Siapa pengganti presiden Jokowi bila Pilpres dilakukan pada Maret ini, percaya atau tidak itu adalah Anies. Anies Baswedan mendapat nilai tertinggi diantara 17 nama.
Lembaga Indikator Politik Indonesia merilis temuan survei nasional suara anak muda bila dikaitkan pada isu-isu sosial, politik dan bangsa, itu ada dan ditemukan pada sosok Gubernur DKI saat ini.
"Serius survey itu ga curang?"
Bila subyektivitas adalah apa yang kita kedepankan dalam cara berpikir, maka kata curang dengan mudah kita pilih. Kata "curang" langsung mewakili pendapat subyektif kita berdasar "rasan-rasan" (rasa benar) yang selalu kita gunakan.
Sampling itu berdasar peristiwa fakta yakni adanya sebuah kejadian berupa tanya jawab. Ada pihak bertanya, ada pula pihak yang memberikan jawaban.
Pertanyaan tersebut diberikan pada mereka yang menjadi obyek atas survey.
Ada data yang kemudian muncul dalam bukti tertulis. Bukan katanya. Bukan kira-kira atau asumsi. Ada bukti material yang dapat kita indera.
"Kenapa Anies?"
Bisa jadi karena pemilih Jokowi belum memiliki pengganti pasti. Suara para pemilih Jokowi masih belum menemukan sosok tepat siapa sanggup meneruskan apa yang sudah Jokowi mulai dan maka ide 3 periode selalu menarik menjadi cara dalam berbahas.
Mereka masih terpecah dalam suasana tak pasti. Mereka masih terperangkap dalam eforia atas hebat sosok Jokowi.
Itu pun hanya asumsi bukan data.
"Mungkinkah ide 3 periode itu justru adalah cara lawan politiknya menjebak?"
Menjebak Jokowi jelas bukan cara mudah dan maka tak pernah berhasil membuat Presiden Ge-Er. Berkali kali sudah tolakan dia sampaikan pada khalayak. Bahwa yang kini terjebak dan terus bermimpi justru adalah para pendukung
yang terus berusaha menghidupkan wacana itu dengan segala dalilnya, itulah yang kita lihat.
.
.
Itu bisa menjadi cara bagi terpecahnya dukungan pada calon yang seharusnya mirip Jokowi. Gandjar misalnya.
Dan Gandjar pada survey itu menenpati urutan dua setelahnya ada nama Ridwan Kamil, Sandiaga Uno dan Prabowo.
Gandjar terjepit pada raksasa kelompok seberang Jokowi. Tak ada nama memiliki spektrum warna mirip Jokowi dalam 5 besar tersebut kecuali Gandjar.
Artinya spektrum warna Jokowi menjauh dari pilihan anak muda yang ada.
Metode survei yang digunakan simple random sampling sebanyak 206.983 responden yang terdistribusi secara acak. Toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei itu digelar pada 4-10 Maret. Total survei sampel yang berhasil diwawancara sebanyak 1.200 responden warga negara Indonesia berusia 17-21.
"Mungkinkah itu karena PDIP masih gamang antara ingin mencalonkan Puan atau sosok sewarna Jokowi yang masih disimpan?"
Bila nama Erick Thohir dan Tito Karnavian dipaksakan seolah sewarna dengan Jokowi, mereka berdua hanya menempati urutan ke 7 dan 8 dimana perolehan suaranya hanya 1.5% untuk Erick dan 1.2 % untuk Tito.
Diatas mereka ada AHY dengan perolehan 4.1% dan menempati urutan 6. Puan Maharani berada pada urutan 9 dengan perolehan hanya 1.1%.
"Ngaco kali survey-nya? Masa gerbong Jokowi semua nyungsep?"
Sekali lagi, margin of error atas survey yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia ini adalah sekitar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Benar bukan kepastian namun mengabaikan survey ini jelas pongah dan cenderung arogan. Ini harus menjadi introspeksi bagi siapa pun yang berdiri pada barisan Jokowi.
"Mungkinkah karena tak ada tokoh sekaliber Jokowi?"
Percaya atau tidak, Gandjar yang sampai hari ini menjadi unggulan masih tak leluasa bergerak akibat terikat dengan perkara E-KTP yang tak tak pernah dibuat clear. Pun secara eksplisit atau implisit baik Jokowi dan PDIP belum pernah menyebut nama itu.
