Diosetta Profile picture
16 Sep, 146 tweets, 18 min read
JAGAD SEGORO DEMIT
Part Akhir - Cahaya

Part sebelumnya Danan & Cahyo harus menyusul Ludruk topeng ireng ke Jagad segoro demit, Namun ia membacakan sebuah mantra sebelum meninggalkan Paklek..
@bagihorror
@bacahorror
@ceritaht
@qwertyping
@IDN_Horor
@HorrorTweetID

#diosetta Image
Sesuai hasil Vote , kita upload jam 12.00 ya..
Jangan lupa setelah baca ini, baca cerita berikutnya yang berjudul

Imah Leuweung - Asrama di Bawah Pohon beringin
JAGAD SEGORO DEMIT
Part Akhir - Cahaya

Hujan turun begitu deras bersahutan dengan kilatan yang muncul dari retakan dimensi Jagad Segoro Demit.

Mata Tombak Candramukti yang dikendalikan oleh Mbah Wira tidak cukup untuk menahan pergerakan Nyai Jambrong yang mengamuk.
Sebuah tendangan berhasil lolos hingga membuat Paklek Terpental, namun sebelum sempat mendaratkan tendangan berikutnya , seranganya dihadang oleh seorang roh pendekar yang terlihat mampu menyaingi ilmu bela diri Nyai Jambrong.
“Danan… Jelaskan ini semua!” Teriak pendekar yang hampir seumuran dengan paklek yang muncul dari mantra yang kubacakan.

“Tidak ada waktu untuk menjelaskan ! Tolong jaga Paklek Bimo dan Mbah Wira… aku harus segera menyusul demit itu!” Ucapku.
“Itu… Jagad Segoro Demit!? “ Tanya roh pendekar itu.

“Benar… Paklek , Mbah Wira… jangan memaksakan diri sampai aku kembali!” Teriak Danan yang harus segera melompat menyusul Cahyo menuju retakan dimensi menuju Jagad Segoro Demit.
Paklek kembali berdiri bersiap membantu pendekar itu.

“Aku Bimo Sambara… Terima kasih atas bantuan pendekar” Ucapnya.

Mendengar hal itu roh pendekar itu tertawa.
“Hahaha… Cucuku yang lainya rupanya, Saya Daryana Putra Sambara.. Putra tunggal dari Widarpa Dayu Sambara” Pendekar itu mencoba perkenalkan diri pada Paklek.
“Aku sudah mendengar tentang pendekar Daryana dari Danan , berarti seharusnya kau bisa menggunakan benda ini” Ucap Paklek sembari menyerahkan kerisnya kepada roh pendekar itu.
“Pusaka milik ibu… seperti ini semua memang sudah ditakdirkan, aku kehilangan nyawa saat mencoba mempelajari ilmu untuk menetralkan Ajian segoro demit milik ayah.

Dan sekarang aku dipertemukan dengan pengguna Ajian Segoro demit juga..” Cerita Pendekar itu.
Gelombang energi terus mengalir menuju tubuh nyai jambrong, dengan sekejap luka-luka yang diakibatkan oleh mata tombak cadramukti dan serangan Daryana hilang begitu saja.

“Berarti Pendekar Daryana mengetahui cara untuk mengalahkan Nyai Jambrong?” Tanya Mbah Wira.
“Seharusnya ilmuku sudah sempurna, hanya saja itu sia-sia jika Danan tidak berhasil menutup aliran gelombang dari Jagad Segoro demit” Jelas pedekar itu.
“Geni Baralokaku akan memulihkan semua luka yang kau terima, Pusaka mata tombak Mbah Wira akan membantumu di pertarungan… sisanya kita bergantung pada Danan dan Cahyo” Ucap Paklek yang segera menuntun mereka bertika menuju pertarungan.

……
….
….
Gelap… Sangat gelap, seperti tidak ada benda langit yang menerangi tempat ini.
Hampir di setiap arah di tempat ini terdengar suara pertarungan.

Yang terlihat di sepanjang jangkauan mata hanya rumput hitam dan pohon-pohon yang sudah hampir mati.
“Danan sebelah sini!” Teriak Cahyo yang masih memantau pergerakan demit ludruk bertopeng hitam itu dari jauh.
Aku segera menyusul Cahyo namun yang kulihat benar-benar membuatku merinding. Baru sebentar saja Penari Ludruk itu memasuki jagad ini , sudah ratusan demit yang tertarik dengan getih anget pada tubuhnya dan menjadi pasukanya.
“Gila Cahyo.. kita tidak bisa menunggu lebih lama” Ucapku pada Cahyo.

Cahyo setuju , Ia segera memanggil wujud Fisik Wanasura .. Roh kera raksasa dari hutan Wanamarta yang bisa sepenuhnya muncul di tempat yang berhubungan dengan alam roh ini.
Kami berdua menaiki tubuh Wanasura dan menerjang penari ludruk itu.

