulo tak restoni siro keloron napaki kedaton kidul..kanti restu ku" (Jangan fikirkan dunia fana, jangan ambil yang bukan hak kamu, maka aku restui kalian berdua telusuri kedaton selatan, dengan restu ku)
"matur sembah nuwun kanjeng putri"
(Terimakasih atas restu nya kanjeng putri)
Lalu sosok putri itu memberikan rangkaian bunga yang tersulam yang telah menempel penghias rambut panjang nya.
"tak restoni anak ku..iki samubarang keslametan, kabeh ora bakal ganggu siro yen iseh kembang iki dadi ugeman laku mu"
(Aku restui anak ku, ini untuk keselamatan, semua mahluk tidak akan mengganggu selagi bunga ini ada jadi pegangan perjalanan kalian)
Setelah rangkaian melati itu deterima angin berhembus wangi. Seketika ku angkat kepala untuk melihat sosok itu lagi...namun, alas belantara yang gelap berubah menjadi terang benderang. Dan kami sudah berdiri didepan sebuah kerjaan yang besar lengkap dengan prajurit nya.
Kini gamelan gending-gending mengalun lembut ketelinga, kagum melihat kemegahan istana lelembut ini sampai tidak bisa berkata mau pun bergerak.
"silahkan kisanak"
Seorang laki-laki tampan penuh cahaya karisma mengenakan pakaian sorjan bergaris hitam coklat, berikat kepala hitam berselempang kain warna hijau mepersilahkan kami dengan keramah tamahan dan sopan santun ke adatan tinggi.
Masku tiba-tiba meraih tangan itu dan mencium telapak tangannya sambil berkata
"Kanjeng sunan"
?????... bertanya lagi hati ini
"Kanjeng sunan? apa ini sunan sunan Kali jaga Salah satu wali dari sembilan waliyullah"
Kulihat tangan satunya mengusap halus rambut mas ku sambil tersenyum. Disitu aku langsung ikut salamin kanjeng sunan untuk mendapatan karomah beliau yang tersohor di Nusantara.
Tangannya hangat terasa saat beliau mengelus rambut ku.
"wess.. ayo, ngaso"
(Udah,, ayo,, istirahat) Ucap lelaki berkarisma itu
Kami mengikuti langkah beliau menuju sebuah saung disisi sebelah kiri taman keraton.
Makin banyak pertanyaan dalam hati, penuh penasaran diri ini. Hanya aku ikuti saja langkah mas ku yang entah mau bawa aku kemana nanti.
Meniti dengan hati maka gelap itu memudar.
Jangan berhenti tapaki dunia untuk menggapai Iman tertinggi. Segala bentuk kefana'an hanya akan butakan mata hati.
Sejatining rogo iku kang biso sumeleh marang kasejaten lelaku andap asor, ngugemi pitutur kasepuhan pamulang asmo suci pengeran.
Mungkin kebanyakan manusia akan berfikir kejadian ganjil itu mustahil dan lelaku seperti ini hanya karangan semata. Cukup ambil gambaran dan manfaat jika ada yang terkadung dari perjalanan saya.
Jika gelap itu kami masih dipertengahan alas angker, kini sudah digantikan berdirinya sebuah kerjaan yang sangat megah. Sambutan kanjeng sunan mempersilahkan kami untuk beristirahat disaung sisi istana. Sudah tersedia makanan, buah-buahan dan kendi tanah berisikan air minum.
Kami pun makan dan minum setelah dipersilahkan untuk makan. Selesai itu terdengar wejangan dari kanjeng sunan yang akan saya sandang seumur hidup.
