Diosetta Profile picture
16 Aug, 95 tweets, 15 min read
JEJAK GHAIB ALAM MERAPI

Di cerita ini saya mencoba mengangkat mitos desa ghaib di gunung merapi yang sering menjadi perbincangan para pendaki.

saya upload nanti sore ya..
@bacahorror
@bagihorror
@qwertyping
@IDN_Horor
@ceritaht
@HorrorTweetID

#bacahorror #diosetta
sori post ulang, tadi belum bentuk thread...
Bantu retweet ya, biar rame sambil nunggu naskah proklamasi dibacain...
JEJAK GHAIB ALAM MERAPI

Gunung Merapi … Sebuah mahakarya dari sang maha pencipta yang berdiri kokoh dengan keangkuhanya.
Ini kedua kalinya aku mencoba menakhlukan gunung ini , setelah sebelumnya aku gagal karna sebuah gangguan yang membuatku tersesat ke sebuah desa.
Ketika mendengar rencanaku untuk mendaki gunung merapi sekali lagi , Rama dan Yanto memaksa untuk ikut menemaniku. Mereka merasa bertanggung jawab membawaku ke puncak gunung ini.
“Danan.. nih pegang “ Sebuah HT dan handphone satelit diserahkan oleh Rama kepadaku.
“ Opo to iki ? niat banget kalian” tanyaku yang sedikit heran.
“wis pegang wae , kamu kan sensitif… jadi kalo amit-amit terjadi apa-apa kita kita ga akan kehilangan kamu lagi. Liat nih, aku sama Rama juga pengang” Ucap Rama meyakinkanku.
“Wah.. perhatian banget kalian , tenang aja.. aku udah semakin memperdalam ilmu batin , harusnya kali ini tidak ada halangan yang berarti.” Balasku mencoba menenangkan mereka berdua.
“Iyo.. kita percaya kok, tapi dari kejadian dulu kami belajar , tidak satupun gunung yang bisa diremehkan , semudah apapun pendakianya kita harus bersiap sesuai prosedur” Jelas Yanto.
Kami tidak memperpanjang perbincangan kami lagi dan segera melakukan registrasi di pos dan mulai memasuki jalur pendakian. Terlihat juga beberapa pendaki juga sudah memulai pendakian mendahului kami.
Sepanjang awal pendakian kami membicarakan tentang masa lalu semasa kuliah. Ternyata walaupun sudah berpisah mereka masih sering janjian untuk melakukan pendakian, namun sudah tidak se extreme dulu.
Selangkah demi selangkah kami lalui , kondisi jalur pendakian gunung merapi memang didominasi dengan jalan menanjak dan bebatuan. Kami sampai di shelter pertama saat maghrib. Walupun belum terlalu lelah ,
kami tetap berhenti untuk menyempatkan waktu untuk beristirahat dan menunaikan kewajiban kami sebagai makhluk ciptaan Yang Maha Kuasa.
Matahari mulai terbenam , langitpun mulai terlihat gelap kami melanjutkan perjalanan dengan penerangan dari lampu senter.
Selama perjalanan tidak ada halangan yang berarti sampai setelah melewati pos pertama Rama yang berjalan di depanku terlihat terhenti.
Memang daritadi aku merasa ada yang aneh , entah mengapa sepanjang perjalanan terasa sepi .
Tidak ada suara jangkrik atau binatang malam maupun pendaki lain.
“ Rama , Kenapa berhenti?” Tanya Yanto memastikan keadaan Rama di depan..
“i… itu apa Danan?” Ucap Rama dengan suara yang bergetar.
Aku berlari menyusul Rama… rupanya dihadapan Rama berdiri sesosok makhluk hitam besar membelakangi kami. Ia menoleh dan memamerkan matanya yang merah dan taring yang keluar dari mulutnya.