Seperti dugaan kami , ratusan pasukan demit itu menghalangi kami menyentuh tuanya.
Tiga entitas , bertarung melawan Ratusan demit. Apa lagi yang bisa diharapkan dari pertarungan ini?
Hewan-hewan ghaib , genderuwo, siluman, dan makhluk dari berbagai wujud menyerang kami. Kekuatan Wanasura memang sangat mumpuni untuk melawan mereka , namun entah dengan jumlah musuh yang sebanyak ini, ia bisa bertahan sampai kapan.
“Danan, Biar aku yang mencoba menahan mereka..” Ucap Cahyo yang segera menurunkan ku di tempat yang aman.
Berbekal keris ragasukma , aku menerjang menerobos sekumpulan demit itu dan menyerang Makhluk bertopeng hitam itu yang masih menari mencoba menarik perhatian makhluk lainya.
Sebelum mendekat sebuah mantra kubacakan di kedua kepalan tanganku. Sebuah pukulan jarak jauh kulontarkan pada makhluk itu berharap bisa menghentikan prosesi ritual penarikan demit yang ia lakukan.
Beruntung, walaupun tidak berhasil melukainya seranganku mampu menghentikan tarianya hingga tidak ada lagi demit yang mendekat.

Berkali-kali aku mencoba menghujamkan kerisku pada makhluk itu, namun tak satupun seranganku mengenainya.
Perbedaan kekuatan kami terlalu besar.
Cahyopun mulai merasa kesulitan, dalam sekejap tubuh Wanasura sudah dipenuhi oleh luka-luka yang tidak biasa.
“Cahyo, mundur! Wanasura sudah tidak mampu!” Teriaku mencoba memperingatkan cahyo.
Cahyo segera memerintahkan Wanasura untuk mundur, namun berbeda dari biasanya.. kali ini ia tidak menurut.
Sebaliknya, ia melemparkan Cahyo ke arahku dan terus memaksa melawan demit-demit itu sendirian.

“Wanasura! Cukup! Jangan paksakan dirimu! “Teriak Cahyo.
Namun Wanasura hanya meraung sekeras mungkin hingga terdengar ke seluruh penjuru hutan ini seolah Wanasura memaksa Cahyo untuk membantu pertarunganku.

“Tampaknya yang memutuskan ini sebagai pertarungan hidup dan mati bukan hanya kita.. “ Ucapku pada Cahyo.
“Benar… Sebaiknya kita selesaikan ini secepatnya” Ucap Cahyo.

Sekali lagi aku menerjang Demit ludruk itu yang tentu saja segera dihindari, Cahyo menyusul dengan pukulan andalanya yang dengan telak mengenai tubuh Penari itu..
sayangnya hampir tidak ada luka yang dirasakan olehnya.
Merasa terganggu dengan serangan kami, Demit Ludruk itu melontarkan tendangan yang membuat kami berdua terpental,
namun Cahyo menahan tubuhku, membalikan kekuatan tendangan demit itu untuk melemparkanku ke atas tubuh penari itu.
Dengan sekuat tenaga keris ragasukma yang telah diselimuti kekuatan mantra kuhujamkan ke tubuh demit itu, namun sayang serangan itu hanya menggores bahu demit itu dan berakhir dengan kerisku yang menancap ke tanah.
Demit itu mengamuk dengan mengeluarkan kekuatan hitam dari tubuhnya, getaran kekuaran kembali terasa di medan pertempuran itu.

Kekuatan itu membangkitkan amarah demit-demit di sekitarnya.
Kekuatan itu juga memicu retakan dari berbagai alam yang muncul di langit-langit Medan pertempuran kami. Berbagai bayangan hitam menerobos dengan cepat seolah mempunyai tujuanya masing masih.
Cahyo menoleh ke wanasura yang semakin terdesak dan menghampiri Wanasura yang sudah kewalahan dengan amukan siluman-siluman yang melawanya.
“Cukup Wanasura… kita mundur!” Perintah Cahyo yang menghadang demit yang menyerang Wanasura
Namun Wanasura mengamuk , memukuli dadanya seolah tidak terima.
Teriakan Wanasura yang merasa kecewa tidak mampu melindungi sahabatnya itu meraung kembali hingga ke seluruh penjuru hutan.
Samar-samar terderang suara raungan serupa dari tempat itu.
Cahyo bersiap menahan serbuan demit yang menyerang Wanasura, tanpa bergabung dengan roh kera raksasa itu Cahyo hanya akan menjadi samsak hidup untuk demit-demit itu.
Aku dan Wanasura segera bergabung dalam serangan bunuh diri itu setidaknya untuk membagi setiap serangan yang diterima Cahyo.
Sebelum sempat kehabisan tenaga, samar-samar kami mendengar segerombolan langkah kaki mendekat ke arah kami dan menghempaskan demit yang menyerang kami satu persatu.
“Wanasura?... bukan… mereka siapa?” Tanyaku pada Cahyo yang masih sekuat tenaga mempertahankan kakinya untuk berdiri.

Mulai terlihat sekumpulan kera dengan berbagai ukuran datang menghampiri kami seolah membalas raungan Wanasura.
“Hahaha…. Mereka kera-kera dari hutan Wanamarta, sepertinya retakan gelombang itu juga menghubungkan ke alam mereka” Jelas Cahyo.

Wanasura Meraung sekeras mungkin seolah menyambut pasukan kera yang menolongnya.
Salah satu kera kecil menghampiri Wanasura yang hampir tumbang, menyentuh kepalanya dan seperti sebuah keajaiban luka-luka di tubuh Wanasura mulai menutup.

“Kliwon! Kamu kliwon kan?!” Teriak Cahyo yang mengenali kera kecil itu.
Mendengar suara itu , kera kecil itu segera berlari menghampiri Cahyo dan naik ke punggungnya.

