- Based on True Story -

#HorrorThread

TEROR KEMATIAN

"7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari"
Lanjutan ke-6 dari thread #LembahMisteri

__ A Thread __
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @bagihorror @Penikmathorror | #bacahorror #ceritahorror Image
Jujur ini adalah salah satu cerita yg aku alami dan masih sangat terngiang kengeriannya.

Sambil aku istirahat aku coba cerita kembali suatu kejadian dari Lembah misteri sekitar 15 tahun silam. Jangan lupa gelar tikar dan siapin cemilan hehehe
Kalo sebelumnya aku cerita tentang lingkungan daerah #LembahMisteri dengan segala bentuk kemistisan dan keangkerannya, kali ini aku akan ceritakan salah satu kejadian horor yg masih teringat sampai saat ini.

Buat yg takut dengan hantu pochinki lebih baik baca besok pagi.
- Oke kita mulai -

"Riss bangun!" Suara tiariakan lantang ibu tiap pagi buat aku segera bangun dan sarapan pagi.

Dengan nyawa belum terisi penuh aku langkahkan kakiku menuju dapur.
"Ndang raup, trus tukokno micin" suruh ibuku.

"Cepat cuci muka, lalu belikan micin"

Yasudahlah buru-buru aku cuci muka lalu lari tanpa alas kaki ke warung samping sungai.
Sampai depan warung tiba-tiba

"WERRRRR"

Suara motor kencang sambil membonceng bedongan anak terlihat tergesa-gesa menuju arah kantor desa.

"Sopo maeng Ris? Koyoke ngowo anak sakit?" tanya penjaga warung

"Siapa tadi Ris? Kayaknya bawa anak sakit?"
"Koyoke Cak No ambek mba Nem" jawabku sambil memastikan.

"Kayaknya Cak No dan mba Nem" (nama samaran).

Tak lagi menggubris peristiwa barusan, lanjutlah aku beli micin dan pulang.
Sesampai di rumah aku lihat jam dinding masih pukul 6 pagi.

Karena ini hari minggu, waktu yg sangat aku tunggu buat nonton kartun seharian dirumah temenku. Maklum di rumah belum punya tv waktu itu.
Tak perlu menunggu lama akhirnya sarapan sudah jadi, aku ambil nasi dan lauk tempe sama sambal lalu makan buru-buru biar bisa segera ke rumah temenku.

Selesai sarapan langsung aku tancap pedal sepeda dan menuju tempat kumpul mingguan paling seru pada jamannya. Hahaha
Sepanjang perjalan menuju rumah temanku, entah kenapa orang seperti sedang ramai membicarakan sesuatu.

Tak peduli tentang itu aku kayuh kencang aja sepdaku. Akhirnya sampai juga di tempat nongkrong minggu pagi paling seru. Aku lihat temen geng udah duduk sila melihat Maruko
Tak berselang lama kemudian, kakek temenku datang kerumahnya membicarakan tentang kejadian pagi yang aku lihat saat ke warung.

"Duh, anake Nem gak ketulung." Tutur dia.

"Duh, anaknya Nem tidak tertolong."

Sambil dia menjelakan kronologisnya pagi tadi.
Jadi kakek ini bisa dibilang salah satu yg dituakan di kampung sini.

Dia bilang tadi saat melihat Cak No bawa motor kencang ke arah desa, dia bisa merasakan kalau anak yg dia bawa akan mati.

Entah dia lihat sesuatu yg jelas ceritanya bikin bulu kuduk berdiri seketika.
Benar saja, selang 1 jam kemudian terdengat kabar kalau anak Cak No semata wayang yang masih berumur 6 tahun meninggal dunia.

Sontak acara minggu pagi yg biasa seru berubah jadi sedih. Dan seketika waktu itu, aku pulang ke rumah lalu liat kerumunan orang yg melayat.
Kebetulan rumah Cak No cuma berselang 6 rumah dari rumahku.

