Diosetta Profile picture
28 Aug, 90 tweets, 12 min read
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 2- Pertapa Desa Srawen

Cahyo harus berurusan dengan Nyai Jambrong, bagaimana dengan Danan?

Setelah maghrib saya upload biar bisa malam mingguan sama Danan.

@bacahorror
@bagihorror
@IDN_Horor
@qwertyping
@ceritaht
@horrornesia

#diosetta #horror
Jangan lupa baca part 1 nya dulu ya
PERTAPA DESA SRAWEN
Kalian pernah dengar tentang santet yang menghabisi satu desa? Terdengar mustahil bukan?
Memang… tapi kenyataanya saat ini aku sedang berada di sebuah kota yang terletak di Jawa Timur untuk mencari tahu tentang masalah itu.
Entah mengapa akhir-akhir ini banyak yang meminta bantuan Paklek mengenai kejadian-kejadian ghaib yang memakan banyak korban. Bahkan saat inipun Cahyopun sedang diminta tolong oleh Paklek untuk membantu sekeluarga yang tinggal di dalam hutan.
Pak Karyo, salah satu teman lama Paklek meminta pertolongan untuk mengecek mengenai kejadian di kampung srawen yang berada di sebelah kampungnya. Saaat ini aku sudah tiba di rumah Pak Karyo dan sedang menunggu kedatanganya yang sedang menjemput seseorang dari desa tersebut.
Sebuah mobil angkutan umum berhenti di depan rumah, terlihat Pak Karyo turun dari sana bersama seorang pemuda yang terlihat cukup lusuh.
“Wah mas Danan.. sudah datang to? Di tunggu sebentar ya kami bersih-bersih dulu sambi saya siapin minuman” Ucap Pak Karyo yang buru-buru menghampiriku.
“Njih Pak..” Aku mengangguk mengiyakan , Namun perhatianku tertuju pada luka di lengan pria yang datang bersama Pak Karyo.
Luka itu terlihat tidak wajar.

Pak Karyo mengantarkan orang tersebut untuk membersihkan diri dan segera keluar kembali ke teras dengan membawa beberapa gelas teh hangat dan makanan kecil.
“Maaf ya Mas Danan, tadi pagi saya diinfokan oleh teman saya yang supir angkutan umum katanya ada orang yang dateng ke Desa Srawen.. Dan ternyata benar, tadi kami nemuin dia tertidur di tengah-tengah desa “ Jelas Pak Karyo.
Sepertinya benar, sesuatu terjadi pada orang itu sampai meninggalkan luka di lenganya.
Tak lama menunggu, pemuda itu keluar setelah membersihkan badanya.
Pak Karyo mencoba menjelaskan kejadian yang terjadi di kampung srawen hampir setengah tahun yang lalu kepada pemuda yang bernama Mas Dimas itu.