“Maksud kamu kliwon monyet peliharaanmu waktu kecil?” Tanyaku pada Cahyo.
“Benar Danan… aku bertemu Wanasura saat mengembalikan Kliwon ke sebuah hutan di alam lain” Jelas Cahyo yang segera pulih dengan kekuatan Kliwon, Sepertinya mantra suku kera ini juga berpengaruh untuk Cahyo.
“Ayo Danan.. kita selesaikan urusan kita!” Ucap Cahyo yang segera menaiki Wanasura yang telah pulih.

“Demit-demit ini bagaimana? “ Tanyaku pada Cahyo setelah melihat kekuatan pasukan kera yang sepertinya belum cukup untuk mengimbangi demit-demit itu.
“Tenang Danan.. tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, Kliwon adalah saudara kembar Wanasura, harusnya kamu tau maksudku kan?” Ucap Cahyo.
Aku menoleh ke arah pertarungan antara demit dan bangsa kera, terlihat Kliwon berlari kecil dan menerjang ke arah demit itu dan berubah ke sosok Rohnya , seekor Kera Besar raksasa yang tidak kalah mengerikan dari Wanasura.
“Pantas saja kamu tidak marah bila dipanggil ‘Boca ketek’, ternyata mereka sehebat ini” Aku tersenyum, Selalu saja ada hal yang mengejutkan dari temanku yang satu ini.
Tak menyia-nyiakan kesempatan , aku segera menerjang Demit Ludruk itu lagi.. Sebuah siasat kurencanakan bersama dengan Cahyo.
Pukulan Wanasura yang diperkuat oleh mantra Cahyo berhasil memukul mundur demit itu , di satu sisi aku kembali mencoba menusukkan keris ragasukma pada makhluk itu namun kembali terhalang oleh seranganya.
Cahyo menarik roh Wanasura kedalam tubuhnya hingga merubah tubuhnya menjadi berbulu untuk memadukan kekuatan Wanasura dan ilmu bela diri Cahyo.

Pertarungan sengit terjadi diantara kami bertiga.
Hingga akhirnya Cahyo melemparkan tubuhku lagi bersamaan dengan keris ragasukma yang telah menyala keemasan dengan mantraku.

Merasa tak mampu menghindar Demit itu menyelimuti kakinya dengan aura hitam dan menendang tubuhku hingga terpental ke sebuah pohon besar.
Ya… itu tubuhku. Tapi tidak dengan sukmaku yang berhasil menyelinap dan sekarang telah berhasil menancapkan keris ragasukma tepat di punggung demit itu.
Sebuah serangan yang sangat fatal berhasil kami daratkan, demit yang berada di tubuhnya menerobos keluar bersama aura hitam dari lubang tubuhnya.
Belum sempat menentukan keadaan ini, mendadak bayangan hitam yang keluar dari retakan dimensi menyerang kami bertiga.
Cahyo berusaha menghadapi serangan makhluk hitam itu sementara aku kembali ke ragaku.
Bayangan yang menyerang Cahyo menggenggam sebuah tombak hitam yang sepertinya terlihat tidak asing dan makhluk satunya bertarung dengan demit ludruk itu dengan pedang di tanganya.
“Danan… makhluk ini ??? wujud dan pusakanya menyerupai Andaka yang kita lawan di alas mayit?! “ tanya Cahyo.
Benar kata Cahyo , makhluk itu menyerupai Andaka namun kali ini dengan tubuh yang hitam dengan taring dan cakar di tanganya.
Aku berusaha menghampiri mereka dengan tubuhku yang sudah babak belur dengan serangan tadi. Sayangnya serangan yang cukup kuat dari kedua makhluk berwujud prajurit itu berhasil mengenaiku dah hampir membuatku kehilangan kesadaran.
Belum sempat berbuat lebih banyak , Wanasura segera menaikanku ke tubuhnya dan berlari menyelamatkanku.

Terdengar beberapa demit mengikuti kami. Namun kecepatan Wanasura mampu meninggalkan demit-demit itu hingga sampai di sebuah tempat yang cukup aman.
Aku tebaring di tanah dengan luka-luka yang cukup parah, keputusan Cahyo tepat, seandainya tadi aku memaksa untuk bertarung mungkin aku sudah mati.
Dengan mantra penyembuh yang diajarkan Paklek Cahyo mencoba memulihkan luka-luka di tubuhku, namun sepertinya luka yang kualami terlalu parah hingga mantra itu tidak banyak berpengaruh.
Sialnya sekali lagi jauh dari dalam kegelapan hutan muncul sesosok makhluk menghampiri kami.

“Aaarrrghhh… demit opo meneh kowe?! Reneo! Aku lawanmu!” (Arrrggghhh setan apa lagi kamu?! Kesini! Aku lawanmu)
Cahyo yang sedang panik segera meninggalkanku dan bersiap menghadapi makhluk itu.
“Demit ndasmu… koncomu ki ngopo? “ (Setan kepalamu! Temanmu itu kenapa?)
Rupanya makhluk itu adalah seorang manusia , sama seperti kami seseorang yang sedikit lebih tua dari paklek…
namun pakaianya terlihat berasal dari jaman dulu.
Orang itu memperhatikan kerisku, dan sepertinya ia juga membawa keris yang hampir mirip dengan milik Paklek.