Terlihat mba Nem masih syok dan berkali-kali pinsan. Tetangga sekitar dan juga keluargapun ikut menangis.

Singkat cerita semua prosesi pemakaman berjalan lancar, bahkan akupun ikut mengantar sampai ke kuburannya.
Biasa abis dari makam aku mandi untuk membersihkan diri kalo ada tanah makan ikut terbawa.

Setelah itu ya seperti biasa orang-orang bakalan sibuk bantu keluarga duka untuk selamatan sampe 7 hari termasuk ibukku juga membantu.

Tetapi cerita horor itu dimulai sejak hari ini.
Jujur mulai mendekati tengah malem aku agak gimana melanjutkan cerita ini.

Tapi yasudahlah kepalamg tanggung.
Tepat sore hari menjelang jam 5, ibukku sudah beres mandiin adekku yg cewek, panggil aja Nadya. Saat itu dia baru berumur 4 tahun.

Waktu itu aku, ibu, budhe dan nadya main-mainlah di teras rumahseperti biasa.
Tiba-tiba si Nadya noleh ke arah sungai sambil bilang.

"Lho buk Dika kok sik nde kene?" sambil dia menunjuk ke arah sungai.

"Lho buk Dika kok masih di sini?"

Dika itu anak Cak No yg tadi pagi meninggal.
"Huss, opo seh Nad?"

"Huss, apa sih Nad?"

Sahut ibuku sambil melihat ke arah sungai.

Seketika suasana jadi gak enak bakkan budheku langsung mengajak masuk rumah.
Bergegaslah kami masuk rumah ke ruang tamu, tapi sepertinya sosok Dika tadi makin mendekat.

Si Nadya makin nangis kencang sambil menunjuk ke arah pintu yg masih terbuka.

"Ris tutup pintune" suruh ibuku dengan nada panik.
Tangis Nadya makin kencang dan tak henti-hentinya ibu baca Ayat Kursi, bahkan akupun dia suruh untuk ikutan mengaji. Jujur suasana kali itu cukup mencekam sekaligus horor.

Tak lama kemudian terdengar suara adzan dan akhirnya teror hari pertama kali itu selesai.
Nadya pun sudah berhenti menangis dan berangsur tenang. Namun suasana mencekam itu masih sangat terasa hingga kami menjelang tidur.

Dan teror hari pertama pun selesai.
Hari ke-2 kematian Dika kayaknya seperti biasa aja setelah kejadian kemaren sore.

Ibuku seolah melupakan kejadian kemarin dan beraktifitas seperti biasa. Sore hari seperti biasa aku balik ngaji langsung ngajak main si Nadya di teras.
Tiba-tiba tangis Nadya pecah sekencang-kencangnya dan bikin aku panik.

"Bukkk Dika kok masih di sini?" sambil nangis kenceng.

Sontak aku juga ketakutan dan ibukku langsung gendong Nadya buat masuk rumah.
Aku tutp pintu dan kunci sambil mulai baca-baca doa. Aku lihat ibukku ikutan panik dan mulai ambil Al-Quran lalu mulai mengaji.

Jujur hari ke-2 ini lebih mencekam dibanding kemarin. Si Nadya terus menangis sambil ngeliatin ke arah jendela seolah-olah Dika masih ada di situ.
"Kowe lapo rene, emoh aku dulinan Dik!" ucap Nadya sambil nangis.

"Kamu ngapain ke sini, gak mau aku main Dik."

Huhhh jujur ini aku bergidik nyeritain part itu.
Untunglah adzan maghrib terdengar berkumandang. Dan Nadya mulai berangsur tenang kembali.

Dan ibuku langsung ngadu bapak tentang kejadian aneh 2 hari ini yg menimpa Nadya.
Masuk hari ke-3 ibuku mulai waspada dengan teror Dika setiap menjelang adzan maghrib.

