Dalam kultwit ini, saya ingin mengajak sahabat-sahabatku untuk memahami ayat 78 dalam surat Yasin. Semoga kultwit ini bisa memberikan pencerahan buat saya pribadi dan sahabat-sahabatku. Jangan lupa retweet dan komentar untuk berbagi pengetahuan.
Terima kasih1.
1. Terjemahan ayat 78 dalam surat Yasin di atas sebagai berikut :
Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan kejadiannya. Dia berkata; “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?"
2. Pertama-tama saya ingin menjelaskan tujuan si penanya di balik pertanyaan,"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?" Tujuan penanya adalah menolak dan mengingkari kebangkitan setelah kematian.
3. Pertanyaan semacam itu bisa saja muncul dalam kenyataan sekarang ini. Misal, seorang kyai menerangkan kepada jamaah dalam pengajian umum bahwa manusia akan dibangkitkan kembali setelah kematian.
4. Seusai pengajian, sesorang menemui sang kyai. Kemudian mengulurkan tangannya ke hadapan sang kyai dan di telapak tangannya terdapat tulang bulang manusia yang telah diremas kuat sehingga tulang belulang itu remuk.
5. Setelah sang kyai melihat tulang belulang manusia yang remuk itu, orang tersebut bertanya,"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”
6. Dengan pertanyaan “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”, orang tersebut hendak menolak dan mengingkari kebenaran tentang kebangkitan manusia setelah kematian yang telah disampaikan oleh sang kyai dalam pengajian.
7. Sekarang, saya ingin menjelaskan bahwa pertanyaan “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?” dibangun di atas pengalaman si penanya jika selama hidupnya tidak ada orang mati bangkit dari kuburnya.
8. Sekarang, saya ingin menegaskan bahwa pertanyaan “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?” di bangun di atas pengalaman hidup manusia di dunia jika orang mati bisa bangkit dari kuburnya.
9. Tentu saja, sang kyai akan menghadapi kesulitan untuk menjawab pertanyaan "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?” karena orang yang bertanya dalam keadaan lalai tentang penciptaan dirinya.
10. Dalam ayat 78 surat Yasin dijelaskan bahwa si penanya melupakan kejadiannya (nasiya khalqah). Nah, jika si penanya menyadari penciptaannya maka mungkinkah ia akan mengajukan pertanyaan "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”
11. Jadi, pada saat si penanya mengajukan pertanyaan "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?” maka ia tidak berada dalam kondisi sadar sepenuhnya karena ia lupa akan kejadiannya.
12. Seandainya si penanya menyadari dan tidak melupakan penciptaannya maka ia tidak akan mengajukan pertanyaan semacam itu seperti jika orang menyadari keburukan dirinya maka ia tidak sempat untuk menceritakan keburukan sesama.
13. Sebenarnya si penanya ingin menolak kebenaran tentang kebangkitan dari kematian dengan mengajukan pertanyaan "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?"
14. Padahal beriman dengan kebangkitan dari kematian merupakan bagian penting dari teologi Islam. Jadi, si penanya ingin menolak bagian penting dalam teologi Islam.
15. Sekarang kita bisa memahami bahwa jarang sekali manusia tidak menggunakan kesadarannya secara utuh dalam memahami sebuah realitas atau mengajukan sebuah pertanyaan. Sebab itu, kita tidak boleh tergesa-gesa dalam memahami sebuah realitas atau mengajukan sebuah pertanyaan.
16. Sekarang kita mengandaikan si penanya menyadari penciptaan dirinya dari sperma sebelum mengajukan pertanyaan "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yg tlh hancur luluh?" Tentunya si penanya lebih dulu mengajukan pertanyaan,"Siapakah yg menghidupkan sel sperma?"
17. Sekarang kita bisa mengambil satu pelajaran penting dari ayat 78 dalam surat Yasin bahwa pada saat kita memahami dan mengkritik sebuah realitas maka kita harus melihatnya dengan kesadaran utuh agar pemahaman kita sempurna dan kritik kita berguna.
18. Jangan sampai kita memahami dan mengajukan kritik terhadap sebuah realitas seperti orang yang bertanya“Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?” sementara itu ia melupakan penciptaan dirinya dari sperma.