Sebenarnya tidak ada yang tau pasti apa yang terjadi pada Kampung Srawen.
Tempat itu termasuk desa kecil yang jarang didatangi orang luar sehingga apapun yang terjadi di sana jarang ada yang tau.
Sampai suatu ketika, warga yang melewati gerbang ke Kampung srawen mulai mencium bau yang amat menyengat.
Beberapa warga mulai curiga dan menghampiri ke sana dan ternyata mereka menemukan hal yang mengerikan. Seluruh warga kampung Srawen sudah tergeletak tak bernyawa di berbagai tempat dengan jasad yang hampir membusuk.
Sama sekali tidak ada yang tahu apa penyebabnya , hasil otopsi tidak menemukan keanehan apapun di jenazah warga.
“Tapi pak… benar, semalam aku bertemu dengan Bapak dan sempat mengobrol”
Mas Dimas berusaha meyakinkan kami soal kejadian semalam mengenai dirinya yang sempat bertemu dengan ayahnya di desa itu.
Bukanya menjawab, Pak Karyo menoleh kepadaku seolah meminta jawaban atas pertanyaan Mas Dimas.
Aku mencoba menjawab dengan kemungkinan yang kutahu.
“Mas Dimas… mungkin yang terjadi semalam adalah usaha dari roh ayah Mas Dimas yang ingin menyampaikan sesuatu…” Jelasku.
“Hm… bila benar, mungkin mengenai adik saya Rumi. Bapak meminta tolong agar saya menyelamatkan Rumi” Ucap Mas Dimas mencoba mengingat kejadian yang dialaminya semalam.
“Baik.. saya akan berusaha mencari tahu tentang adik Mas Dimas ,
sebelumnya boleh saya melihat lengan Mas Dimas…”
Aku mencoba memeriksa tanganya terlihat bekas luka gigitan, jelas ini bukan luka yang disebabkan oleh hewan atau binatang melainkan dari jenis siluman yang berbahaya.
Segelas air putih yang kubacakan doa yang diajarkan oleh Paklek kutuangkan di bekas luka tersebut. Terlihat wajah Mas Dimas berusaha menahan sakit yang perlahan muncul.
Satu persatu belatung keluar dari bekas luka di kulitnya.
Tapi semua itu hanya sebentar dan luka ini terlihat segera mengering.
“Sepertinya masnya berurusan sama siluman yang cukup berbahaya ya?” Ucapku padanya.
Ketika menyadari kemampuanku , Mas Dimas sudah tidak ragu lagi untuk bercerita.
Ia mencertiakan mengenai kejadian semalam saat tiba di kampungnya.
Saat tiba di kampung srawen kemarin malam, ia disambut oleh ayahnya dan sempat berbincang-bincang, walaupun sebenarnya ia sudah merasa aneh dengan tidak melihat adanya warga lain di luar.
Saat sudah malam dan tertidur , sesosok pocong membangunkan Mas Dimas dan menyuruhnya pergi. Dan lebih dari itu di sepanjang jalan dan bangunan di kampung srawen bergelimpangan jasad pocong yang tidak terhitung jumlahnya.
Yang mengerikan setelahnya , siluman berwajah wanita tua dengan ekor dan sisik buaya keluar dari sumur dan menyerangnya. Namun sepertinya Dimas ditolong oleh sosok yang seperti ayahnya ke sebuah gubuk tua di belakang rumah.
Di situ ayahnya Dimas meminta tolong untuk menyelamatkan adiknya Rumi yang kemungkinan masih hidup.
Setelahnya Mas Dimas dibangunkan oleh Pak Karyo dan tersadar bahwa kampung srawen sudah menjadi kampung mati.
Aku yang mendengar cerita Dimas mencoba mengingat-ngingat , hal apa saja yang bisa menyebabkan satu desa mati mengenaskan.
“Pak Karyo, bila tidak merepotkan, besok tolong antarkan saya ke sana.. Kemungkinan desa Mas Dimas menjadi korban ilmu hitam.
kita coba cari petunjuk.
Terutama soal adik Mas Dimas yang masih ada kemungkinan selamat” Ucapku pada Pak Karyo yang segera sepakat untuk mengantarkan kami besok.

…..
.....