Segera aku mengambil posisi terdepan dan mendahului Rama dan mendekat ke arah makhluk itu, namun makhluk itu menghilang tanpa jejak seperti asap.
“Danan… gimana?“ Rama menanyakan kondisi di depan padaku.
“Nggak.. ga papa , mungkin Cuma penunggu hutan ini..” Jawabku yang memang belum tahu persis tentang apa yang aku lihat.
Kami melanjutkan perjalanan, namun entah mengapa aku merasa setelah kejadian tadi jalur yang kami lewati semakin gelap, Lebih gelap dari biasanya.
Bahkan senter kamipun tidak dapat menerangi seluruh jalan.
“Danan… Bener ini jalanya?” Tanya Rama yang masih mengikuti dari belakang.
“Harusnya bener .. toh daritadi ga ada jalan lain…” Jawabku.
Walaupun jalan yang kami lewati sudah sesuai rute , namun entah mengapa kami terhenti di hadapan sebuah hutan tanpa ada jalan setapak seperti biasanya.
“Rama.. jalan setapaknya habis di sini, berarti kita harus masuk hutan itu?” Tanyaku pada Rama.
“Iya Danan.. dulu kita emang lewat hutan sedikit, tapi kok kayaknya beda sama yang sebelumnya ya?” Jawab Rama kepadaku.
“Ya sudah gantian aku di depan, mungkin aja aku inget” Yanto menawarkan diri untuk berjalan di depan memandu kami.
Semenjak memasuki hutan suasana menjadi sangat berbeda , cahaya bulan hampir tidak bisa masuk ke hutan ini. Hanya penerangan dari senter kamilah yang membantu kami untuk mencari jalan.
Kami berjalan menelusuri gelapnya hutan , tapi entah mengapa perjalanan kami terasa lama sekali tanpa ada tanda-tanda ujung dari hutan ini..
“Danan… kamu ga merasa ada yang aneh?” Tanya Rama padaku.
“Iya.. kita udah jalan lama , tapi kenapa ga ketemu ujung dari hutan ini ya?” aku setuju dengan Rama.
“Emang kamu tau kita diisengin apa ngga?” Kali ini Yanto mencoba memastikan padaku.
“Kalau ada yang iseng kita aku pasti sudah sadar.. tapi memang aneh, di Gunung yang biasanya banyak makhluk ghaib, di hutan ini malah tidak ada sama sekali” Ceritaku pada kedua temanku itu.
Kami menyudahi perbincangan kami dan mulai berjalan lagi, entah berapa jam perjalanan hingga lampu senter kami mulai meredup.
Saat diselimuti rasa lelah kami mulai merasa gelisah, angin dingin yang berhembus merubah suasana hening ini menjadi semakin mencekam.
“Api… itu ada api Danan” Ucap Yanto yang melihat sepercik cahaya dari dalam hutan yang masih cukup jauh.
Kami merespon ucapan Rama dan mempercepat langkah kami.
“Yanto.. tunggu” semakin dekat dengan nyala api itu, perlahan aku mencium bau yang cukup aneh.
“Ke.. Kenapa Danan “ Tanya Rama.
“Bau melati… hati-hati” Jawabku dengan singkat.
Terlihat mereka memahami maksudku dan mulai melangkah dengan hati hati.
Saat kami sudah mulai dekat aroma melati itu semakin pekat , cahaya api yang kami lihat semakin dekat.
Namun bukanya berasal dari api unggun rupanya api itu berasal dari beberapa batang lilin yang ditengahnya terdapa bunga dan kemenya yang di susun seperti sesajen.
“Danan… Danan… Apaan ini?” Yanto merasa takut dan terjatuh ke tanah.
