Assalamu alaikum wr wb,
Malam ini, saya akan memberikan kultwit tentang tajali dalam tradisi tasawuf. Mohon retweet dari sahabat-sahabat @kitabhikam untuk sebarkan ilmu. Terima kasih.
1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tajali dikategorikan sebagai kata kerja (verb). Kata tajali berarti 1 tersingkap atau terbuka (selubung, tudungnya); nyata dan terang (tentang sesuatu yang gaib); 2 wahyu (kebenaran yang diperlihatkan Allah).
2. Kata tajali dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tajalla dalam bahasa Arab yang berarti tampak dan terbuka. Dalam tradisi tasawuf, tajali bisa diartikan bahwa Allah menyingkapkan diri-Nya sendiri kepada makhluk-Nya.
3. Sebelum lebih jauh, kita bisa melihat peristiwa dalam kehidupan sehari-hari agar kita bisa memahami lebih mudah tajali dalam tradisi tasawuf. Peristiwa pertama, seorang suami melihat istrinya lalu sang suami itu berkata,"Saat aku memandang wajahmu, aku melihat ibumu."
4. Peristiwa kedua, seorang suami melihat perilaku istrinya lalu ia berkata,"Saat aku melihatmu, aku melihat perilaku ibumu." Peristiwa ketiga, seorang suami melihat sifat istrinya lalu ia berkata,"Saat aku melihatmu, aku melihat sifat ibumu."
5. Dalam peristiwa pertama, kedua dan ketiga, sang suami tidak melihat ibu mertuanya tapi ia dapat melihat sosoknya, perilakunya atau sifatnya pada saat melihat istrinya yang ada di hadapannya.
6. Memang sang ibu mertua tidak hadir di hadapan menantu laki-lakinya tapi ia bertajali dalam diri anak perempuannya sehingga menantu laki-lakinya bisa melihat sosoknya, perilakunya atau sifatnya.
7. Bahkan seorang suami bisa melihat sosok, perilaku dan sifat ibu mertuanya tidak hanya dari istrinya melainkan ia juga bisa melihat sosok, perilaku dan sifat ibu mertuanya dari masakan istrinya.
8. Misal, ketika sang suami menikmati masakan istrinya maka ia berkata,"Saat aku menikmati masakanmu, aku melihat sosok ibumu."
9. Sekarang kita bisa mengerti bahwa ketika kita melihat seseorang atau sebuah benda maka kita melihat sosok, perilaku atau sifat orang lain yang tidak hadir di hadapan kita. Pertanyaannya, bagaimana hal itu bisa terjadi?
10. Jika seorang laki-laki melihat istrinya lalu ia melihat sosok, perilaku atau sifat ibu mertuanya maka hal itu terjadi karena sosok, perilaku dan sifat istrinya merepresentasikan sosok, perilaku dan sifat ibu mertuanya.
11. Selain itu, di dalam diri laki-laki itu telah tertanam sosok, perilaku dan sifat dari ibu mertuanya sehingga ketika laki-laki itu melihat istrinya maka ia dapat melihat sosok, perilaku dan sifat ibu mertuanya.
12. Jadi, ketika kita melihat manusia di hadapan kita maka ia bisa menjadi tempat tajali bagi seseorang yang tidak hadir di hadapan kita. Begitu juga, ketika kita melihat benda di hadapan kita maka ia bisa menjadi tempat tajali bagi seseorang yang tidak hadir di hadapan kita.
13. Sekarang kita pahami tajali dalam tradisi tasawuf. Biasanya tajali dalam tradisi tasawuf hanya berhubungan dengan Allah saja. Padahal tajali bisa juga berkaitan dengan rasul. Misalnya, pada saat kita melihat seseorang maka kita melihat akhlak rasul pada diri orang itu.
14. Betapa bahagianya manusia ketika orang lain melihat dirinya maka ia menyaksikan sosok rasul, akhlaknya atau sifatnya. Hal itu bisa terjadi ketika manusia itu meneladani rasul dengan sungguh-sungguh sehingga dirinya menjadi tajali bagi akhlak dan sifat rasul.
15. Kita bisa melihat orang berilmu lalu kita teringat akan sosok rasul karena hubungan orang berilmu tersebut meneladani akhlak rasul dengan sungguh-sungguh sehingga ia layak bagi tajalinya.
16. Namun harus diingat bahwa tidak semua orang berilmu itu layak menjadi tempat bagi tajali rasul di hadapan manusia.
17. Begitu juga tidak semua orang bisa melihat tajali rasul dalam diri orang berilmu. Hanya orang-orang yang mencintai rasul saja yang bisa melihat tajali rasul dalam diri orang berilmu.
18. Sampai di sini, saya ingin menegaskan bahwa ada orang berilmu berusaha meneladani akhlak rasul dengan sungguh-sungguh sehingga tanpa disadari ketika orang melihatnya maka ia teringat rasul dan akhlaknya.