“Mas Danan… Ini Rumah saya, saat datang ke sini Bapak sempat membuatkan saya kopi dan berbincang-bincang di teras” Cerita Mas Dimas masih dengan raut wajahnya yang sedih tepat di depan rumahnya.
“Yang Kuat ya mas… saya akan berusaha menyelamatkan adik Mas Dimas” Aku berusaha menguatkan Mas Dimas dan segera mengajak mereka masuk ke dalam.
Rumah Mas Dimas terlihat sudah lama tidak ditempati, namun gelas kopi seperti yang diceritakan Mas Dimas memang masih ada di sana.
“Ini kamar saya Mas Danan.. tempat saya didatangi pocong itu” Ucap Mas Dimas sambil membukakan kamarnya.
Aku memperhatikan ke seluruh sudut kamar dan sesuai perkataan Mas Dimas, di penglihatanku ada sesosok pocong yang melayang di pojok kamar. Saat ini makhluk yang diceritakan mas di Mas Dimas itu tidak menunjukan wujudnya ke Pak Karyo dan Mas Dimas yang bersamaku.
“Mas Dimas.. punya teman yang namanya Janu?” Tanyaku pada Mas Dimas setelah selesai berkomunikasi dengan makhluk itu.
“Punya Mas Danan.. dia teman baik saya dari kecil” Jawabnya.
“Pocong yang kemarin mengusir Mas Dimas adalah Janu… dia tidak mau Mas Dimas menjadi korban juga” Aku menceritkan tentang maksud pocong itu.
Mendengar itu wajah sedih Mas Dimas semakin jelas terlihat. Ternyata walau sudah tidak satu alam , orang-orang di desa itu tetap menjaga dirinya.
“Pak Karyo.. yang menguburkan jasad warga di sini siapa?” Tanyaku pada Pak Karyo.
“Saya menguburkan beberapa jasad, termasuk orang tua Mas Dimas.. sisanya dikuburkan oleh beberapa orang relawan yang bekerja sebagai seniman jalanan di kota.. Memangnya kenapa Mas Danan ?” Pak Karyo penasaran.
“Kalau Mas Dimas melihat warga desa berwujud pocong, kemungkinan tali pocong warga yang dikuburkan belum dilepas.. yang saya takutkan jika ini adalah kesengajaan” Jelasku pada Pak Karyo .
“Yang bener mas? Mereka memang relawan yang datang saat melihat kejadian ini.. saya kira karena mereka memang mengharapkan uang imbalan, tidak lebih” Pak Karyo mulai merasa panik.
“Hanya kemungkinan pak.. mungkin setelah ini kita coba cari orangnya , dan apabila memang kelalaian, besok kita minta mereka membantu lagi untuk membukakan tali pocong dari jasad yang mereka kuburkan.”
Sebenarnya bukan hanya itu informasi yang disampaikan oleh hantu teman Mas Dimas ini. Ia juga menceritakan mengenai sesuatu yang ada di sumur desa yang mengakibatkan ini semua terjadi.
….
Suara alunan mustik terdengar di tengah hiruk pikuk lalu lintas di pinggir jalan. Terlihat beberapa pria sedang menari sesuai alunan nada itu dengan sebuah kardus yang berisi recehan berada di depanya.
“Itu Mas Dimas.. kemarin mereka yang membantu menguburkan Jasad di Kampung Srawen” cerita Pak Karyo.
Kami segera menghampiri mereka untuk menanyakan perihal hal tadi.
Menyadari keberadaan Pak Karyo, mereka menghentikan tarianya dan segera menyambut kami.
“Eh, Pak Karyo… sampai jauh-jauh ke sini, ada yang bisa kami bantu?” Tanya salah seorang pemuda yang masih mengenakan kostum penarinya.
Kami menceritakan soal kejadian yang dialami Mas Dimas dan dugaan mengenai tali pocong yang kemungkinan tidak dilepas.
Para penari itu saling menatap seolah menyetujui sesuatu.
“Begini Pak Karyo , saat menguburkan jasad itu kami sudah melepaskan tali yang terikat sesuai dengan prosedur pemakaman..
namun memang kami merasa ada yang aneh karena ada ikatan lain dari benang berwarna hitam di beberapa jasad” Jelas mereka.
Mendengar penjelasan mereka kami jadi semakin bingung, satu-satunya cara adalah membongkar kembali kuburan itu dan memakamkan dengan layak.
“Begini saja mas.. bagaimana kalau besok mas bantu kita untuk ke kuburan menunjukan kuburan mana yang ada keanehan ? Biar kita kuburkan kembali dengan layak?” Aku mencoba meminta tolong kepada mereka.
“Njih mas… besok akan kami bantu , kami ikut bertanggung jawab atas permasalahan ini”
Aku yang mendengar jawaban mereka cukup tenang, sepertinya tidak ada niatan jahat dari orang-orang ini dengan jasad yang mereka kuburkan.
Setidaknya masalah mengenai pocong yang bergentayangan di desa sudah mendapat titik terang.