Menjaring kembali tokoh-tokoh mumpuni, tokoh yang memiliki rekam jejak nyata dan berdedikasi tinggi terhadap NKRI sepertinya harus segera kita lakukan. Memaksakan diri hanya pada nama yang sering disebut, jelas tindakan yang hanya membuang waktu di mana itu tak kita punya.
Demikian pula mimpi Jokowi 3 periode.
Nama2 para pemberani yakni mereka yg terlibat langsung dlm proses reformasi sepertinya layak kita gaungkan kembali. Dulu mereka masih belia & bergelar mahasiswa & maka tak terlihat tampil dalam turut membangun bangsa ini secara langsung.
Dulu tekad kuat dan jiwa militan mereka pada NKRI tak kita pertanyakan, kini tekad kuat yang sama kita minta kembali untuk tampil.
Jangankan ancaman dari mereka yang ingin merubah idiologi seperti apa yang bangsa ini alami beberapa saat terakhir, moncong senjata Orde Baru pernah mengarah padanya pun tak membuat mereka mundur. Itu sudah mereka buktikan.
Orang-orang seperti itulah yang selayaknya kita dorong kembali untuk tampil. Kemarin, bukan mereka tenggelam. Mereka lebih seperti sengaja ditenggelamkan oleh sistem.
Mereka dianggap ancaman dan berbahaya bagi kepentingan segelintir elit karena orang-orang seperti itu cenderung sulit diajak bengkok.
"Kenapa harus kita dorong dan minta? Kalau memang mereka peduli pada bangsa ini, tampil dong??"
Kemarin, suara garangnya sempat kembali terdengar. Lantang Adian Napitupulu dalam kritis terhadap kebijakan Erick Thohir membuat kita ingat bagaimana lantang dia di depan gedung DPR tahun 98 saat menjadi tokoh mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Forum Kota (Forkot).
Meski berasal dari satu partai dengan Presiden, Adian tak segan ketika kritis harus dia ungkap.
Budiman Sudjatmiko, si pintar dan berani ini tak lagi banyak kita dengar setelah yang bersangkutan tak lagi duduk di DPR periode 2019-2024.
RUU Desa pada 2012 adalah salah satu pencapaiannya saat dia menjadi anggota DPR RI. Dia juga dikenal sebagai seorang yang concern dengan ilmu pengetahuan dan teknologi masa depan. Dia adalah ketua umum Inovator 4.0 Indonesia.
Komunitas 4.0 yang dia ketuai ini berisikan akademisi, ahli rekayasa, peneliti, programmer, seniman, dokter yang berhubungan dengan komputasi kuantum, rekayasa genetik, pertanian presisi, kecerdasan buatan, drone, otomatisasi, sumber energi terbarukan, pendidikan,
manajemen talenta, dan sosial budaya untuk memicu lompatan Indonesia menuju Revolusi Industri 4.0. yang juga sedang menjadi arah semua negara di dunia.
.
. wartaekonomi.co.id/read324355/jad…
Budiman terdengar lebih menjanjikan bagi kita ketika mencari sosok pemimpin masa depan atau 2024 nanti, namun sikap diamnya dan tak terlihat ingin berebut pada posisi itu membuat kita juga tak tahu apakah dia mau atau bahkan layak untuk kita calonkan.
Bersama dengan Gandjar, dua kader PDIP ini sepertinya layak mulai kita sebut sebagai penerus Jokowi.
"Lha di survey saja namanya gak nongol koq ngimpi maju to? Emang partai politik ga punya calon sendiri po?"
Jokowi adalah sejarah. Reformasi memberi ruang pada jelata masuk dan duduk pada kursi RI 1. Melalui suara rakyat Jokowi tampil dan maju tanpa dapat dicegah. Tak ada satu kekuatan apa pun mampu mencegah suara dan keinginan rakyat dan itu terbukti pada sosok Jokowi.
Bila rakyat atas rasa inginnya pernah dapat memunculkan Jokowi, kenapa kita ragu hal serupa tak lagi dapat dilakukan?
Atas beredarnya nama-nama capres yang seolah selalu hanya itu-itu terus, selayaknya kita mulai berkaca.
Ada saat di mana kita harus berani lantang bersuara sesuai hati nurani kita. Ini tentang masa depan Indonesia, masa depan anak cucu kita bersama bukan cuma anak cucu mereka para pemilik Partai Politik.
Pernah suatu saat dulu kita kompak bersuara dan menyebut nama Jokowi dan kemudian berhasil, haruskah menyebut nama sosok ideal bagi cara kita ingin masih membuat kita ragu?
Reformasi memberi peluang pada kondisi itu, ya ayo kita gunakan...