“Ini Ritual klenik .. Berarti seharusnya ada pelakunya di sini.” Aku menoleh ke sekeliling , namun hutan ini terlalu gelap.
Sebelum sempat menemukan sesuatu, terdengar langkah kaki mendekat dari balik cahaya lilin tersebut.
Dari dalam kegelapan terlihat sesosok makhluk kurus berambut panjang merayap menjilati bunga-bunga yang disajikan di sana. Seolah menyadari kehadiran kami , ia menengadahkan kepalanya dan melirik kami dengan matanya yang hitam.
“A.. Apaan itu Danan!” Teriak Yanto yang ketakutan.
“Demit Alas To… tapi pasti ada yang manggil makhluk itu ke sini, lebih baik kita pergi” Ucapku pada Rama.
Belum sempat melangkah , terdengar suara seseorang dari belakang makhluk itu.
“Sampeyan ora iso lungo…” (kalian tidak bisa pergi)
Saat ini aku mulai merasakan bahaya , Demit – demit yang aku lihat sepanjang jalan dan bahkan yang memakan sesaji ini belum ada yang membuatku gentar.
Namun saat suara itu terdengar, situasi di hutan ini berubah semakin mengerikan.
(Dukk…) Suara sebuah benda jatuh di dekat Yanto.
Ia menoleh kearah benda yang jatuh tak jauh dari tempat ia terduduk. Tanganya mencoba meraihnya namun iya mengenali tekstur yang ia pegang.
Penyesalanya sudah terlambat, saat ini sebuah kepala manusia tergenggam dikepalanya dan mulai menoleh ke arah Yano.
“to.. long….”
.. Suara itu terdengar dari kepala dengan wajah yang penuh luka yang sudah membusuk,
matanya yang bolong sudah dipenuhi oleh banyak sekali belatung.
“Danan... Kepala Danan… ini kepala ” ucap Rama yang refleks melempar benda itu.
Namun rupanya semua tidak berhenti sampai disitu. Yanto menunjuk pada sesuatu di atas pohon dekat kami.
Aku melihatnya dan memperhatikan sekeliling.
Hutan yang tadi kami lewati dengan hening, kali ini dipenuhi dengan mayat-mayat yang tergantung terbalik di atas pohon.. tidak hanya satu, namun hampir di seluruh pohon di sini tergantung mayat dengan tubuh yang tidak utuh lagi.
“Gila.. hutan apa ini” aku berusaha tetap tenang sambil mencoba membacakan ayat-ayat suci dan mantra pelindung untuk melindungi kami dari niat jahat makhluk di sekitar kami.
“Keluar kamu! Tunjukan wujudmu… “ Tantangku kepada makhluk yang berbicara tadi.
Bukanya menampakan diri bayangan makhluk itu malah terlihat menjauh ..
“Ora perlu… aku wis entuk siji…” (tidak perlu.. aku sudah dapat satu) Samar-samar terdengar suara makhluk itu meninggalkan kami
“Rama… Rama dimana ?” Tanyaku pada Yanto yang masih panik.
Kami mencari ke sekeliling.
“Tadi dia di sini , ga jauh dari kita…. “ Kali ini ia semakin panik dan segera menghubungi dengn HT yang ia bawa, namun tetap tidak ada jawaban.
Tak sedikitpun petunjuk keberadaan Rama terlihat di dekat kami.
Sebaliknya mayat-mayat yang tadi tergantung di atas pohon mulai berjatuhan dan merayap ke arah kami.
“ To..long… Tolong”
Aku mencoba membacakan doa-doa penenang untuk menenangkan demit wanita yang merayap ke arahku. Namun Yanto terlihat panik.
Puluhan mayat mulai merayap ke tubuhnya.
“Tolong Danan…. “ Teriak Yanto.
