Insya Allah, saya akan membahas hikmah 24 dari kitab al-Hikam karya Ibn 'Atha'illah as-Sakandari.
ما توقف مطلب أنت طالبه بربك ولا تيسر مطلب أنت طالبه بنفسك
Saya mohon retweet dari para sahabat dan pembaca untuk menyebarkan ilmu.
Terima kasih
Tidaklah sulit suatu keinginan, kamu meraihnya bersama Tuhanmu; dan tidaklah mudah suatu keinginan, kamu meraihnya dengan dirimu sendiri.
1. Setiap manusia memiliki keinginan (mathlab) dalam hidupnya. Dalam hal ini, Ibn 'Atha'illah menjelaskan dua cara dalam mendapatkan keinginan. Pertama, orang berusaha mendapatkan keinginan bersama Allah. Kedua, orang berusaha mendapatkan keinginan dengan kemampuan dirinya.
2. Ketika manusia berusaha mendapatkan suatu keinginan bersama Allah maka ia akan merasakan kemudahan. Sebaliknya ketika manusia berusaha mendapatkan suatu keinginan dengan kemampuan dirinya maka ia akan merasakan kesulitan.
3. Sekarang Anda bisa membayangkan seorang laki-laki yang ingin punya anak dengan dirinya sendiri. Tentu Anda akan mengatakan bahwa laki-laki itu tidak mungkin bisa mendapatkan keinginannya (seorang anak) dengan dirinya sendiri tanpa peran seorang perempuan.
4. Sebab peran seorang perempuan, laki-laki itu bisa mendapatkan keinginannya (seorang anak) dengan mudah dan menyenangkan. Jika kehadiran nanusia saja bisa membuat usaha mendapatkan keinginan jadi mudah dan menyenangkan maka Anda mengetahui bagaimana dengan kehadiran Allah?!
5. Pertanyaannya, bagaimana cara manusia meraih suatu keinginan bersama dengan Allah?
6. Saya akan membuat sebuah analogi. Saya minta Anda memahaminya dengan pelan-pelan. A ditelpon oleh B agar datang ke rumahnya untuk menerima sejumlah uang. Setelah itu, A bergegas ke rumah B untuk menerima sejumlah uang dari B.
7. Sementara itu, C menyadari kalau dirinya sedang tidak punya uang sama sekali. Lalu ia pergi ke rumah B untuk meminta sejumlah uang dari B.
8. Peristiwa A datang ke rumah B dimulai dari rencana B ingin memberi A sejumlah uang. Sebab itu, kedatangan A di rumah B adalah rencana B sendiri. Selain itu, kedatangan A di rumah B merupakan sikap responsif.
9. Peristiwa C datang ke rumah B dimulai dari rencana C ingin meminta sejumlah uang kepada B. Sebab itu, kedatangan C di rumah B bukan rencana B melaikan rencana C sendiri. Selain itu, kedatangan C di rumah B merupakan sikap aktif.
10. Dalam hal ini, A pergi ke rumah B bukanlah rencana A sendiri melainkan rencana B. Sebaliknya, C pergi ke rumah B adalah rencana C sendiri. Jadi, Anda harus membedakan dengan teliti kedatangan A ke rumah B dan kedatangan C ke rumah B.
11. Harus diingat bahwa A datang ke rumah B tanpa rencana dan hanya mengikuti rencana B. Sebaliknya C datang ke rumah B dengan rencananya sendiri.
12. Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh manusia di hadapan Allah seperti apa yang dilakukan oleh A dan C di depan B. Sebagian orang melakukan tindakan seperti A. Sebagian lagi melakukan tindakan seperti C.
13. Contoh kongkritnya seperti ini. X menyadari kalau Allah hendak memberinya rezeki. Sebab itu, X bekerja untuk menyambut rezeki dari sisi Allah. Dalam hal ini, X bekerja sebagai sikap responsif karena ia mengikuti rencana Allah (memberi rezeki).