Kali ini aku, ibuk, dan Nadya main ke rumah budhe yg cuma berjarak 4 rumah ke depan. Berharap di sana rame banyak orang, sehingga gak begitu menakutkan.
Sudah dari jam 4 sore kita ngumpul di rumah budhe. Sambil senda gurau, ibuku juga menceritakan kejadian 2 hari belakangan yg budheku sendiri ikut mengalami di hari pertama.

Masuk waktu surup (menjelang magrib) kitapun bergegas masuk rumah budhe dan menutup pintu.
Entah saking kencangnya angin atau atau tadi nutupnya tidak rapat, tiba-tiba pintu ruang tapi terbuka lagi.

"Ngeekkkk, brakkk"

Sontak kami semua kaget dan pasti akan ada teror selanjutnya.
Benar saja Nadya yg sebelumnya ceria langsung nangis kejer lagi sambil menujuk ke arah pintu.

Dengan sergap pakdeku langsung menutup pintunya kembali lalu menguncinya.

Namun tangis Nadya tetap belum berhenti. Bahkan makin kencang.
"Emoh Dik, Emoh! Aku emoh dulinan karo kowe."

"Enggak Dik, enggak! Aku gak mau mainan sama kamu."

Sambil menunjuk jendela samping ibuku
Asli waktu kerasa banget seremnya sampe semua horden jendela budheku ditutup.

Dan anehnya tiap adzan maghrib teror itu berhenti. Sambil menunggu keadaan mulai tenang. Akhirnya kami bertiga pulang diantar pakdhe
Sesampai di rumah pakdhe cerita ke bapak, dan bapak marah sama ibuk kalo udah dibilang tiap sore kudu di rumah.

Tutup pindu san jendela sambil mengaji. Ini kita lagi di teror demit (hantu).
Jujur aku gak kuat ngelanjutin ceritanya. Perasaan mulai gak enak asli. Dilanjut besok sore aja deh.

Makin hari terornya makin bar-bar. Masih merinding mau cerita pas hari ke-6.
Oke bentar lagi lanjut ya..

Ini adalah suana kampung pas aku balik 3 bulan lalu. Sekarang udah mulai banyak rumah gedong, meskipun sekitarnya masih hutan dan kebun.

Kebayang kan 15 tahun lalu seperti apa? Jarak rumah masih agak jauh, dan masih banyak rumah bambu dan kayu.
Oke langsung aja kita lanjut ceritanya...

3 hari terakhir semenjak kematian Dika memang bikin suasana di rumahku jadi gak enak.

Bahkan bapakku (bisa dibilang orang pintar) mulai risau juga dengan teror setiap sore yg mengganggu Nadya.
Hari ke 4.

Terlihat masih pagi buta bapak sudah bangun dan bergegas ke belakang.

Dia masuk ke kamar kecilnya (kamar tempat dia menaruh pusaka dan juga barang klenik lainnya), sepertinya mau melakukan sesuatu untuk menangkal teror menjelang maghrib itu.
Tak lama kemudian dia keluar sambil membawa bungkusan kain hitam yg dililit benang, lalu menuju ke arah ruang tamu.

"Ris, ndang gondelono kursine iki?"

"Ris, buru pegang kursinya ini?"

Perintah bapakku sambil menggeser kursi ke arah pintu.
Bapakku langsung naik ke atas kursi dan memaku bungkusan hitam tadi tepat di atas pintu rumah.

Waktu itu jujur aku tidak tanya lebih banyak tentang bungkusan itu. Pokoknya dalam pikirku semoga hari ini teror itu sudah tidak ada.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, akhirnya ibuk menyuruhku untuk menutup semua horden jendela dan juga pintu.

Kali ini kami seperti sudah siap dari awal untuk menghadapi teror itu. Bapakku yg biasa ke kebun balik menjelang maghrib juga sudah pulang lebih awal
Entah kenapa sore itu suasana terasa lebih gelap. Mungkin karena agak mendung dan memang posisi kampung berada di lembah. Bahkan jam 3 sore, matahari sudah tertutup bukit.