Aku membatalakan niatku dan berdiri menarik Yanto untuk berlari, namun Mayat-mayat itu terus berjatuhan dari atas pohon dan bermunculan dari gelapnya malam.
“Ssst… Kesini” Suara seorang wanita terdengar dari salah satu sisi hutan.
Kami menoleh, Terlihat seorang perempuan bersembunyi di balik pohon memanggil kami.
Tak ada pilihan kami berlari ke arahnya, Namun sebelum sempat sampai,
Wanita itu berlari menjauh seolah meminta kami mengikutinya.
Benar saja, jalur yang ia tunjukan sama sekali tidak diganggu oleh mayat-mayat itu.
Kami berlari dan terus berlari hingga akhirnya kami sampai di mulut hutan. Kami berhenti namun terlihat wanita itu terus berlari.
Kami mengikuti arah larinya dengan perlahan dan disana terlihat sebuah desa kecil.
“Danan.. Yanto… Kesini!”
Seseorang memanggil kami , itu adalah suara Rama.
Kami segera menghampirinya dan mengecek keadaanya.
“Rama.. kamu ga papa? Gimana kamu bisa sampai sini?” Tanyaku pada Rama.
“itu.. waktu terpisah dari kalian aku ketemu mbak itu, dan dia ngajak aku ke sini” Jelas Rama.
Kami memperhatikan desa itu , nampak rumah-rumah kayu jaman dulu mendominasi bangunan di desa ini.
“Mas… mau ke puncak ya? “ tiba-tiba terdengar suara seorang bapak menghampiri kami.
“I.. iya pak , bener lewat sini jalurnya pak?” Aku menjawab pertanyakaan bapak itu.
“Biasanya jarang ada yang lewat sini , tapi saya juga heran.. kenapa malam ini jadi banyak yang lewat desa ini ya?” Bapak itu bertanya kembali.
Aku menceritakan semua yang terjadi termasuk mengenai makhluk yang kami lihat di hutan tadi.
Bapak itu hanya mengerutkan dahi menunjukan rasa simpatiknya.
“Ya sudah.. mas-masnya istirahat dulu aja di sini, bahaya kalau kemaleman… lagipula kemungkinan mas-masnya juga sudah diincar” Ucap bapak itu.
Kami duduk di salah satu selasar rumah warga dan meminum air perbekalan kami untuk menghilangkan rasa lelah.
“Mas.. sini “ terdengar suara seorang perempuan memanggil kami. Rupanya itu adalah suara perempuan yang memandu kami keluar dari hutan.
“Eh mbak.. tadi terima kasih ya sudah memantu kami keluar dari hutan” Ucap Rama membuka pembicaraan.
“Iya mas gapapa.. udah biasa, ini sabtu kliwon biasanya para pencari ilmu menjadikan hutan itu untuk mencari tumbal” Jawab perempuan itu
Kami saling menatap,
salah sedikit kamilah yang akan jadi tumbal para pencari ilmu itu.
“Udah.. ayo ke balai desa, tadi habis ada acara… ada temen-temen masnya juga disana”
Setelah berbicara , wanita itu segera memandu kami menuju balai desa.
Benar , disana terlihat para pendaki yang tadi sudah berjalan mendahului kami. Mereka sedang berbincang dengan beberapa warga desa sambil menikmati suguhan yang disajikan warga.
“Monggo mas… istirahat dulu disini “ ucap salah seorang warga desa yang menyambut kami.
“Njeh pak.. matur nuwun.. Terima kasih” kami segera mengambil posisi duduk seadanya di sekitar warga itu.
“Buk.. ini ada tamu, mbok yo disuguhin apa gitu…” perintah orang itu kepada istrinya.
“Sudah pak ga usah repot-repot, kita sudah bawa perbekalan kok”