"ugem ono,, yen iro nglakoni laku kudu kaniat suci ati, tatak, ugo ngarekso howo lan nafsune, supoyo slamet. Sak jembar ing gumebyar jagad seisine iku mawujud seko kersane pengeran ta'alla.
prawilo niro kudu ngimani kalimah suci "BISSMILLAHHIROHMAN NIRROHIM" iku Kang dadi kunci ning jagad"
(Yakini ini, jika kalian melakukan perjalanan harus dengan niat sucinya hati, berani, meredem hawa nafsunya, agar selamat. Seluruh jagad raya beserta isinya semua itu diciptakan oleh Tuhan yang maha Esa,
maka Dari itu kalian harus mengimani kalimat suci "BASMALLAH" yang menjadi kuncinya alam semesta) Pitutur kasepuhan ini saya dapat karena dari beliau kanjeng sunan. Andai ada yang mengalami selain saya dengan pitutur kasepuhan lain dan sumber sejati lain itu bukan karena-
perbedaan, kalimah itu berbeda tapi tujuan nya satu, hanya mesucikan asma Tuhan.
"dawuh kanjeng sunan" jawab mas ku dengan kesopanannya
Singkat saja biar cepet selesai.
Datang seorang laki-laki kesaung tempat kami duduk. beliau ini yg akan menjadi tour guide kami untuk memandu kedalam alam kelam.
Beliau adalah Ki Badeg Suro, dulunya seorang senopati dikerajaan ditanah jawa. Dengan hening sejenak kami bertiga saat ini sudah di alam berbeda lagi
Aku dan masku telah berdiri menyaksikan kengerian disamping Ki Badeg Suro.
Saya akan gambarkan sosok linuweh sakti satu ini. beliau adalah salah satu senopati dikerajaan tanah jawa dimasa itu, prawakannya gagah tinggi besar, terlihat wibawa kesatriaan yang sangat wahid.
Sambil menunjuk kesebuah kengerian, manusia banyak yang tersiksa diperbudak di alam ini, ada yang mengangkuti bebatuan dari dasar sungai seloprojo menuju keatas kawah pasar bubrah gunung merapi.
Manusia ada yang dibuat sebagai titian jalan, dibenamkan untuk pondasi, dijadikan penyangga tangga, yang semua itu terbuat dari manusia.
Teriakan siksaan itu memekik kedalam telinga ini.
Tak henti cambuk dari denawa mahluk buto raksasa yang ganas menyiksa mereka.
Manusia-manusia ini adalah manusia yang bersekutu dengan dedemit, menumbalkan sesama manusia untuk mewujudkan kepuasan duniawinya.
Sedangkan yang mengangkut batu dan kayu itulah korban yang ditumbalkan.
Pemandangan tepat didepan mata ini karena lelaku kesalahan sang manusia itu sendiri.
Apa pun bentuk kemusrikan, pesugihan, penglarisan usaha, dan semua yang bersangkutan dengan persekutuan iblis itu Salah kaprah. Dera yang akan mereka alami sampai akhir zaman dunia ini.
"Tutupen pasocan niro"
(Tutuplah mata kalian)
Senopati ini menyuruh kami pejamkan mata yang sedari tadi hanya terdiam tanpa sepatah kata pun, Saat kami berdua membuka mata keadaan sudah kembali normal kami sudah berada didalam tenda kami. Tanpa disadari sudah siang hari kami tiba disini.
Kembali ke alas semiri, suara sungai yang mengalir pun terdengar, namun perapian yang semula masih ada kini hanya tinggal sisa abu yang berserakan terbawa angin.
Barang utuh lengkap, sisa makanan yang membasi menandakan kami didalam jagad lelembut tidak hanya semalam.
Cuci semua nasting, packing tenda untuk segera pulang dan tinggalkan alas angker ini.
Kejadian demi kejadian kami alami untuk gambaran hidup. Saat kami sudah beranjak pergi dan mulai tinggalkan alas semiri, ku terhenti dihuluan sebrang sungai melihat kebelakang.
Rangkaian melati yang dia masukan kedalam saku jaket gunungnya pun ikut hilang.
"Ayo pulang" ajak mas ku
"Ayo" jawab ku menganggukan kepala.
Ya, itu akhir dari perjalanan saya dan mas Purwanto Alawi yang saat ini dia berumah tangga dan tinggal di Batam. Semoga banyak manfaat yang terkandung dalam kisah saya.