…..
.......
Hari sudah mulai malam , sepulang perjalanan tadi kami beristirahat di rumah Pak Karyo sekaligus mengisi perut untuk persiapanku nanti malam untuk mengecek benda yang berada di dalam sumur.
“Pak Karyo.. saya ijin kembali ke kampung srawen ya, biar saya sendiri saja… karena kemungkinan malam ini akan berbahaya” Pamitku pada Pak Karyo.
Awalnya Pak Karyo khawatir, namun setelah penjelasan yang cukup panjang akhirnya Pak Karyo bisa mengerti. Sayangnya Mas Dimas tetap memaksa untuk ikut.
“Mas Danan.. apa benar adik saya masih hidup?” Tanya Mas Dimas saat mulai memasuki desa.
“Saya belum tau mas.. tapi mungkin setelah malam ini kita bisa mengetahui sesuatu.”

Malam semakin larut, kami memasuki sebuah kampung mati yang sangat gelap tanpa penerangan selain dari cahaya bulan. Aku berjalan dengan hati – hati.
Semakin dalam , bau menyengat seperti bangkai menusuk indera penciumanku.
“Mas Danan.. I Itu mas!”
Dimas menunjuk pada sebuah jendela di pintu rumah dengan kaca yang pecah.
Sesosok Makhluk yang terbungkus kain kafan dengan kulit wajah yang membusuk terlihat sedang memandangi kami.
“Mas Dimas tenang.. Mereka itu roh yang belum tenang, bukan peliharaan orang jahat yang beniat mencelakai.
Yang perlu kita khawatirkan itu sesuatu di dalam sumur” Jelasku padanya.
Sesuai cerita Mas Dimas, saat ini kampung ini sudah dipenuhi oleh makhluk serupa yang kemungkinan adalah warga desa yang belum tenang. Kami berjalan menuju sumur dengan penuh kewasapadaan.
“GGGrrre… kowe ora usah ikut campur” (kamu tidak usah ikut campur) terdengar suara mengeram dari arah belakang rumah Dimas.
Perlahan muncul kepala berwajah wanita tua dengan rambut panjang, bibirnya yang robek memamerkan lidahnya yang terbelah dua dengan ekor seperti buaya muncul dari dalam kegelapan.
“Hati-hati mas… Itu makhluk yang menggigit saya… “ ucap Mas Dimas yang mulai ketakutan.
Aku berdiri di depan dimas, berjaga-jaga untuk menghadapi serangan makhluk itu. Sebuah mantra pelindung kurapalkan untuk melindungi Mas Dimas dan bergegas ke arah makhuk itu.
Belum sempat mencapainya , aku terhenti dengan sesosok makhluk berbaju hitam yang berjalan bungkuk dengan mata dan lidahnya yang berwarna hitam pekat. Anehnya aku tahu, makhluk itu bukan demit.. tapi manusia.
Sambil merayap kearahku , ia merapalkan mantra-mantra yang sama sekali tidak kukenal

Perlahan pandanganku menjadi buyar, benda seperti kabut yang berwarna hitam mengelilingi tubuhku dan memmbuatku kesulitan mempertahankan kesadaran.
Tidak cuma itu, kabut itu mulai menginggalkan luka di kulitku.
Ajian Muksa Pangreksa kurapalkan untuk menghalau kutukan ini.. namun butuh waktu untuk menyembuhkan lukaku.
“Hati-hati Mas Danan..! “ Suara Dimas memperingatkanku akan adanya serangan dari siluman buaya yang mengarah ke arahku.

Tidak sulit untuk menghindarinya, namun kutukan yang terus terucap dari manusia yang kuduga sebagai majikan atas siluman ini terus menyerangku.
Aku membacakan sebuah mantra di kepalan tanganku dan melontarkan ajian lebur saketi sebuah ilmu pukulan jarak jauh kepada siluman buaya itu dan membuatnya terpental.