Ucapku kepada bapak itu.
“Halah.. gak repot kok, tadi juga habis ada acara banyak makanan yang sisa kok” Ucapnya.
Kami melihat sekitar, memang terlihat ada panggung dan alat musik tradisional di sana seolah selesai mengadakan acara.
Mataku berpandangan dengan pendaki yang sudah datang duluan dan mengangguk sekedar memberi salam.
“Habis ada acara apa to pak? “ Tanyaku penasaran.
“Biasa… pementasan tari, hampir setahun dua kali kami mengadakan pementasan ini.” Jelas bapak itu.
Tidak ada sound sistem, hanya alat musik tradisional yang usang yang terlihat di sekitar panggung. Aku berjalan-jalan dan memperhatikan panggung dan orang-orang di sekitar balai desa.
“Monggo , diicipin seadanya… “ Tiba-tiba istri dari warga desa yang menyambut kami datang dengan membawa sebuah nampan berisi makanan dan teh hangat.
“Kebetulan… stok airku udah habis , diisi teh anget cocok nih” Rama segera mengambil kendi berisi teh dan mengisi botolnya.
“ Heh.. yang sopan kamu!” Ucap Rama sambil memukul lengan Rama yang dengan cepat dihindari oleh Yanto.
“Ya sudah.. dinikmati dulu ya, saya tinggal dulu” ucap warga desa itu.
“Njih.. terima kasih banyak pak” Jawabku.
Aku menghampiri Rama dan Rama untuk segera duduk dan memikirkan mengenai kejadian di hutan tadi. Rama dan Yanto masih sibuk membicarakan hal yang tidak penting.
Sambil melihat kekonyolan mereka aku bermaksud memakan suguhan yang disajikan warga tadi.
Namun semua itu terhenti oleh seorang wanita yang muncul menghampiri kami.
“Jangan dimakan…” ucap wanita itu dengan menatapku sejenak dan segera pergi meninggalkan kami.
Samar-samar aku mengingat wajah wanita itu. Tidak pasti… tapi aku rasa aku pernah melihatnya.
Wajah Wanita itu sama persis dengan wajah mayat wanita di hutan tadi yang sempat kudoakan.
“Rama.. Yanto… Kita pergi dari sini. “
Kali ini aku yakin ada yang tidak beres juga dengan tempat ini.
“Kenapa emang Danan… kita istirahat dulu lah ngemil dulu sedikit” Ucap Rama sambil mencoba mengambil kue yang disuguhkan.
Aku segera menepuk tanganya hingga kue itu terjatuh dari tanganya.
“Udah nurut aja…” Kali ini aku memaksa menarik mereka dan mengenakan ransel kami masing masing.
Kami berjalan dengan cepat ke arah yang berlawanan dengan hutan. Melihat kepergian kami warga tadi segera menghampiri kami.
“Lah mas.. mau kemana? Kok buru-buru” Tanya bapak itu.
“Maaf pak.. kami harus segera mengejar puncak sebelum fajar “ Jawabku.
“Istirahat dulu mas, santai dulu ngemil dulu.. nanti masih ada pementasan lagi” ucap bapak itu.
“Pementasan apa to pak malam malam begini” tanya Rama penasaran.
“Biasa.. penyambutan warga baru , tadi sudah.. harusnya habis ini masih ada tarian lagi, itu mbaknya sudah siap” Bapak itu menunjuk ke arah perempuan yang menuntun kami ke desa. Namun kali ini ia sudah berdandan cantik dengan pakaian penarinya.
Tanpa banyak bicara aku menarik Rama dan Yanto memaksa mereka untuk pergi.,
“Ngapunten ya pak… teman kami sudah kebelet” teriak Rama yang mengikutiku dengan terpaksa.