Percaya dan tidaknya itu hak masing-masing buat pembaca sekalian. Yang perlu dipercayai hanya Iman dalam hati. Apa pun perwujudan dan keilmuan dari mahluk lain, kita memiliki kasta yang lebih sempurna, jadi jangan pernah ada rasa takut terhadap bangsa jin dan yang lain nya.
Buat pembaca senantiasa saya tidak lelah bermunajad untuk kita semua, semoga selalu dalam lindungannya, diberikan kesehatan dan umur yang panjang untuk menggali bekal diakhirat kelak.. amiin
Sopo kang nandur kabecikan bakal nguwuh kabecikan. Tansah pinaring kalenggahan agung..
Wassallam
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Halo jumpa lagi.
Kali ini saya akan membagikan kisah perjalanan mistis lagi. Masih bersama mas @iphendAlzikra, yang kemarin perjalanan merbabu sekarang Beliau menceritakan kisah perjalanan di salah satu tempat di Sumatra Selatan. CURUP MAUNG.
Halo selamat malam
Kali ini saya mau membagikan cerita dari mas iphend alzikra tentang kisahnya saat mendaki di Merbabu.
Seperti apa kisahnya. Mari mulai ceritanya.
Waktu itu nanjak merbabu via wekas desa kaponan. Aku berdua bersama Ahmad Armani. Kami Naik motor memasuki gapura wekas sampai ke desa terakhir desa Ndakan, yang menjadi secret awal untuk simaksi.
Namaku Dewi anak terakhir dari 4 bersaudara, aku akan menceritakan sebuah kejadian yg pernah menimpa keluargaku, sebelumnya aku akan kasi gambaran seperti apa keluargaku ini.
Bapakku seorang muslim yang taat, beliau punya toko baju di pasar.
Ibuku seorang renternir desa tapi bukan renternir kejam seperti di film-film yang kalau gak bisa bayar tagihan menyita barang barang rumah. Haha bukan seperti itu.
"sudah terlambat wanita ini milikku sekarang" dalam mimpi aku terkejut ketika melihat sesosok mahkluk besar dan berbulu menyeringai padaku. Sosok itu memegang rantai besar dan rantai itu ada di pergelangan kakiku.
Cerita berdasarkan kisah nyata yang di alami nisa, dia di pelet agar mau menuruti kemauannya. Bagaimana kisahnya, mari kita simak sama sama.
Jangan lupa RT biar rame dan tau gimana rasanya di pelet ‼
Sebuah kisah kelam yang di alami nisa. Dia harus menerima kenyataan bahwa dia di pelet oleh seorang laki-laki karena sakit hatinya. Cinta membutakan mata dan hatinya hingga harus berurusan dengan setan.
halo selamat malam
Kali ini saya akan menceritakan sebuah kejadian yang bisa di bilang memilukan. Seseorang meninggal setelah bermimpi bertemu dengan salah satu sosok makhluk halus. karena setelahnya dia meninggal. Asrama kelapa sawit.
Jambi 2011 sewaktu KKN, karena tak ada rumah yg boleh di tempati, akhirnya kami tinggal di asrama pabrik yg udah lama tak berpenghuni dan konon di kenal angker.
Akhirnya setelah semua urusan selesai, kamipun segera masuk asrama dan menaruh barang kemudian lanjut bersih bersih.
“Sepersekian detik lampu menyala membuat aku bisa melihat apa yg ada didepanku, “dia” perempuan berbaju merah dengan posisi merangkak ke arahku dengan muka tertutup rambut lusuhnya”
Aku tobyadam , mungkin beberapa dari kalian sudah prnah baca ceritaku tentang gunung arjuno. Skrang aku mau menceritakan lagi pengalaman terhoror dan terakhir yg pernah ku alami. Semua nama ataupun yg lain sengaja aku samarkan untuk menjaga privasi.
Cerita ini aku alamin tahun 2018 awal, saat itu aku masih brprofesi sbgai dj. Waktu itu aku dapat job di salah satu club di daerah kalsel, btw kontrakku disana 2 bulan .
Singkat cerita aku datang ke kantor untuk tnda tngan kontrak dan urusan yg lain.