PINGIN MENGATASI KECANDUAN?
Kecanduan main game, porno, social media, alkohol, merokok, shopping, ngemil, makan-minum manis, gigit kuku atau kebiasaan yang relate dengan nervous.
Berikut cara saya berhasil mengatasi kecanduan. Belum tentu cocok buat orang lain ya.
Thread.
1. Perbaiki pola istirahat & jam tidur
Kenapa ini paling mendasar? Karena mengatasi kecanduan itu butuh tenaga. Tenaga jadi gampang anjlok kalau pola istirahat & jam tidur berantakan.
Mis: Tidur siang, kurangi begadang, sejam sebelum tidur enggak lihat hp, tiap malam meditasi.
2. Cari atau bikin support system
Teman yang memberi semangat, teman yang juga lagi berusaha mengatasi kecanduan, bisa juga online support group, kalau perlu minta bantuan profesional (psikolog, psikiater, dsb).
3. Tiap pingin melakukan kecanduan itu, berlatih hanya menyadari keinginan
Tidak mudah, tapi saya terus berlatih: Sadari keinginan - Jeda - Tidak reaktif melakukannya - Sadari sensasi tubuh yg muncul - Sadari keinginan yg naik turun pasang surut, seperti ombak - Hanya sadari aja
4. Ubah lingkungan
Pelan-pelan berusaha menyingkirkan apapun yang memicu keinginan saya melakukan kecanduan itu.
Contoh: Mengatasi kecanduan makan junk food. Jangan sampe ada makanan junk food di rumah. Atau akses saya untuk mengkonsumsinya, saya bikin sulit banget.
Kecanduan biasanya kita gunakan untuk mengalihkan diri dari perasaan yg gak nyaman. Mis: patah hati, marah sama pasangan, kehilangan seseorg, stres kerja.
Jadi perlu memulihkan batin & ganti candu itu dengan kegiatan yg sehat.
6. Ganti candu dgn kegiatan yg sehat
Pola yg terjadi: perasaan gak nyaman lalu melakukan kecanduan. Candu seolah jadi cara mengatasi perasaan gak nyaman. Padahal itu hanya mengalihkan.
Perlahan ubah pola jadi: perasaan gak nyaman lalu mis: meditasi, jalan kaki, makan buah, dsb.
7. Sadari kondisi2 yg jadi titik lemah melakukan kecanduan, lalu bikin strategi terkait kondisi itu.
Mis: Tiap ke rak snacks di supermarket, selalu beli & di rumah jadi kecanduan ngemil. Maka sebisa mungkin enggak ke rak snacks pas di supermarket.
Bisa juga minta support temen.
Misal dengan dibikin permainan. Bilang ke beberapa temen, saya lagi berlatih mengatasi kecanduan makan gorengan. Kalau saya ketauan makan gorengan, saya wajib bayar 500 ribu ke mereka.
Yang penting, saya menyikapinya sebagai belajar atau latihan. Jadi bertahap. Pelan-pelan.
Enggak bisa saya sekejap langsung berhenti total. Tapi sedikit demi sedikit ada kemajuan lebih baik dalam mengatasi kecanduan.
Dan juga perlu benar2 sadari akibat dari kecanduan.
Sekian.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Seorang temen saya udah lama banget belajar seni teater & bermain peran
Pas kumpul bareng temen, kalau dia cerita, sekalipun itu beneran nyata, kami selalu curiga dia cuma bermain peran. Cuma pura-pura. Tak jarang jadi bahan tawa: Maklum pemain teater :)
"Sekalipun itu beneran nyata, kami selalu curiga dia cuma bermain peran. Kenapa?"
Karena dia udah lama banget belajar seni teater & bermain peran.
Begitu pula mungkin yang terjadi dalam hal: kita suka meragukan cinta & kebaikan orang lain.
Jadi apa yang terjadi setelahnya? Langsung meledak.
Ini yg perlu kita antisipasi mulai sekarang... & cenderung sudah saya perkirakan
Selama awal pandemi & psbb, iya menaati aturan tapi karena kualitas sebagian orang dalam mengelola emosi cenderung belum tepat, cenderung ditekan... maka saat psbb dilonggarkan, jadi bersikap ngawur
Sering menemui keramaian, hanya ikut-ikutan aja apa yang dilakukan banyak orang, tentu akan bikin kita punya banyak teman. Jumlah followers pun jadi bertambah. Seru nan mengasyikkan ya?
Tapi kita jadi asing dengan diri kita sendiri. Terlalu jauh terseret kerumunan.
Kita jadi mirip dengan kebanyakan orang. Serupa massa. Masalahnya, kita jadi kehilangan keunikan. Orang-orang pun akan menganggap kita begitu:
“Tak mengenal, bahkan tak menghargai kita sebagai individu2 dengan keberagaman.
Cenderung memaksa untuk sama. Alergi dengan beda.”
“Tahun 2015, saya jadian sama seseorang. Merancang menua bersama. Namun, setelah menjalani hubungan berdua selama 4 tahun, penuh suka dan duka, akhirnya meski tak kami inginkan, kami pun berpisah.”
“Perpisahan itu saya rasa lebih karena keegoisan saya yg begitu besar. Sampai sekarang, saya terkunci di fase menyalahkan diri sendiri. Ditambah sangat ingin melupakannya, saya sampai melakukan hal2 yg semestinya tak saya lakukan
Gimana cara mengurangi menyalahkan diri sendiri?”
Kita perlu menyeimbangkan menyalahkan diri sendiri dengan pelan2 belajar mencintai diri sendiri.
Menyalahkan diri sendiri itu tak sepenuhnya buruk kok. Hanya perlu diseimbangkan dengan mencintai diri sendiri.
Iya, ini terasa lebih mudah dikatakan daripada dilakukan.