Sepanjang perjalanan aku membacakan doa-doa dan ayat suci.
Kami berjalan sambil sering mengabsen satu sampai tiga agar tidak ada lagi yang tertinggal atau malah bertambah.
Setelah lama berjalan akhirnya kami sampai di jalur yang dikenal. Terlihat juga beberapa pendaki lain di depan kami.
“Danan… udah aman nih, jelasin ke kita kenapa tadi buru-buru” Tanya Yanto yang masih penasaran.
“Tadi itu hampir aja… itu desa ghaib, kalau tadi kalian makan makanan yang disuguhin bisa-bisa kalian ga bisa keluar dari desa itu” Ceritaku kepada mereka.
“Yang bener kamu Danan… ga mungkin, tadi aja ada pendaki lain yang bareng kita kan?” Protes Rama yang mulai terlihat pucat.
“mereka sudah terlanjur makan suguhan warga di sana, sekarang mereka sudah dianggap warga desa itu… makanya dibuat penyambutan” Jelasku sekali lagi.
Yanto terlihat lebih pucat dari Rama, tubuhnya terlihat gemetar sambil mencoba mengeluarkan botol air yang sudah diisi teh hangat dari desa itu.
Saat botol itu dibuka tercium bau amis yang sangat menyengat seperti bau darah hewan yang sudah membusuk , dan tidak hanya itu..
satu persatu belatung mulai keluar dari cairan amis di botol milik Rama.
“Hoeeek…. “ Yanto terlihat tak mampu menahan rasa mualnya.
Segera aku menutup hidungku dengan kain dan membantu Rama membuang cairan itu dan mencuci botolnya dengan tanah dan membacakan doa untuk menghindari makhluk halus yang tergoda dengan minuman dari desa ghaib ini.
“Danan.. berarti pendaki tadi ga bisa diselametin” Tanya Rama padaku.
Aku hanya menggeleng , namun Rama masih tidak terima.
“Bukanya kamu punya ilmu batin, kalau kita paksa mereka melepaskan pendaki itu gimana?” Tanya Rama.
“Percuma, mereka itu penduduk asli sini .. kitalah yang pendatang , sekarang pendaki itu sudah menjadi warga desa ghaib itu dan hidup bersama mereka.. tidak ada yang bisa kuperbuat , setidaknya dengan kemampuanku saat ini” Aku mencoba menjelaskan kondisinya pada Rama.
“Berarti seandainya ada orang yang lebih hebat mereka bisa diselamatkan?” tanya Rama sekali lagi.
“Mungkin bisa, saat kita turun kita sampaikan kejadian ini pada juru kunci , seharusnya ia mempunyai wibawa yang cukup untuk meminta pendaki itu kembali”
Rama mulai mengerti , dan Yantopun sudah mulai tenang.. kami melanjutkan untuk berjalan kembali dan memutuskan membuka tenda di pos pasar bubrah bersama pendaki lainya.
“Danan.. katanya pasar bubrah juga angker, katanya ada pasar ghaib gitu ya?”
Tanya Rama yang mulai jadi penakut karena kejadian tadi.
“Iya.. tapi hari ini bukan pasaranya , tenang aja” Jawabku menenangkan mereka.
Kami beristirahat dan menghabiskan sisa malam untuk tidur di tenda dan memasang alarm menjelang subuh untuk segera menjemput puncak merapi yang gagal kugapai beberapa tahun lalu.
Pagi mulai datang, sebelum alarm berbunyi suara para pendaki lain sudah lebih dulu membangunkanku.
Terlihat Rama dan Yanto juga berusaha keras menahan rasa kantuknya. Kami bersiap untuk memulai pendakian di medan yang berbatu.