“Wis tenang… tolong jaga tempat ini dulu” Ucap orang itu sambil mengambil keris dari pinggangnya.
“ehh… eh… Kowe arep opo?!” (eh.. eh… kamu mau apa?) Ucap Cahyo yang menghampiriku khawatir dengan apa yang orang itu lakukan.

Benar saja , orang itu mengeluarkan pukulan yang membuat Cahyo itu terpental cukup jauh.
“Itu balasan karna sudah ngatain aku Demit” Ucap Orang itu yang segera menggoreskan keris pada jarinya hingga darah merahnya membasahi bilah tajam keris yang ia bawa.

Aku dan Cahyo termenung, sepertinya kami pernah mendengar kalimat itu.
Dan satu lagi… keris yang digunakanya sama persis dengan Keris Sukma Geni yang dimiliki Paklek.

Api yang menetes dari keris itu menyentuh tubuhku yang terluka itu dan berhasil memulihkanku sepenuhnya.
Cahyo menoleh kepadaku , sepertinya kami sudah mengetahui siapa orang ini.

Belum sempat berbicara, Demit yang menyerupai Andaka dan prajurit kerajaan itu berhasil menemukan kami.

Untungnya dengan sigap Wanasura segera menahan serangan mereka.
“Kedua demit ini biar jadi lawanku… kita pisahkan mereka!” Perintah Orang yang menolong kami itu yang segera mendapat persetujuan dari kami berdua.

“Yang mirip Andaka ini biar urusanku dan Wanasura, Kalian lawan yang satunya” Teriak Cahyo.
Aku membelakangi tubuh orang itu bersiap menerima serangan dari segala arah.

Sebuah tebasan pedang muncul menyerang kami dari balik bayangan, namun dengan keris yang ku genggam, serangan itu berhasil kutahan.
Seperti sudah terbiasa dengan pola serangan ini, pendekar ini menyerang dengan tenaga dalamnya hingga demit itu terpental.

Aku merapalkan ajian lebur saketi sementara orang itu memberi waktu dengan mengalihkan demit itu hingga seranganku terkena telak di tubuhnya.
Tidak ada sedikitpun perkataan dalam pertarungan ini. walaupun cukup liar dengan mudahnya orang ini menyesuaikan dengan gaya bertarungku. Benar-benar mirip seperti seseorang yang kukenal.

Aku tersenyum di tengah pertarungan ini..
Sebuah serangan pamungkas aku siapkan untuk menghabisi demit itu , Namun tiba-tiba terdengar suara gamelan mengalun dari ujung hutan lain.. mirip seperti yang di alas mayit, namun terdengar lagunya terdengar jauh lebih kuno.
Kedua demit prajurit yang mendengar suara itu segera melompat menjauh seolah mencari tau arah suara dan berlari mengikutinya.

“Mereka berdua biar urusanku… sepertinya urusan kalian lebih besar dari ini” Ucap Orang itu pada kami.
Aku dan Cahyo saling melempar senyum , sepertinya kami tau dengan jelas siapa orang ini.

“Eyang.. maksud saya… Ki sanak… Terima kasih, tapi apa boleh saya minta satu hal lagi?” Tanyaku padanya.

“Apa? Cepat katakan… urusanku masih banyak” Jawab Orang itu.
“Tolong coba bilang Bocah Asu! … “ Pintaku yang merasa rindu dengan keberadaanya.
Permintaanku cukup membuatnya bingung, namun aku tak peduli.

“Ealah Bocah Asu! Wis hampir mati wae iseh guyon!!” (Ealahh Bocah Anjing.. Hampir mati aja masih bisa bercanda)
Seperti tak mau menyia-nyiakan waktu Orang itu segera pergi meninggalkan kami seolah harus menghadapi permasalahan yang penting.

“Ternyata benar… tempat ini menghubungkan dunia dari berbagai alam dan berbagai jaman” Ucap Cahyo sambil memukulkan lenganya dibahuku.
Sungguh tidak di duga, walaupun saat ini sudah tenang di sana, rupanya jauh di masa mudanya Eyang Widarpa sudah pernah menolong kami bahkan sebelum kami mengenalnya.
Dengan kekuatan kami yang sudah pulih sepenuhnya, kami mencari keberadaan Penari Ludruk itu hingga menemukanya berdiri mengerikan seorang diri di tengah-tengah padang rumput.
Setelah seranganku mengenainya, Getih Anget yang dimiliki pemain ludruk itu sudah tidak mampu lagi menarik perhatian demit di jagad ini.

Sayangnya demit yang sudah menjadi pengikutnya tetap setia dan mulai bermunculan dari dalam kegelapan.
Wanasura mengaum sekeras kerasnya, hingga suara langkah kaki gerombolan bangsa kera yang dipimpin oleh kliwon berdiri tepat di belakang kami.

Sekali lagi pertarungan sengit kembali terjadi , bukan lagi pertarungan yang berat sebelah.
Dengan kekuatanku yang sudah pulih aku membacakan mantra pelindung untuk Cahyo yang kembali bergabung dengan Wanasura.