14. Sebaliknya, Y menyadari kalau dirinya memiliki kemampuan. Sebab itu, Y bekerja agar Allah memberi dirinya rezeki. Dalam hal ini, Y bekerja sebagai sikap aktif karena ia mengikuti rencananya sendiri (mencari rezeki berdasarkan kemampuan dirinya).
15. Sekarang, saya minta Anda membedakan dua macam orang di hadapan Allah. Pertama adalah kaum arif yang bersikap responsif karena mereka memulai amal dari memandang rencana Allah. Kedua, orang awam yang bersikap aktif karena mereka memulai amal dari memandang diri mereka.
16. Secara lahiriah, para sufi dan orang awam tidak berbeda. Namun bila dicermati dengan seksama maka Anda bisa memahami perbedaan mereka dari bagaimana mereka memulai amal dalam kenyataan.
17. Para sufi memulai amal mereka bukan dengan melihat kemampuan diri mereka tapi mereka memulai amal dengan menyaksikan apa yang Allah lakukan kepada mereka (rencana Allah). Sebab itu, mereka dikatakan bersandar kepada Allah.
18. Orang awam memulai amal mereka dengan melihat kemampuan diri mereka dan menyusun rencana amal sebagai usaha mereka untuk mendapatkan keinginan mereka. Sebab itu, mereka dikatakan bersandar pada amal.
19. Para sufi tidak lagi memandang kemampuan diri mereka. Mereka justru fokus kepada apa yang hendak Allah lakukan kepada mereka (rencana Allah). Mereka menunjukkan sikap terbuka dengan rencana Allah kepada mereka.
20. Di hadapan Allah, orang awam sibuk memandang kemampuan diri mereka dan memikirkan apa yang mereka akan lakukan (rencana mereka). Sebab itu, mereka menunjukkan sikap tertutup dengan rencana Allah kepada mereka.
21. Para sufi bersikap responsif dan terbuka dgn apa yg Allah hendak lakukan kpd mereka (rencana Allah). Sedangkan orang awam bersikap aktif dan tertutup dgn apa yg mereka akan lakulan di hadapan Allah. Dalam hal ini, sikap responsif dan aktif tampak sama dalam kenyataan.
22. Jika manusia ingin meraih keinginannya bersama Allah maka ia tidak disibukkan apa yang hendak ia lakukan (rencananya) tapi ia fokus kepada apa yang Allah hendak lakukan kepadanya (rencana Allah). Dengan begitu, manusia bersikap terbuka terhadap pertolongan Allah.
23. Jika manusia ingin meraih keinginannya dengan kemampuan dirinya maka ia sibuk dengan apa yang ia akan lakukan (rencananya). Dengan begitu, manusia bersikap tertutup terhadap pertolongan Allah.
24. Sekian dulu pembahasan hari ini. Semoga pembahasan ini bisa mencerahkan para followers dan pembaca. Terima kasih bagi yang berkenan retweet untuk sebarkan ilmu.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Surat az Zariat 20-21).
Secara pribadi, saya memandang ayat itu menjadi tiga kategori. Pertama adalah ayat qauliyah (الآية القولية). Kedua adalah ayat kauniyah (الآية الكونية). Ketiga adalah ayat nafsiyah (الآية النفسية). Saya melihat ketiga ayat melahirkan beragam pengetahuan pada masa sekarang ini.
Ketika umat Islam mempelajari ayat qauliyah maka muncul disiplin ilmu tafsir dan sebagainya. Ketika mereka mempelajari ayat kauniyah maka muncul ilmu fisika dan sebagainya. Sedangkan ketika mereka mempelajari ayat nafsiyah maka muncul ilmu tasawuf dan sebagainya.
Insya Allah, saya akan membahas hikmah 205 dari kitab al-Hikam karya Ibn 'Atha'illah as-Sakandari.