Ibuku yg memang cukup taat agamanya sudah mulai mengaji sambil perhatiin aku dan nadya yg sedang bermain.
Tiba-tiba..

"Dak, dak, dak, dak."

Terdengar suara jendela yg menghadap arah sungai ada yg ngetuk cukup kelar.

Bahkan kaca jendela sebelahnya pun ikut getar.
Sontak kami terdiam dan melihat ke arah jendela yg diketuk tadi.

"Bukkk, Dika kok esek ndek kene"

"Bukk, Dika kok masih di sini"

Rengeh Nadya sambil mulai menangis lagi.

"Emoh aku Dik dolanan"

"Gak mau aku Dik bermain"

Ucap Nadya lagi sambil nangis
Sepertinya si Nadya liat kembali sosok Dika dari celah-celah horden yg tidak bisa tertutup sempurna.

Jujur kali ini akupun merasa energi teror tersebut semakin kuat. Soalah jimat yg dipasang bapak tadi pagi tidak berpengaruh.

Malah sepertinya sosok ini terkesan lebih kuat
Jujur ini aku sambil ngetik aja merinding inget kejadian waktu itu.

Melihat Nadya mulai nangis, ibuku langsung narik Nadya dan menggendongnya dengan erat. Kemudian dia bicara dengan suara lantang.

"Lapo awakmu rene? Ojo nggangu anakku. Wes tenango kowe nde kono?"
"Ngapain kamu di sini? Jangan ganggu anakku. Sudah kamu tenanglah di sana (alam barzah)."

Jujur kami sekeluarga tidak bisa melihat sosok itu dan hanya Nadya yg melihat.

Setelah ibuk bicara tadi ke arah jendela, dia langsung membawa Nadya ke kamar kemudian menutup pintu.
Tak lama kemudian adzan marghrib berkumandang dan aku pun merasa lega karena teror ini akan segera berakhir.

Benar saja, setelah adzan berkumandang Nadya sudah berhenti menangis dan tidak ada lagi suara yg gedor-gedor jendela.
Hari ke-5

Ntah kenapa bapakku pagi-pagi buta bangunin aku buat minta tolong ikut ke belakang pekarangan rumah.

Pagi itu suasana masih berkabut dan cukup gelap.

(Video aku ambil kemarin waktu puasa di tanggul sungai samping rumah)
Waktu itu aku nurut aja kata bapak. Dia ambillah daun dan buah pohon Jarak (sebuah tanaman) kemudia minta aku yg membawakan.

Kemudian dia bergegas lagi ambil daun kelor kecil (biasa buat mandiin orang meninggal) lalu kasih ke aku.
Setelah beberapa saat mengelilingi pekarangan dan mengambil beberapa tanaman akhirnya bapak minta semua barang yg aku pegang lalu menyuruhku pulang ke rumah buat segera mandi. Maklum bentar lagi masuk waktu sekolah.
Hari ke-5 ini, bisa dibilang hari keberuntungan kami. Karena sore ini teror tersebut tidak ada.

Sepertinya usaha bapak kali ini berhasil. Sejak abis asyar Nadya tidur pulas di kamar dan baru bangun sesaat sebelum adzan margrib.
Hari ke-6.

Jujur aku mau nulis ini aja masih bergidik mengingat kejadian waktu itu. Bisa dibilang ini adalah puncak teror selama 7 harian ketika kirim doa kepada orang yg meninggal.

Pagi kali ini akhirnya kami sekeluarga sudah mulai merasa lega karena kemarin teror itu hilang
Tapi ternyata tidak, kami semua salah.

Beberapa ucapan Nadya bahkan membuat ibukku gemetar saat itu. Aku sendiri sampe ikutan nahan tangis, karena memang energi waktu cukup kuat.