Luka yang dialami demit ludruk itu membuat pertarungan mereka berdua semakin seimbang.
Hal ini memberikanku waktu untuk melakukan sebuah ritual, aku menggoreskan jariku pada keris ragasukma dan sekali lagi membacakan mantra yang diajarkan oleh Daryana hingga darahku berubah menjadi kilatan cahaya putih yang menyelimuti keris raga sukma.
“ Cahyo! “ Aku memberi isyarat pada Cahyo.
Ia melompat setinggi-tingginya, dan menghantamkan pukulan terkuanya ke tanah hingga Penari Ludruk itu terpental ke udara dan kehilangan keseimbanganya.
Dengan kesempatan yang dibuat Cahyo , segera kuhunuskan keris Ragasuma ke jantung demit itu dan segera memisahkan sukmaku dari tubuhku.

Sekali lagi wujud ghaib keris ragasukma yang tergenggam oleh sukmaku ,
kuhujamkan keris yang dipenuhi kilatan cahaya putih ini tepat di topeng berwarna hitam milik demit itu.

Kedua Wujud keris ragasukma tepat menusuk ke tubuh demit ludruk itu hingga akhirnya tidak sadarkan diri.
Tanpa topeng hitamnya, terlihat jelas wajah mengerikan makhluk itu dengan empat bola mata dan daging wajahnya yang tak tertutup kulit.
“Danan, Bawa tubuh demit itu keluar dari alam ini!” Ucap Cahyo yang segera berpisah dari Wanasura.
Kami berlari ke arah retakan dimensi tempat awal kami memasuki jagad ini.

Anehnya saat mendekat gelombang energi yang kuat menolak kami untuk keluar.
“Cahyo! Tidak bisa…!” ada kekuatan yang menahan.
Aku terus mencoba untuk menerjang pembatas dimensi itu namun sia-sia , sementara Cahyo dan pasukan Keranya masih berusaha menahan Demit-demit hilang kendali.
Sebagian dari demit yang lolos berhasil menembus gerbang itu dan pasti akan membawa petaka di alam manusia.

“Danan Gunakan ini!”

Cahyo melemparkan patahan kayu pemberian Ardian dengan tulisan aksara kuno di atasnya
Aku mencoba membawanya dan berhasil mendekat ke retakan itu.
“Berhasil! Ayo Cahyo!” Teriaku.
“Kamu pergi dulu.. aku menyusul! Cahyo berteriak tanpa menoleh sedikitpun kepadaku.

Tunggu, Apa mungkin benda ini hanya mampu membawa keluar satu manusia dari alam ini..
“Jangan Bodoh Cahyo! Kita keluar sekarang!” Ucapku yang segera menghampirinya namun dibalas dengan serangan yang mementalkanku.
“Harus ada yang menjada demit-demit ini agar tidak keluar hingga retakan itu menutup,
dan harus ada yang membawa tubuh pemain ludruk itu sebelum bangkit dan menarik kekuatan demit-demit di sini lagi!” Ucap Cahyo.
Ia sama sekali tidak menoleh ke arahku, sudah jelas sekarang Cahyo ingin mengorbankan dirinya untuk membiarkanku keluar.

Aku segera berlari menuju tubuh penari ludruk itu mencari patahan kayu serupa, dan ternyata memang ada.
“Kita gunakan milik demit ini, sekarang kita bisa kembali…” Ucapku yang berharap Cahyo mengurunkan Niatnya.

“Sudah Jangan bodoh… satu keping itu untuk membawa tubuh demit itu dan satu untukmu, kamu jelas tau apa yang kita lindungi hingga harus berbuat sejauh ini”
Ucap Cahyo yang segera melompat dari tubuh Wanasura dan menghampiriku.

“Nggak.. ga mungkin aku ninggalin kamu di tempat ini”

Mataku mulai berkaca-kaca saat membayangkan harus meninggalkan Cahyo di tempat mengerikan ini.
“Tenang Danan, aku ga sendirian.. ada Wanasura dan Kliwon yang menemaniku” Ucapnya dengan mencoba memaksakan senyumnya.

Aku menoleh ke retakan dimensi jagad segoro demit, dan terlihat lubangnya semakin mengecil.
Setidaknya akan kupaksa Cahyo kembali dengan kepingan kayu milik demit ludruk ini .

Apapun yang terjadi setelahnya pasti akan dapat kami hadapi apabila terus bersama.
Sayangnya saat aku kembali menoleh ke arah Cahyo ia sudah siap bersama Wanasura untuk menghempaskan aku dan tubuh demit itu ke dalam lubang yang dipenuhi energi gelap itu.
“Danan… Tolong jaga Sekar dan Palek” Teriak Cahyo setelah melemparkanku ke lubang dan segra kembali menerjang gerombolan demit yang mencoba menerobos ke alam manusia.
Kepingan itu terpecah tepat setelah tubuhku dan tubuh demit itu kembali ke alam manusa dan terjatuh tepat di tengah pertarungan Nyai Jambrong dengan Roh Pendekar Daryana yang kupanggil.

Segera kupaksakan tubuh ini untuk berdiri menghampiri Mbah Wira.
“Mbah Wira, Kepingan kayu itu…! Mbah masih nyimpen kan?” Tanyaku pada Mbah Wira yang masih sibuk menghadapi demit-demit yang keluar dari retakan Jagad Segoro Demit.