إذا التبس عليك أمران فانظر أقثلهما على النفس فاتبعه فإنه لا يثقل عليها ما كان حقا
Saya mohon retweet dari para sahabat dan pembaca untuk menyebarkan ilmu.
1. Ketika dua perkara tidak jelas bagimu, maka lihat yang paling terasa berat bagi nafsu! Ikutilah ia karena tidak terasa berat bagi nafsu kecuali ia adalah benar.
2. Selama ini, kalau kita mendengar kata nafsu maka terbayang dalam pikiran kita sesuatu yang buruk, sesuatu yang selalu mengajak kepada keburukan. Banyanga semacam itu tidak salah. Kali ini Ibn 'Atha'illah ingin menunjukkan kepada kita sisi lain dari nafsu.
Assalamu alaikum wr wb,
Insya Allah saya akan melanjutkan pembahasan sihir dengan judul :
PENGARUH ILMU KALAM DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA DI ERA MELENIAL
Saya mohon bantuan retweet untuk sebarkan ilmu.
Terima kasih
1. Secara umum, ilmu kalam (teologi Islam) mempelajari tentang dasar-dasar agama Islam berdasarkan dalil-dalil nakli dan akli. Sebab itu, ilmu kalam sering disebut juga ushuluddin (dasar-dasar agama) atau ilmu tauhid.
2. Seorang ahli ilmu kalam disebut mukallim (teolog muslim). Dalam konteks pemikiran Islam, terdapat banyak mutakallim. Bahkan setiap paham pemikiran Islam memiliki banyak mutakallim.
Suatu ketika istri bertanya kepada saya,"Bagaimana kita harus menghadapi kematian?" Saya tidak menjawab secara langsung kepadanya tapi saya membuat sebuah analogi sepasang kekasih. Mereka berdua tidak meragukan cinta satu sama lain. Mereka berdua sudah berpacaran satu tahunan.
Suatu hari, sang laki-laki mengajak kekasihnya untuk menikah. Namun, sang perempuan tidak mau memberikan jawaban. Sebenarnya perempuan itu tidak berani menerima ajakan kekasihnya untuk menikah. Ia pernah melakukan kesalahan sebelum kenal dengan kekasihnya.
Assalamu alaikum wr wb,
Insya Allah nanti malam, saya akan melanjutkan pembahasan sihir dengan judul :
SIHIR : SEBUAH MANUPULASI FAKTA INDRAWI
Saya mohon bantuan retweet untuk sebarkan ilmu.
Terima kasih
1. Sekarang, saya akan melanjutkan pembahasan tentang sihir. Selain itu, saya meminta pembaca untuk membaca pembahasan sebelumnya agar tidak mengalami kesulitan dalam memahami sihir sebagai manupulasi fakta indrawi.
2. Secara rasional, para penyihir Fir'aun tidak mungkin (mustahil) mengubah tongkat dan tali mereka menjadi ular-ular dengan kemampuan mereka. Bahkan Nabi Musa tidak sanggup dengan kemampuan dirinya mengubah tongkatnya jadi ular kecuali dengan peran Allah dalam peristiwa itu.
Assalamu alaikum wr wb,
Seperti permintaan @rihan_azzahra, insya Allah besok, saya akan membahas tentang sihir.
Saya mohon bantuan retweet untuk sebarkan ilmi.
Terima kasih.
1. Kata sihir dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab السحر. Persoalan sihir dapat ditemukan dalam Al-Qur'an seperti dalam kisah Nabi Musa dan Fir'aun. Pembahasan sihir kali ini bersumber pada kisah itu. Semoga pembahasan ini memberikan wawasan bagi para pembaca.
2. Dalam pembahasan ini, saya mengacu pada definisi sihir yang dikemukakan oleh Ibn Faris dalam al-Mu'jam al-Maqayis fi al-Lughat. Ia menjelaskan bahwa sihir adalah mengeluarkan kebatilan dalam bentuk kebenaran.
فالسحر قال قوم هو إخراج الباطل في صورة الحق (إبن فارس)