19. Barangkali ada pertanyaan atau komentar terkait dengan kultwit di atas? Jika tidak ada pertanyaan atau komentar, saya akan tutup kultwit ini. Terima kasih. Assalamu alaikum wr wb.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Assalamu 'alaikum wr wb,
Malam ini, saya akan memberikan kultwit tentang kritik Ibn 'Atha'illah terhadap percaya diri. Semoga kultwit ini memberikan pencerahan buat sahabat-sahabat @KitabHikam. Amin.
1. Pertama-tama, saya akan mengemukakan penjelasan asy-Syarqawi mengenai orang-orang arif. Ia mengatakan bhw adapun orang-orang arif, mereka tidak melihat sesuatu pada diri mereka sehingga mereka bersandar kepadanya. Sebaliknya, mereka memandang bahwa Subyek Hakiki adalah Allah.
2. Dan sesungguhnya mereka adalah tempat bagi penampakan Subyek Hakiki saja.
أما العارفون فلا يرون لأنفسهم شيئا حتى يعتمدوا عليه بل يشاهدون أن الفاعل الحقيقي هو الله تعالى وأنهم محل لظهور ذلك فقد (الشرقاوي)
Assalamu alaikum wr wb,
Malam ini, saya akan memberikan kultwit tentang tajali dalam tradisi tasawuf. Mohon retweet dari sahabat-sahabat @kitabhikam untuk sebarkan ilmu. Terima kasih.
1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tajali dikategorikan sebagai kata kerja (verb). Kata tajali berarti 1 tersingkap atau terbuka (selubung, tudungnya); nyata dan terang (tentang sesuatu yang gaib); 2 wahyu (kebenaran yang diperlihatkan Allah).
2. Kata tajali dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tajalla dalam bahasa Arab yang berarti tampak dan terbuka. Dalam tradisi tasawuf, tajali bisa diartikan bahwa Allah menyingkapkan diri-Nya sendiri kepada makhluk-Nya.
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Surat az Zariat 20-21).
Secara pribadi, saya memandang ayat itu menjadi tiga kategori. Pertama adalah ayat qauliyah (الآية القولية). Kedua adalah ayat kauniyah (الآية الكونية). Ketiga adalah ayat nafsiyah (الآية النفسية). Saya melihat ketiga ayat melahirkan beragam pengetahuan pada masa sekarang ini.
Ketika umat Islam mempelajari ayat qauliyah maka muncul disiplin ilmu tafsir dan sebagainya. Ketika mereka mempelajari ayat kauniyah maka muncul ilmu fisika dan sebagainya. Sedangkan ketika mereka mempelajari ayat nafsiyah maka muncul ilmu tasawuf dan sebagainya.
Insya Allah, saya akan membahas hikmah 24 dari kitab al-Hikam karya Ibn 'Atha'illah as-Sakandari.
ما توقف مطلب أنت طالبه بربك ولا تيسر مطلب أنت طالبه بنفسك
Saya mohon retweet dari para sahabat dan pembaca untuk menyebarkan ilmu.
Terima kasih
Tidaklah sulit suatu keinginan, kamu meraihnya bersama Tuhanmu; dan tidaklah mudah suatu keinginan, kamu meraihnya dengan dirimu sendiri.
1. Setiap manusia memiliki keinginan (mathlab) dalam hidupnya. Dalam hal ini, Ibn 'Atha'illah menjelaskan dua cara dalam mendapatkan keinginan. Pertama, orang berusaha mendapatkan keinginan bersama Allah. Kedua, orang berusaha mendapatkan keinginan dengan kemampuan dirinya.
Insya Allah, saya akan membahas hikmah 205 dari kitab al-Hikam karya Ibn 'Atha'illah as-Sakandari.
إذا التبس عليك أمران فانظر أقثلهما على النفس فاتبعه فإنه لا يثقل عليها ما كان حقا
Saya mohon retweet dari para sahabat dan pembaca untuk menyebarkan ilmu.
1. Ketika dua perkara tidak jelas bagimu, maka lihat yang paling terasa berat bagi nafsu! Ikutilah ia karena tidak terasa berat bagi nafsu kecuali ia adalah benar.
2. Selama ini, kalau kita mendengar kata nafsu maka terbayang dalam pikiran kita sesuatu yang buruk, sesuatu yang selalu mengajak kepada keburukan. Banyanga semacam itu tidak salah. Kali ini Ibn 'Atha'illah ingin menunjukkan kepada kita sisi lain dari nafsu.