“Ada.. Ini “ Tanpa bertanya , Mbah Wira segera memberikan kepingan kayu miliknya.
Aku mengambilnya dan berusaha sekuat tenaga melemparkan kepingan kayu itu ke dalam Gerbang Jagad segoro Demit.
Sayangnya, setelah kepingan kayu itu melewati celah itu, Satu satunya jalan keluar dari jagad segoro demit itu segera menutup tanpa sempat membiarakn Cahyo meninggalkan tempat itu.
Aku tak mampu menahan air mataku di tengah-tengah pertarungan melawan Nyai Jambrong.

“Danan… apa Cahyo masih di alam itu? “Tanya Paklek.

“Maafkan aku Paklek, Cahyo mengorbankan diri untuk menahan demit-demit itu agar tidak melewati celah ini” Ucapku.
Terlihat raut sedih di wajah Paklek, tapi sepertinya Paklek bisa lebih tegar.

“Jangan sia-siakan pengorbananya, kita selesaikan ini semua” Perintah Paklek.

Aku menghapus air mataku dan segera menghapiri Daryana , Roh pendekar yang kupanggil sebelumnya.
“Kerja bagus Danan, sekarang bantu aku menyelesaikan pertarungan ini” Ucap Daryana yang bersiap bertarung bersamaku.

Setelah tidak mendapatkan aliran kekuatan dari jagad segoro demit, serangan-serangan dari daryana semakin berdampak.
“Ini adalah ilmu pemutih raga yang mampu menghapuskan semua ilmu hitam, setelah aku menggunakan ilmu ini keris sukma geni akan kehilangan kesaktianya… semoga kalian tidak keberatan” Ucap Daryana.
“Lakukan… kita selesaikan ini semua” jawabku dengan menjulurkan tangan yang menetes kan darah dari pertempuran tadi.

Daryana menerima tetesan darah itu dengan keris Sukma Geni milik Paklek, hingga mengaktifkan kekuatan penyembuh dari keris itu.
Nyai jambrong yang menyadari kekuatan besar dari keris itu segera bersiap untuk menyerang, namun aku menahanya untuk mendekat sebelum Daryana selesai melakukan ritualnya.
Serangan Nyai Jambrong sangat kuat hingga membuat beberapa tulangku retak , untungnya api penyembuh dari Paklek segera menyembuhkan lukaku.

Ritual pembacaan mantra selesai, Keris Sukma Geni kini terbakar dengan api berwarna putih.
Daryana masuk kedalam pertarungan, sulit untuk mencari celah menusukan keris itu di tubuh nyai Jambrong.

Namun sedikit demi sedikit keris itu menimbulkan goresan di tubuh nenek tua itu.
Luka dari ilmu daryana mengeluarkan sedikit demi sedikit energi hitam yang ada di tubuh Nyai jambrong hingga tak mampu lagi menghindari tusukan keris sukmageni yang diggenggam oleh Daryana.
Aliran energi hitam bertiup mengelilini tubuh Nyai Jambrong menandakan sirnanya Enegi dari Jagad Segoro Demit di tubuhnya.

“Bocah-bocah Sialan..” Ucap Nenek itu.
Paklek segera menghampiri Nyai Jambrong dan mencabut keris Sukma Geni miliknya. Anehnya luka dari keris itu tidak lagi menutup.

“Bahkan Ilmu abadiku kau hilangkan juga…” Nyai Jambrong merasa bingung dengan kekalahanya.
“Sudah… jangan melawan lagi, lukamu akan semakin parah” Ucapku pada Nyai jambrong yang sudah tidak berdaya.

“Khi..khi..k..k… siapa yang mau melawan, tujuanku sudah tercapai… kini aku tidak harus menurunkan kutukan ini pada keturunanku…”
Cerita aneh terdengar dari mulut nyai Jambrong, Rupanya selama ini ia rela membunuh lawanya ,mengumpulkan pendekar, hingga mencari kekuatan dari Jagad segoro demit untuk menghilangkan keabadianya.
Paklek yang mendengar hal itu segera menghampiri nyai Jambrong dan menutup lukanya dengan ilmunya.

Aku terduduk di tanah dan menarik nafas lega.. semua hal mengerikan ini akhirnya berakhir.

“Akhirnya aku bisa pergi…” Ucap Roh Daryana yang menghampiriku.
“Secepat itu?” Tanyaku pada Leluhurku yang sempat melatihku setelah kepergian Eyang Widarpa.
“Haha… aku belum bisa menyelamatkan Ayah Widarpa dengan ilmu yang kupelajari seumur hidup, sekarang Ibu sudah tenang karena Paklekmu Bimo, dan Ayah sudah tenang karnamu… tidak ada lagi alasanku untuk tinggal di alam ini”
cerita Daryana padaku.
Paklek menghampiri kami dan memperhatikan percakapan kami.

“Terima kasih Pendekar… kami berhutang padamu” Ucapan Paklek mengantar kepergian Daryana di tengah gelapnya hutan ini.

Hanya tersisa kami bertiga dan nyai jambrong yang masih sulit untuk berdiri di hutan ini.
Mata tombak Candramukti kembali melesat ke udara meninggalkan kami.

Keris sukmageni sudah kehilangan kesaktianya setelah ternodai oleh darah orang lain.

Dan tidak ada leluhurku yang belum tenang untuk dipanggil dengan perantara Keris Ragasukma.
Semua berakhir seolah kami memang ditakdirkan untuk menghentikan tragedi ini.