Melihat hal itu manusia bermata hitam itu menghentikan rapala mantranya kepadaku.
“Hebat… Nanging durung cukup kanggo nglawan aku” (Lumayan.. tapi belum cukup untuk melawanku) ucap orang itu.

Mendengar suara makhluk itu Mas Dimas mendekat kepadaku seolah mengetahui sesuatu.
“Mas… Mas Danan… Orang itu.. sepertinya bapak pernah menceritakan tentang orang itu”

Mas Dimas mencoba mengingat.

“Topo Ulo.. Sesepuh kampung ini yang menjadi dukun ilmu hitam” Jelasnya.

Mendengar ucapan itu, makhluk bermata hitam itu menoleh ke arah Dimas.
“Ora Mungkin.. kabeh manungsa ning kampung srawen wis mati. Piye carane kowe iso urip” (Tidak mungkin, semua manusia di kampung srawen sudah mati. Bagaimana carany kamu bisa masih hidup?) Ucap Dukun itu.
Mendengar pertanyaan itu sekarang kami yakin, dialah yang menghabisi warga kampung srawen.

Dukun itu mencoba mendekat, namun mantra pelindung yang kupasang untuk melindungi Dimas berhasil menghambatnya.
Ia mencoba membacakan mantra lagi namun segera kutahan dengan sebuah pukulan yang mengacaukan rapalanya.

Rupanya selain menguasai ilmu hitam Dukun ini juga memiliki ilmu bela diri yang tidak lemah.
Ketika siluman buaya itu mulai menerjang untuk membantu dukun itu, aku membuat pertahanan untuk menghadapi seranganya.

Pertarungan mulai tidak seimbang ketika siluman buaya itu menahanku dan dukun yang disebut Topo Ulo itu membacakan kutukanya lagi.
Sekali lagi kabut hitam mulai merasuki tubuhku hingga menimbulkan luka yang lebih dalam.

Beruntung yang ditugaskan oleh PakLek adalah aku, seandainya Cahyo yang ke sini… mungkin ia akan kewalahan jika harus menghadapi kutukan sekuat ini.
Setelah berhasil mengjaga jarak , aku menarik keris ragasukma dari sukmaku dan menahan serangan lengan siluman buaya itu hingga terputus.
Melihat hal itu Dukun itu juga menarik kerisnya dan menyerangku.
Dua buah hantaman keris pusaka saling beradu membuat sebuah guncangan.

Beberapa kali serangan kami beradu hingga sebuah tendangan dari dukun itu berhasil membuatku terpental.
“Ilmuku belum sempurna, setelah tumbal terakhir diselesaikan kita akan bertemu lagi di medan perang” Ucap dukun itu yang bersiap pergi, mungkin ia yang tak mau menyia-nyiakan kekuatanya.
Sebuah tabir asap hitam menutupi tubuh Dukun yang dipanggil dengan nama Topo Ulo itu. perlahan tubuhnya lenyap bersamaan dengan asap yang menutupinya.

Itu adalah ilmu lintas alam yang tidak bisa dikuasai dengan mudah bahkan oleh orang sehebat paklek.
Kepergian Dukun dan siluman itu membuatku bergegas mencari sesuatu di dalam sumur. Sebenarnya aku udah menduga santet apa yang digunakan untuk menghabisi nyawa seluruh penduduk desa.
Dengan tambang yang kami bawa, aku menuruni sumur yang berbau sangat busuk dengan pijakan batu di dindingnya.

Terlihat gumpalan kain basah mengambang di dalamnya. Aku segera mengambilnya dan menarik ke atas.
Sesuai dugaanku, setumpuk beberapa bagian tulang belulang dibungkus dalam sebuah kain.