19. Sekarang saya ingin melanjutkan pembahasan tajali dalam tradisi tasawuf. Saya ingin memulai dengan alam semesta. Ketika manusia melihat alam semesta maka ia bisa menyaksikan kebesaran Allah karena alam semesta merupakan tempat tajali bagi kebesaran-Nya.
20. Mari kita simak! Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau".
21. Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku".
22. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
23. Sesungguhnya alam semesta tidak sanggup menjadi tempat tajali bagi wujud Allah. Namun alam semesta hanya sanggup sebagai tempat tajali bagi sifat-Nya.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Assalamu 'alaikum wr wb,
Malam ini, saya akan memberikan kultwit tentang kritik Ibn 'Atha'illah terhadap percaya diri. Semoga kultwit ini memberikan pencerahan buat sahabat-sahabat @KitabHikam. Amin.
1. Pertama-tama, saya akan mengemukakan penjelasan asy-Syarqawi mengenai orang-orang arif. Ia mengatakan bhw adapun orang-orang arif, mereka tidak melihat sesuatu pada diri mereka sehingga mereka bersandar kepadanya. Sebaliknya, mereka memandang bahwa Subyek Hakiki adalah Allah.
2. Dan sesungguhnya mereka adalah tempat bagi penampakan Subyek Hakiki saja.
أما العارفون فلا يرون لأنفسهم شيئا حتى يعتمدوا عليه بل يشاهدون أن الفاعل الحقيقي هو الله تعالى وأنهم محل لظهور ذلك فقد (الشرقاوي)
Dalam kultwit ini, saya ingin mengajak sahabat-sahabatku untuk memahami ayat 78 dalam surat Yasin. Semoga kultwit ini bisa memberikan pencerahan buat saya pribadi dan sahabat-sahabatku. Jangan lupa retweet dan komentar untuk berbagi pengetahuan.
Terima kasih1.
1. Terjemahan ayat 78 dalam surat Yasin di atas sebagai berikut :
Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan kejadiannya. Dia berkata; “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?"
2. Pertama-tama saya ingin menjelaskan tujuan si penanya di balik pertanyaan,"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?" Tujuan penanya adalah menolak dan mengingkari kebangkitan setelah kematian.
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Surat az Zariat 20-21).
Secara pribadi, saya memandang ayat itu menjadi tiga kategori. Pertama adalah ayat qauliyah (الآية القولية). Kedua adalah ayat kauniyah (الآية الكونية). Ketiga adalah ayat nafsiyah (الآية النفسية). Saya melihat ketiga ayat melahirkan beragam pengetahuan pada masa sekarang ini.
Ketika umat Islam mempelajari ayat qauliyah maka muncul disiplin ilmu tafsir dan sebagainya. Ketika mereka mempelajari ayat kauniyah maka muncul ilmu fisika dan sebagainya. Sedangkan ketika mereka mempelajari ayat nafsiyah maka muncul ilmu tasawuf dan sebagainya.
Insya Allah, saya akan membahas hikmah 24 dari kitab al-Hikam karya Ibn 'Atha'illah as-Sakandari.
ما توقف مطلب أنت طالبه بربك ولا تيسر مطلب أنت طالبه بنفسك
Saya mohon retweet dari para sahabat dan pembaca untuk menyebarkan ilmu.
Terima kasih
Tidaklah sulit suatu keinginan, kamu meraihnya bersama Tuhanmu; dan tidaklah mudah suatu keinginan, kamu meraihnya dengan dirimu sendiri.
1. Setiap manusia memiliki keinginan (mathlab) dalam hidupnya. Dalam hal ini, Ibn 'Atha'illah menjelaskan dua cara dalam mendapatkan keinginan. Pertama, orang berusaha mendapatkan keinginan bersama Allah. Kedua, orang berusaha mendapatkan keinginan dengan kemampuan dirinya.
Insya Allah, saya akan membahas hikmah 205 dari kitab al-Hikam karya Ibn 'Atha'illah as-Sakandari.
إذا التبس عليك أمران فانظر أقثلهما على النفس فاتبعه فإنه لا يثقل عليها ما كان حقا
Saya mohon retweet dari para sahabat dan pembaca untuk menyebarkan ilmu.
1. Ketika dua perkara tidak jelas bagimu, maka lihat yang paling terasa berat bagi nafsu! Ikutilah ia karena tidak terasa berat bagi nafsu kecuali ia adalah benar.
2. Selama ini, kalau kita mendengar kata nafsu maka terbayang dalam pikiran kita sesuatu yang buruk, sesuatu yang selalu mengajak kepada keburukan. Banyanga semacam itu tidak salah. Kali ini Ibn 'Atha'illah ingin menunjukkan kepada kita sisi lain dari nafsu.