“Nyai … kamu sudah tidak abadi? Sama sepertiku dulu… Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?” Tanya Mbah Wira.
“Khee…khee…khee.. mungkin aku akan kembali ke desa menurunkan ilmu bela diriku pada seorang bocah kecil di sana, semoga saja dia mau melindungi keturunanku..” Jawab Nyai Jambrong yang segera berdiri untuk meninggalkan kami.
Mbah Wira tersenyum seolah menemukan seseorang yang senasib denganya.

“Umurku tidak panjang lagi, mungkin sebaiknya aku menghabiskan sisa hidupku dengan bertapa di tempat ini” Ucap Mbah Wira.
Aku dan Paklek tidak dapat membantah apa-apa lagi , kami hanya berterimakasih pada Mbah Wira sosok tak terduga yang telah membantu pertempuran ini.
Matahari pagi bersinar dengan cerah di luar hutan ini.

Udara segar yang bercampur aroma dedaunan sungguh mampu menghilangkan rasa tegang dari pertempuran semalam.
“Paklek.. Jagad segoro demit itu tempat seperti apa ya? Aku tadi bertemu masa muda Eyang Widarpa dan segerombolan Ras Kera yang menolong Cahyo… kira-kira, Cahyo gimana ya disana?” Tanyaku yang masih memikirkan keadaan Cahyo saat ini.
“Untuk Jawaban itu Kamu lebih tau Danan… Tapi Paklek yakin, orang sebaik Cahyo pasti akan selalu menemukan hal baik dimanapun dia berada”
Jawab Paklek menghiburku.. atau mungkin menghibur dirinya juga.
Di pinggir hutan itu kami menatap ke arah yang sama, ke sebuah Vespa Tua bekas Paklek yang dirawat baik-baik oleh seorang sahabat terbaiku yang bernama Cahyo.

(Selesai)
ilustrasi by Indra @ilustnasi ilustrasi by Indra @ilustnasi
EPILOG

(Desa Nyai Jambrong)
“Udah Nyai!! Jurus itu kan susah! Wajar kalau aku ga bisa” Ucap seorang anak kecil bernama guntur yang berlari memanjat pohon menghindari pecutan Nyai Jambrong.
“Katanya mau jadi pendekar kayak Cahyo, katanya mau jagain arum… baru begini udah cengeng” Ledek Nyai Jambrong.

Guntur hanya menggerutu di atas pohon dan menutup telinga menghindari ocehan Nenek itu.
“Eyang.. Guntur… ini makan siangnya udah siap” Tiba-tiba arum datang menghantarkan rantang dengan lauk yang masih hangat.

Guntur membuka telinganya dan menyambut kedatangan Arum.
“Baunya… ayam Bakar ya? Mau mau!” Teriak Guntur.
“Heh.. selesain dulu latihanmu baru makan!” Teriak Nyai Jambrong.

“Emang Guntur kenapa eyang? Ga kuat sama latihan eyang? “ Tanya Arum.

Mendengar ucapan Arum guntur merasa tertantang.
“Gak kuat? Enak aja…! Aku lagi ngelatih jurus andalanku sendiri Jurus ‘Ketek Menek’ ala mas Cahyo… Ayo Eyang! kita lanjut lagi gak mungkin Guntur sang calon pendekar ga kuat” Ucap guntur yang segera turun dari pohon menghampiri Eyang.
Arum tertawa kecil melihat tingkah Guntur, Nyai Jambrong tau.. senyum Arum selalu bisa membuat Guntur semangat. Itu pula yang menjadi alasanya untuk menurunkan ilmu bela dirinya pada Guntur.
“Guntur.. di bumi ini banyak sekali orang sakti yang tidak dapat dikalahkan bahkan oleh senjata saat ini.. Weton arum sangat istimewa, Nanti ia akan diincar oleh banyak orang – orang sakti. Dan saat Eyang sudah tidak ada.. kamulah yang harus menjaganya”
Ucap Nyai Jambrong pada guntur.

Guntur mengangguk. Setelah mendengar cerita mengenai hitungan hari lahir Arum, guntur merasa bertanggung jawab untuk melindungi sahabatnya itu walaupun saat ini ia belum tau hal sebesar apa yang akan ia hadapi nanti
….
(Rumah Pak Karyo)
“Paklek yakin mau pergi sekarang?” Ucap Pak Karyo.
“Iyo.. Wis tiga hari aku menginap di sini, udah banyak ngerepotin..” ucap Paklek.
“ora… jelas ra ngerepotin, berarti eyang langung pulang ke klaten?” Tanya pak karyo lagi.
Paklek menoleh pada Dimas dan Rumi, setelah menyelesaikan kejadian di hutan tadi Paklek berencana mengantarkan rumi dan Dimas ke desanya dulu.
“Saya mau mengantarkan Rumi dan Dimas ke desanya dulu… Saya penasaran dengan Weton Rumi, mengapa sampai bisa dipilih menjadi tumbal terakhir” Jawab Paklek.

“Maksud Paklek ? Apa ada keistimewaan pada Weton Rumi?” Tanya Dimas yang merasa bingung.
Paklek mencoba menjelaskan, bahwa ada kemungkinan Weton rumi memiliki keistimewaan hingga dikandidat menjadi tumbal terakhir. Jika ini benar maka Tugas Paklek masih belum selesai.