Dan aku semakin yakin ketika terlihat tulang ini berwarna merah pekat hampir menghitam.
“Mas Dimas.. Apa mungkin , seluruh warga di desa ini memiliki garis keturunan yang sama?” Tanyaku pada Mas Dimas.
“mungkin mas, dulunya seluruh tanah di kampung srawen milik leluhur saya. Kampung ini terbentuk dari pembagian tanah yang dibagi-bagi ke anak cucunya.. memangnya kenapa Mas Danan?” Jelas Dimas padaku.
“Santet ini dirapalkan melalui perantara tulang belulang satu orang tumbal dan hanya menghabisi mereka yang memiliki hubungan darah dengan tumbal itu…” Jelasku pada Dimas
“Lalu kenapa saya bisa selamat mas? Apa karena saya jauh dari desa ini” Tanya Dimas yang semakin bingung.
“Untuk itu saya juga belum tau… mungkin juga ada hubunganya dengan Adik Mas Dimas yang masih hidup”
Kami bersiap untuk kembali ke rumah Pak Karyo , namun entah mengapa sayup-sayup terdengar suara musik gendang.
Hampir sama seperti yang dimainkan oleh seniman jalanan tadi siang. Aku menoleh ke arah sekitar namun tidak menemukan apapun.
Saat perjalanan meninggalkan desa, perasaan tidak nyaman muncul seolah ada seseorang yang memperhatikanku dari tempat yang jauh.
Tidak mungkin tidak ada apa-apa dengan perasaan semengerikan ini.
Aku menoleh ke belakang mencoba memastikan sekali lagi. Samar-samat terlihat Jauh di dalam desa di atas sebuah bangunan yang cukup tinggi berdiri seorang pria lengkap dengan baju penari.
Tapi entah.. dari jauhpun terlihat jelas bahwa wajahnya sama sekali bukan wajah manusia.
Terlihat empat buat bola mata terpasang diwajahnya yang tidak dilapisi kulit , bahkan hidung dan bibirpun tidak terlihat di wajahnya.
Ditanganya tergenggam sebuah topeng berwarna hitam yang segera ia kenakan. Alunan musik yang dimainkan membuatnya mulai menari mengikuti irama.
Melihat kejadian itu, seluruh pocong yang tersebar di seluruh desa mulai merayap , melayang, bergerak untu merasuki tubuh makhluk itu.
Ini terlalu mengerikan, Kekuatanku sekarang tidak akan sanggup melawanya.
Bisa jadi Dukun bergelar Topo Ulo itu pergi karena menyadari keberadaan makhluk ini.
Aku segera mengajak Dimas bergegas meninggalkan Kampung Srawen tanpa berbicara lebih banyak. Sepertinya dia juga sudah menyadari kengerian dari makhluk itu.
Dalam perjalanan pulang samar-samar aku teringat cerita tentang masa kecil Cahyo saat ditolong oleh Paklek dari kejaran sesosok makhluk yang juga bertopeng hitam.

(Bersambung Jagad segoro demit Part 3)
Intermezzo

Beberapa puluh tahun yang lalu di salah satu kota jawa timur sempat geger dengan berita perang santet.

Salah satu yang paling terkenal adalah santet Brojo yang konon menyerang melalui tanah sehingga tidak ada yang bisa selamat
Namun lebih dari itu terdengar pula sebuah santet yang menghabisi hampir satu kampung kecil di jawa timur dengan nama "Santet Brojo Balung Abang"

Setelah lama diselidiki, ternyata yang terkena santet itu hanya mereka yang memiliki hubungan darah.
Info tambahan juga didapatkan dari Narasumber cerita sebelumnya (Mas Arjuna) bahwa santet itu dirapalkan menggunakan tulang dari anggota keluarga dan konon dimulai dengan permasalahan fitnah.
Terima kasih sudah mengikuti sampai selesai.

Mohon maaf apabila ada salah kata atau salah ketik. seluruh cerita mohon disingkapi dengan bijak.