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Stunting yakni kurangnya asupan gizi pada anak akan mengakibatkan banyak hal tak baik. Pertumbuhan fisik terganggu demikian juga kemampuan otak. Bila dalam satu negara angka stunting tinggi, masa depan negara tersebut menjadi taruhan.
Indonesia telah berumur 75 tahun. Dibanding Singapore dan Malaysia yang lebih muda, kita justru tertinggal bila perkapita adalah apa yang menjadi acuannya. Memakai tolok ukur yang sama, 1 orang Singapore dapat dikatakan mampu menghasilkan setara dengan hampir 14 orang kita.
Satu orang Malaysia, kita juga harus mengeroyoknya dengan 3 orang.
Stunting kita sebagai bangsa terkait erat dengan faktor sengaja. Bukan karena kita miskin & maka tak mampu memberi gizi baik pada rakyatnya, kita sengaja dibuat dlm kondisi stunting agar kita tak menjadi ancaman.
Sekilas lalu, bangunan tua itu tampak besar dan megah. Ada aura kebesaran sebuah jiwa pernah ingin dilahirkan di sana.
Terlihat seram terasa bukan karena tak ada jiwa, dia menjadi tempat segala hal jahat mendapatkan rumahnya. Hambalang menyimpan misteri dendam jiwa yang marah.
Hambalang pernah digunakan srbagai tempat bagi dimulai, hambalang pula akan dijadikan cara menutup dalam berpanggung.
Secara historis, sebenarnya proyek Hambalang sudah digagas sejak 2003 ketika Kementerian Pemuda dan Olahraga masih berbentuk Direktorat Jenderal Olahraga di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jika ditotal, akan ada 271 daerah yang akan dipimpin oleh Plt kepala daerah mulai tahun depan. Sebanyak 101 kepala daerah pada 2022, dan 170 kepala daerah pada 2023.
Itu setara dengan 53% dari seluruh jumlah Kabupaten & Kotamadya yang ada di Indonesia.
Khusus untuk gubernur, bakal ada 24 jabatan Gubernur yang akan habis masa jabatannya pada 2022 & 17 lagi di 2023. Dan itu setara dengan 70% dari jumlah seluruh Provinsi yang ada di Indonesia.
Aturan yg berlaku, Plt Bupati & Walikota akan dipilih oleh Mendagri dan Plt Gubernur oleh Presiden.
Namun ketika terkait dgn kebijakan yang ada, bukankah dalam penentuan kabinet 2019 yang lalu pak Jokowi juga pernah membuat pernyataan tak boleh ada kebijakan menteri
Dalam sepak bola kita kenal dengan istilah bola liar. Seharusnya, di mana pun bola berada adalah hasil sebuah perencanaan. Hasil dari sebuah strategi atas dibangunnya serangan atau justru tuntutan untuk bertahan.
Bola yang lepas dari rencana akibat satu dan lain hal dan atas kejadian acak di lapangan tak lagi memiliki nilai strategis. Bisa merugikan sekaligus menguntungkan. Bisa jadi gol bunuh diri atau sebaliknya memberi gol.
Bola liar yang sama adalah cerita tentang isu amandemen atas UUD ‘45 yang telah bergulir sejak 2019 silam.
Bermula dari pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pada 13/10/2019, ide itu keluar.
Siapa yang akan diuntungkan atas tak ada pemilu daerah 2022 dan 2023 nanti, jelas partai penguasa atau pemerintah.
Artinya, siapa pun calon Plt Bupati, Walikota dan Gubernur di 2022 dan 2023 nanti sudah bisa ditebak banyak akan berasal dari PDIP atau paling tidak adalah mereka yang sangat dekat.
Itu baru dari satu sisi. Kecil dan bukan poin utama. Ada yang jauh lebih besar. Yang jelas, itu akan mengubah peta persaingan perebutan kekuasaan pada 2024 nanti.
Ketika kamu lelah, istirahatlah. Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, bukalah lebih lebar pintu hatimu dengan apa itu makna teman.
Ketika penat melanda pikiranmu, ketika semua peristiwa tampak seolah menyatu dalam rumit tumpang tindih jejak yang lagi mudah diurai, mundurlah.
Seperti ketika kita berada dalam pusaran air, di sana, hanya ada dinding berputar tertampak dan kita lalu terjebak pada pengulangan dan pengulangan. Selalu dan selalu, dan hanya peristiwa-peristiwa itu saja yang hadir dalam putaran waktu kita dan kita merasa hilang.