Setelah mendengar penjelasan Paklek, Dimas dan Rumi mulai mengerti.
Merekapun masih ingin nyekar ke makam orang tua dan warga desa sebelum kembali ke jakarta.

“Kalau mas Danan? Rencana mau ke mana?” Tanya Dimas.
“Kalau saya… kmaren ada teman saya seorang anak bernama Gio di jawa barat, katanya dia melihat keanehan di asrama belakang sekolahnya.. mungkin saya akan mengecek ke sana” Jawabku.
Ternyata walau sebuah tragedi besar telah berakhir, masih ada banyak permasalah ghaib yang membutuhkan bantuan orang-orang seperti kami.
Tapi mungkin saja dengan terus melakukan hal ini, aku semakin memiliki kesempatan menemukan jalan untuk mengembalikan Cahyo dari Jagad Segoro Demit.

TAMAT
Kalau ga mau galau, lanjut ke sini

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Diosetta

Diosetta Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @diosetta

16 Sep
IMAH LEUWEUNG
Part Epilog - Asrama Di bawah Pohon Beringin

Kita tutup rangkaian cerita ini dengan part epilog #imahleuweung ini ya.. apabila endingnya membekas tolong tinggalin kesan kalian dengan #diosetta supaya nanti saya gampang search komen2 kalian Image
IMAH LEUWEUNG
Asrama di bawah pohon beringin
Seorang anak berlari dengan tergesa-gesa menuju rumah Bu Ranti.

“Bu!! Itu bu!!! Di asrama” teriak anak kecil bernama Gio yang tinggal di rumah Bu Ranti.

“Apa lagi Gio…? Bocah-bocah itu lagi? “ Tanya Bu Ranti.
“I iya… “ Jawabnya yang terengah-engah.

“Ya udah.. sana masuk beres – beres dulu, terus cerita ke Mas Danan” Ucap Bu Ranti.

“Mas Danan sudah sampe? “ Tanya dio yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Bu Ranti.
Read 64 tweets
11 Sep
JAGAD SEGO DEMIT
Part 6 - Pusaka

Upload habis maghrib ya... santai aja bacanya, setelah ini tinggal 1 part lagi

@IDN_Horor
@bagihorror
@bacahorror
@qwertyping
@ceritaht
@horrornesia

#ceritahorror #diosetta Image
Jagad Segoro demit
Part 6 - "Pusaka"
Buto.. Demit ras raksasa dengan kekuatan fisik yang konon dapat memindahkan bangunan dengan tenaganya saat ini berkumpul dengan jumlah yang mengerikan di depan mata kami.
Read 80 tweets
10 Sep
HIDDEN TREASURE
Side story yang hanya bisa didapat dengan cara-cara khusus namun tidak mempengaruhi inti cerita utama yang saya share di Twitter (biar sama2 happy 😁)..

Cerita ini sebagai apresiasi untuk pembaca yg rela menyisihkan uang jajanya untuk mendukung di @karyakarsa_id Image
Gending Alas Mayit - Babak Kapisan

Cerita mengenai masa muda Mbah Rusman saat menghadapi Gardapati di gelombang pertama Gending alas mayit

Terdapat di :
- buku cetak
- E- Book karyakarsa
- bonus E-book senandung sedu vol.3
Senandung lirih rembulan malam

Kelanjutan kisah cinta Nandar dan Rani dalam bentuk sitkom atau cerita ringan

Terdapar di :
- E-book karyakarsa
Read 7 tweets
9 Sep
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 5 - Hutan Diujung timur.

Sudah mulai memasuki klimaks.. habis maghrib sudah bisa dinikmati

@ceritaht
@bagihorror
@bacahorror
@IDN_Horor
@qwertyping
@horrornesia Image
Terima kasih untuk yang udah unlocked di @karyakarsa_id , ditunggu bonusnya nanti malam..
Jagad Segoro Demit… itu hanyalah salah satu semesta dari ribuan semesta yang tidak pernah bisa kita ketahui jumlah pastinya.

Tempat itu adalah asal muasal dari siluman atau pun demit yang kadang mengambil tempat di Semesta ini.
Read 94 tweets
6 Sep
WIDARPA DAYU SAMBARA

Dapet salam dari yang mau diceritain nanti malam..

Btw saya Note dulu ya :
Ini kayaknya ga bisa disebut cerita horror

tapi semoga bisa menjawab rasa penasaran tentang asal usul demit edan satu ini & Nyai Suratmi

ilustrasi by : Indra @illustnasi Image
Diupload habis maghrib ya...
PART 1 - WIDARPA DAYU SAMBARA

Suara deru peperangan telah berlangsung selama tujuh belas hari.
Read 444 tweets
4 Sep
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 4 -Tiga Pendekar

Part kali ini endingnya ga ngegantung.. jadi dipastikan malam ini kalian tidur nyenyak

saya up habis maghrib biar malming kalian gak sendu..
@bacahorror
@qwertyping
@ceritaht
@bagihorror
@IDN_Horor
@horrornesia

#ceritahorror
Biar lebih seru , sebelum baca ini baca part 3nya dulu..
Yuk lanjut... buat kalian yang punya jiwa penari, jangan kebawa suasana ya 🙈
Read 63 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(