Seperti biasa setiap sore aku bertugas menutup semua horden dan juga pintu.
Kami cukup lega karena mau menjelang adzan margrib teror itu tidak kelihatan muncul.

Bahkan Nadya pun terlihat masih ceria bermain dengan boneka kesukaannya.

"Dok, dok, dok, dok!"

Suara keras seperti ada yg gedor pintu ruang tamu.
Sontak kami semua noleh ke arah pintu.

Dan ibukku tau ada yg gak beres langsung tarik Nadya dan memeluknya dengan erat.

"Lapo kowe rene maneh?"

"Ngapain kamu ke sini lagi?"

Kata bapakku dengan lantang ke arah pintu.
Bukannya malah berhenti, malah gedoran pintunya semakin kuat. Hingga berkali-kali.

Asli suasana waktu itu bener-bener makin gak karuan. Bener-bener gak nyaman kami berada di ruang tamu.

Bersamaan dengan suara adzan justru gedoran pintu makin kuat hingha mebuat pintu terbuka
"BRUAKKK"

Suara keras daun pintu menghantam tembok. Akupun tidak melihat ada sosak atau angin kencang waktu pintu terdobrak.

Aku yg ketakutan langsung lari mendekat ke ibuk.

Kali ini Nadya tidak menangis tapi malah langsung menatap ke luar pintu.
"Dik kok awakmu nggawe klambi putih koyong pocong?"

"Dik kok kamu pakai baju putih kayak pocong?"

"Emoh aku, emoh aku melok awakmu. Dolinono dhewe."

"Nggak mau aku, nggak mau aku ikut kamu. Mainlah sendiri."

Kata Nadya sambil menatap arah pintu.
Ibukku gemeter dong, sambil megangin erat kita.

Dan Nadya pun terus gelengin kepala sambil bilang "emoh" atau "gak mau"

Asli setelah Nadya bilang gitu suasan udah campur aduk ketakutan, bingung diungkapinnya.
"Wes tenango kowe Dik, ojo ganggu Nadya. Wes cukup anggonmu ndek dunyo."

"Sudah tenanglah Dik, jangan ganggu Nadya. Sudah cukupu buatmu di dunia."

Ceteluk bapakku sambil jalan menuju pintu lalu menutupnya kembali.
Barengan pas ditutup pintu malah Nadya muali nangis kejer menjadi-jadi.

Bahkan sampai terdengar iqomah maghrib tangis Nadya belum berhenti.

Jujur aku sendiri ketakutan karena gak mau Nadya ikutan mati seperti Dika.
Akhirnya ibukku bawa kami ke kamar, dalam kondisi Nadya masih menagis kencang berharap sampai kamar sudah bisa tenang.

Ternyata teror itu ikutan juga sampai kamar. Kali ini giliran jendela kamar yg diketok-ketok tak henti-henti.
Aku sambil meluk Nadya dan ibuk mulai mengaji cukup keras kali ini berharap teror itu segera berakhir.

Dan benar saja suara gedoran di jendela kamar baru berhenti setelah adzan isya selesai.

Jujur 1 jam ini bener-bener mencekam dan menakutkan.
Nadya pun sudah tenang dan tertidur dia. Namun ibuk tetap melanjutkan mengaji di kamar, sedang aku balik ke ruang tamu menemani bapak.

Selang 1 jam kemudian, ibuk keluar kamar dengan panik bilang ke bapak kalau Nadya demam tinggi.
Gak bisa berkata apa lagi, akupun takut kalau jiwa Nadya sudah ikut Dika.

Bapakku bergegas panggil pakdhe sama budhe dan merekapun langsung bergegas ke rumah kami.

Kebetulan mamang budheku suka ikut mandiin jenazah setiap kali ada orang meninggal di kampungku.
Malam itu beneran kami sekeluarga seperti ronda sambil melihat perkembangan Nadya.