Terima kasih.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Diosetta

Diosetta Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @diosetta

11 Sep
JAGAD SEGO DEMIT
Part 6 - Pusaka

Upload habis maghrib ya... santai aja bacanya, setelah ini tinggal 1 part lagi

@IDN_Horor
@bagihorror
@bacahorror
@qwertyping
@ceritaht
@horrornesia

#ceritahorror #diosetta Image
Jagad Segoro demit
Part 6 - "Pusaka"
Buto.. Demit ras raksasa dengan kekuatan fisik yang konon dapat memindahkan bangunan dengan tenaganya saat ini berkumpul dengan jumlah yang mengerikan di depan mata kami.
Read 80 tweets
10 Sep
HIDDEN TREASURE
Side story yang hanya bisa didapat dengan cara-cara khusus namun tidak mempengaruhi inti cerita utama yang saya share di Twitter (biar sama2 happy 😁)..

Cerita ini sebagai apresiasi untuk pembaca yg rela menyisihkan uang jajanya untuk mendukung di @karyakarsa_id Image
Gending Alas Mayit - Babak Kapisan

Cerita mengenai masa muda Mbah Rusman saat menghadapi Gardapati di gelombang pertama Gending alas mayit

Terdapat di :
- buku cetak
- E- Book karyakarsa
- bonus E-book senandung sedu vol.3
Senandung lirih rembulan malam

Kelanjutan kisah cinta Nandar dan Rani dalam bentuk sitkom atau cerita ringan

Terdapar di :
- E-book karyakarsa
Read 7 tweets
9 Sep
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 5 - Hutan Diujung timur.

Sudah mulai memasuki klimaks.. habis maghrib sudah bisa dinikmati

@ceritaht
@bagihorror
@bacahorror
@IDN_Horor
@qwertyping
@horrornesia Image
Terima kasih untuk yang udah unlocked di @karyakarsa_id , ditunggu bonusnya nanti malam..
Jagad Segoro Demit… itu hanyalah salah satu semesta dari ribuan semesta yang tidak pernah bisa kita ketahui jumlah pastinya.

Tempat itu adalah asal muasal dari siluman atau pun demit yang kadang mengambil tempat di Semesta ini.
Read 94 tweets
6 Sep
WIDARPA DAYU SAMBARA

Dapet salam dari yang mau diceritain nanti malam..

Btw saya Note dulu ya :
Ini kayaknya ga bisa disebut cerita horror

tapi semoga bisa menjawab rasa penasaran tentang asal usul demit edan satu ini & Nyai Suratmi

ilustrasi by : Indra @illustnasi Image
Diupload habis maghrib ya...
PART 1 - WIDARPA DAYU SAMBARA

Suara deru peperangan telah berlangsung selama tujuh belas hari.
Read 444 tweets
4 Sep
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 4 -Tiga Pendekar

Part kali ini endingnya ga ngegantung.. jadi dipastikan malam ini kalian tidur nyenyak

saya up habis maghrib biar malming kalian gak sendu..
@bacahorror
@qwertyping
@ceritaht
@bagihorror
@IDN_Horor
@horrornesia

#ceritahorror
Biar lebih seru , sebelum baca ini baca part 3nya dulu..
Yuk lanjut... buat kalian yang punya jiwa penari, jangan kebawa suasana ya 🙈
Read 63 tweets
2 Sep
Jagad Segoro Demit
Part 3 -"Ular"

Setelah menceritakan mengenai kemunculan "Ludruk topeng Ireng" Cahyo segera menyusul Danan...

diupload nanti habis maghrib ya

@IDN_Horor
@ceritaht
@qwertyping
@bagihorror
@bacahorror

#ceritahorror #diosetta Image
Buku cetak untuk trilogi pertama sudah ready di shopee dan tokopedia ya..

semua pemesanan sudah dapet Greet card yang udah ada tanda tangan 😁 Image
“Ular”
Desa Bonoloyo, sebuah desa yang terletak di sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Timur yang masih asri dengan hutan-hutan hijau yang mengelilinginya.
Read 84 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(