Kami bersiap mendaki Gunung Anyar untuk mencapai puncak Merapi.
Aroma belerang mulai tercium dengan udara dingin yang selalu berasap. Hingga akhirnya kami sampai di puncak dimana terdapat tempat datar yang cukup luas tepat di bawah puncak garuda.
Tepat saat matahari terbit sebuah pemandangan yang luar biasa terlukis di hadapanku, Kemegahan gunung-gunung terindah di Jawa tengah terlihat dari sini.
Indahnya Gunung Sindoro, Sumbing, Pegunungan Dieng, dan Gunung Slamet terlihat di horison barat,
Megahnya Gunung Merbabu yang dapat dilihat di sebelah utara ,
dan Gunung Lawu di sebelah Timur yang terlihat berdiri kokoh.
Sungguh sebuah Keagungan ciptaan Yang Maha Kuasa yang tidak henti-hentinya kukagumi.
Seolah seluruh medan berat dan perjalanan yang mencekam tidak lagi berarti setelah melihat semua ini.
“Danan Sini.. aku fotoin!” Teriak Rama padaku.
Aku menghampiri mereka , dan berpose tepat di bawah puncak Garuda sebuah batu yang dulunya berbentuk seperti burung garuda yang hancur pasca erupsi tahun 2010 lalu.
Kami beberapa kali berfoto sambil mengibarkan bendera Merah Putih, sebuah kebanggaan atas keindahan Alam yang dimiliki oleh Bumi Pertiwi ini.
“Ram.. nanti fotonya cetakin yang banyak ya” Pintaku pada Rama.
“Buat apaan? Sejak kapan kamu jadi narsis begitu” Tanya Rama yang penasaran.
“Mau aku kirim ke kenalanku di Desa Windualit, mereka yang nolongin aku waktu dulu gagal ke sini” Jelasku pada Rama.
Rama mengerti dan mengangguk tanpa bertanya lagi.
Setelah puas beraktivitas di puncak , kami segera turun mengikuti alur pendaki lainya.
Dengan jalur yang terang, hampir tidak ada halangan untuk melewati jalur untuk turun.
Sesuai rencana kami , kami mampir ke pos registrasi dan menceritakan kejadian kami di desa ghaib.
Rupanya kejadian ini pernah terjadi beberapa kali. Beberapa fotocopy KTP ditunjukan kepada kami untuk mengidentifikasi pendaki yang kami ceritakan.
Kami menunjukan yang kami ingat dan apabila 1x24 jam pendaki itu tidak kembali mereka akan meminta tolong “Juru kunci” untuk mencarinya.
Baru saja mendapat sinyal, suara handphoneku berbunyi.
“Woi Danan… Ning ngendi to kowe? Susah banget di telpon”
Itu adalah suara Cahyo rekan kerjaku di pabrik gula milik Pakleku.
“hehe.. di merapi ora enek sinyal , maaf ya…” jawabku pada cahyo.
“Merapi? Ngilmu opo meneh kowe? “ (merapi? Nyari ilmu apa lagi kamu?) Tanyanya dengan heran.
“Halah.. ora, iki lho bareng konco-koncoku kuliah”(Halah.. ini lho bareng teman-teman kuliahku)
“Yowis, nek wis beres ndang bali.. cepet balik, Ini di pabrik gula ada masalah lagi, aku sama Paklek butuh bantuan” Jelas Cahyo.
Aku mengiyakan perkataan Cahyo, jika Cahyo sudah meminta tolong berarti ia benar-benar kesulitan.
Rama dan Yanto terlihat berkeliling mencari sarapan, setelahnya kami berpisah dan kembali ke aktivitas kami masing-masing.
Aku cukup senang, setidaknya walaupun cukup sibuk, mereka rela menyempatkan waktu untuk memanduku ke indahnya puncak Gunung Merapi yang tidak akan pernah mungkin kulupakan.