Ibukku terus mengaji disampingnya sambil menangis. Sedangkan budheku sibuk mengganti kompres Nadya.
Hari ke-7

Hari ini kami sekeluarga berniat mau menceritakan kejadian ini ke keluarga Cak No. Sebelumnya kami tidak mau cerita soalnya takut melukai hati keluarga yg berduka.

Dengan detail ibukku cerita ke Cak No dan Mba Nem tentang kejadi teror setiap menjelang maghrib.
Mba Nem pun pecah tangisnya ketika ibukku bercerita. Mungkin dia sangat kangen dengan anaknya dan ingat kembali kenangannya.

"Oalah Dik, Ibuk ikhlas kok ditinggal kowe. Sing tenang yo le?"

"Oalah Dik, Ibu ikas ditinggal kamu. Yg tenang kamu nak?"

Ucap mba Nem sambil menangis
Dan setelah mendatangi rumah Cak No, sore ini sudah tidak ada lagi teror itu.

Jujur kali ini suasana di rumah lebih positif. Pakdhe dan budhe pun datang ke rumah memastika Nadya baik-baik saja. Dan alhamdulillahnya, demamnya sudah mulai turun.
Jujur aku ikutan merinding ceritain lejadi hari ke-6. Biar selesai malam ini juga aku persingkat aja ceta selanjutnya.

Hari ke-40 setelah kematian biasanya di kampungku ada selamatan. Ibukku yg trauma akan teror waktu itu sudah lebih waspada.
Kali ini bukan teror lagi, tapi hanya memperlihatkan saja.

Jam 2 siang waktu itu, aku, ibu dan Nadya main ke rumah budhe. Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba Nadya nyeletuk

"Lhoo Dika wes mulih buk!"

"Lhoo Dika sudah pulang buk!"
Walahh kejadian lagi, langsunglah ibukku gendong Nadya dan ngajak kami pulang ke rumah.

Bahkan waktu itu budhe sedang mesangrai kopi langsung dihentikan dan ikut ke rumah kami.
Sesampainya di rumah, langsung aja aku tutup semua horden dan juga pintu.

Tapi kali ini sudah tidak ada lagi teror itu. Di hari ke-100 dan 200 pun Nadya selalu melihat penampakan Dika. Dengan bilang hal yg sama Dika sedang balik ke rumahnya.
Terakhir, ini ibukku lupa kalo hari ini hari ke-1000 kematian Dika. Dia mikirnya masih besok.

Yasudahlah kami bertiga pergi ke tempat bulek di dusun sebelah. Sesampainya di sana bulek malah ngajak ke kebun deket sungai A (sungai lahar Semeru yg cukup angker).
Rencananya bulek mau petik cabai dan juga daun singkong. Karena Nadya gak mau ditinggal di rumah akhirnya dia ikut juga ke kebun.

Eh ternyata si Dika nyapa lagi adek ku pas di kebun.
Belum seberapa lama sampai dan metik cabai, tiba-tiba Nadya nyeletuk sambil memandang arah sungai

"Lapo kowe ndek kene Dik? Gak moleh a?"

"Ngapain kamu di sini Dik? Gak pulang emang?"
Bulekku keheranan

"Sopo mba iku? Gak ketok lho aku"

"Siapa mba itu? Gak leiatan lho aku"

Tanya keheranan bulekku ke ibuk.

Tanpa pikir panjang lebar ibukku langsung gendong Nadya dan langsung ngajak pulang
Bahkan yg awalnya mau petik daun singkongpun gak jadi.

Akhirnya kami bertiga langsung balik ke rumah dan prepare seperti biasa. Tapi kali ini sepertinya tidak ada teror lagi.

Mungkin Dika hanya menyapa saja ketika dia mau balik ke rumahnya saat hari selamatan.

- TAMAT -
Mungkin ini salah satu pengalaman hororku yg paling keinget selama tinggal di #LembahMisteri. Ada banyak cerita horor lain yg mungkin selanjutnya akan aku bahas.