(Selesai)
Catatan :

Sebenarnya saya berniat upload cerita ini di tanggal 17 agustus , hanya sekedar untuk mengingatkan ditengah banyaknya masalah negeri ini yang mengecewaan kita

masih ada ribuan alasan untuk kita tetap mencintai tanah air kita ini..
terkadang kita perlu meninggalkan gadget kita dan pergi menjelajahi negeri ini untuk bertemu orang-orang baik di tiap daerah yang kita kunjungi , Indahnya alam negri ini yang mampu membuat kita merasa takjub , serta orang-orang hebat yang menjaganya..
Terakhir dari saya, Selamat merayakan hari kemerdekaan 17 agustus 1945 (besok), mohon maaf apa bila salah kata (atau salah ketik) atau ada cerita saya yang menyinggung...

semoga menghibur dan selamat membaca

#ceritahorror #siosetta

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Diosetta

Diosetta Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @diosetta

11 Sep
JAGAD SEGO DEMIT
Part 6 - Pusaka

Upload habis maghrib ya... santai aja bacanya, setelah ini tinggal 1 part lagi

@IDN_Horor
@bagihorror
@bacahorror
@qwertyping
@ceritaht
@horrornesia

#ceritahorror #diosetta Image
Jagad Segoro demit
Part 6 - "Pusaka"
Buto.. Demit ras raksasa dengan kekuatan fisik yang konon dapat memindahkan bangunan dengan tenaganya saat ini berkumpul dengan jumlah yang mengerikan di depan mata kami.
Read 80 tweets
10 Sep
HIDDEN TREASURE
Side story yang hanya bisa didapat dengan cara-cara khusus namun tidak mempengaruhi inti cerita utama yang saya share di Twitter (biar sama2 happy 😁)..

Cerita ini sebagai apresiasi untuk pembaca yg rela menyisihkan uang jajanya untuk mendukung di @karyakarsa_id Image
Gending Alas Mayit - Babak Kapisan

Cerita mengenai masa muda Mbah Rusman saat menghadapi Gardapati di gelombang pertama Gending alas mayit

Terdapat di :
- buku cetak
- E- Book karyakarsa
- bonus E-book senandung sedu vol.3
Senandung lirih rembulan malam

Kelanjutan kisah cinta Nandar dan Rani dalam bentuk sitkom atau cerita ringan

Terdapar di :
- E-book karyakarsa
Read 7 tweets
9 Sep
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 5 - Hutan Diujung timur.

Sudah mulai memasuki klimaks.. habis maghrib sudah bisa dinikmati

@ceritaht
@bagihorror
@bacahorror
@IDN_Horor
@qwertyping
@horrornesia Image
Terima kasih untuk yang udah unlocked di @karyakarsa_id , ditunggu bonusnya nanti malam..
Jagad Segoro Demit… itu hanyalah salah satu semesta dari ribuan semesta yang tidak pernah bisa kita ketahui jumlah pastinya.

Tempat itu adalah asal muasal dari siluman atau pun demit yang kadang mengambil tempat di Semesta ini.
Read 94 tweets
6 Sep
WIDARPA DAYU SAMBARA

Dapet salam dari yang mau diceritain nanti malam..

Btw saya Note dulu ya :
Ini kayaknya ga bisa disebut cerita horror

tapi semoga bisa menjawab rasa penasaran tentang asal usul demit edan satu ini & Nyai Suratmi

ilustrasi by : Indra @illustnasi Image
Diupload habis maghrib ya...
PART 1 - WIDARPA DAYU SAMBARA

Suara deru peperangan telah berlangsung selama tujuh belas hari.
Read 444 tweets
4 Sep
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 4 -Tiga Pendekar

Part kali ini endingnya ga ngegantung.. jadi dipastikan malam ini kalian tidur nyenyak

saya up habis maghrib biar malming kalian gak sendu..
@bacahorror
@qwertyping
@ceritaht
@bagihorror
@IDN_Horor
@horrornesia

#ceritahorror
Biar lebih seru , sebelum baca ini baca part 3nya dulu..
Yuk lanjut... buat kalian yang punya jiwa penari, jangan kebawa suasana ya 🙈
Read 63 tweets
2 Sep
Jagad Segoro Demit
Part 3 -"Ular"

Setelah menceritakan mengenai kemunculan "Ludruk topeng Ireng" Cahyo segera menyusul Danan...

diupload nanti habis maghrib ya

@IDN_Horor
@ceritaht
@qwertyping
@bagihorror
@bacahorror

#ceritahorror #diosetta Image
Buku cetak untuk trilogi pertama sudah ready di shopee dan tokopedia ya..

semua pemesanan sudah dapet Greet card yang udah ada tanda tangan 😁 Image
“Ular”
Desa Bonoloyo, sebuah desa yang terletak di sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Timur yang masih asri dengan hutan-hutan hijau yang mengelilinginya.
Read 84 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(