Bahkan setiap aku pulang kampung, aku selalu nanya sama bapak seputar desa dan juga klenik jawa. Yaudah bobo dulu.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Night Owl Story

Night Owl Story Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @nightowlstory

6 Aug 20
Udah lama gak lanjutin thread horror #LembahMisteri. Kali ini aku bakalan lanjutin cerita tentang salah satu hutan angker di belakang rumah. Kejadian ini menimpa bapakku hingga membuat geger sekampung di malam hari. @ceritaht #ceritahorror

Sebelum lanjut bantu retweet & like :)
Karena ini malem jumat kliwon sebaiknya buat yg suka parnoan mendingan dibaca besok siang
Oh iya sambil aku pesen makan malam dulu, buat yang belum baca tentang cerita "Lembah Misteri" bisa baca di link berikut. Karena Alas Gemprahan ini lanjutan yg ke-5.

Read 62 tweets
29 Apr 20
- Based on True Story -

#HorrorThread

TEMPURAN &
KUNTILANAK MERAH

"Temu hilir, pisah hulu"
Lanjutan ke-4 dari thread #LembahMisteri

__ A Thread __
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @bagihorror @Penikmathorror | #bacahorror #ceritahorror
Awalnya aku mau cerita tentang kegoblokanku sendirian ke air terjun untuk hun ting foto.

Tapi akhirnya aku putuskan untuk cerita kejadian yang masih berhubungan dengan thread sebelumnya. "KROMOLEO".

Ini adalah cerita tentang ritual mandi malam yang gagal karena bertemu sosok "Kuntilanak Merah".
Read 77 tweets
25 Apr 20
- Based on True Story -

#HorrorThread

--KROMOLEO--

"Hantu Iring-Iringan Jenazah"

Sebuah pertanda buruk bagi yang melihatnya.

Lanjutan ke-3 dari thread #LembahMisteri

__ A Thread __
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor| #bacahorror #ceritahorror
Sambil nunggu sahur kita lanjutlah cerita kejadian horror di Lembah Misteri.

Biar nyambaung jangan lupa baca thread sebelumnya

JAMAAH TAK KASAT MATA
Oke langsung aja kita mulai ceritanya.

Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2004 beberapa bulan sebelum bencana tsunami Aceh.

Aku masih ingat kala itu aku baru naik kelas 4SD.
Read 45 tweets
24 Apr 20
- Based on True Story -

#HorrorThread

“JAMAAH TAK KASAT MATA”

Mereka yang tetap ada meski raga tiada.

Lanjutan dari thread #LembahMisteri

__ A Thread __
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor| #bacahorror #ceritahorror
Buat yang belum baca thread "Lembah Misteri", sebaiknya baca lebih dahulu untuk lebih mendalami ceritaku.

Oke kita lanjut lagi ya threadnya. Kalian akan kuajak merasakan kehidupan damai di desaku hingga cerita horornya mulai aku naikkan intensitasnya. Kali ini aku pilih sebuah mushola tempat aku dulu belajar mengaji.
Read 112 tweets
22 Apr 20
- Based on True Story -

Dari semua pengalamanku yang akhirnya aku coba tulis kembali untuk berbagi.
#HorrorThread

“Lembah Misteri”

Tempat kelairanku yang penuh misteri.

__ A Thread __
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor| #bacahorror #ceritahorror
Aku akan coba ceritakan kembali kejadian-kejadian horor yang pernah aku dan keluargaku alami.

Mungkin kalau ada susunan alur yang kurang mengalir, mohon maklum. Sambil berjalannya waktu semoga ini akan jadi cerita utuh yg runut.
Ini adalah cerita tentang semua kejadian horor di desaku. Sebuah desa subur,di lembah yang asri tapi menyimpan banyak misteri.

Masih berfikir bagaimana dulu orang pertama membabat hutan dan tinggal di sini.
Read 53 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(