Assalamu 'alaikum wr wb,
Malam ini, saya akan memberikan kultwit tentang kritik Ibn 'Atha'illah terhadap percaya diri. Semoga kultwit ini memberikan pencerahan buat sahabat-sahabat @KitabHikam. Amin.
1. Pertama-tama, saya akan mengemukakan penjelasan asy-Syarqawi mengenai orang-orang arif. Ia mengatakan bhw adapun orang-orang arif, mereka tidak melihat sesuatu pada diri mereka sehingga mereka bersandar kepadanya. Sebaliknya, mereka memandang bahwa Subyek Hakiki adalah Allah.
2. Dan sesungguhnya mereka adalah tempat bagi penampakan Subyek Hakiki saja.
أما العارفون فلا يرون لأنفسهم شيئا حتى يعتمدوا عليه بل يشاهدون أن الفاعل الحقيقي هو الله تعالى وأنهم محل لظهور ذلك فقد (الشرقاوي)
Assalamu alaikum wr wb,
Malam ini, saya akan memberikan kultwit tentang tajali dalam tradisi tasawuf. Mohon retweet dari sahabat-sahabat @kitabhikam untuk sebarkan ilmu. Terima kasih.
1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tajali dikategorikan sebagai kata kerja (verb). Kata tajali berarti 1 tersingkap atau terbuka (selubung, tudungnya); nyata dan terang (tentang sesuatu yang gaib); 2 wahyu (kebenaran yang diperlihatkan Allah).
2. Kata tajali dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tajalla dalam bahasa Arab yang berarti tampak dan terbuka. Dalam tradisi tasawuf, tajali bisa diartikan bahwa Allah menyingkapkan diri-Nya sendiri kepada makhluk-Nya.
Dalam kultwit ini, saya ingin mengajak sahabat-sahabatku untuk memahami ayat 78 dalam surat Yasin. Semoga kultwit ini bisa memberikan pencerahan buat saya pribadi dan sahabat-sahabatku. Jangan lupa retweet dan komentar untuk berbagi pengetahuan.
Terima kasih1.
1. Terjemahan ayat 78 dalam surat Yasin di atas sebagai berikut :
Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan kejadiannya. Dia berkata; “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?"
2. Pertama-tama saya ingin menjelaskan tujuan si penanya di balik pertanyaan,"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?" Tujuan penanya adalah menolak dan mengingkari kebangkitan setelah kematian.
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Surat az Zariat 20-21).
Secara pribadi, saya memandang ayat itu menjadi tiga kategori. Pertama adalah ayat qauliyah (الآية القولية). Kedua adalah ayat kauniyah (الآية الكونية). Ketiga adalah ayat nafsiyah (الآية النفسية). Saya melihat ketiga ayat melahirkan beragam pengetahuan pada masa sekarang ini.
Ketika umat Islam mempelajari ayat qauliyah maka muncul disiplin ilmu tafsir dan sebagainya. Ketika mereka mempelajari ayat kauniyah maka muncul ilmu fisika dan sebagainya. Sedangkan ketika mereka mempelajari ayat nafsiyah maka muncul ilmu tasawuf dan sebagainya.
Insya Allah, saya akan membahas hikmah 24 dari kitab al-Hikam karya Ibn 'Atha'illah as-Sakandari.
ما توقف مطلب أنت طالبه بربك ولا تيسر مطلب أنت طالبه بنفسك
Saya mohon retweet dari para sahabat dan pembaca untuk menyebarkan ilmu.
Terima kasih
Tidaklah sulit suatu keinginan, kamu meraihnya bersama Tuhanmu; dan tidaklah mudah suatu keinginan, kamu meraihnya dengan dirimu sendiri.
1. Setiap manusia memiliki keinginan (mathlab) dalam hidupnya. Dalam hal ini, Ibn 'Atha'illah menjelaskan dua cara dalam mendapatkan keinginan. Pertama, orang berusaha mendapatkan keinginan bersama Allah. Kedua, orang berusaha mendapatkan keinginan dengan kemampuan dirinya.
Insya Allah, saya akan membahas hikmah 205 dari kitab al-Hikam karya Ibn 'Atha'illah as-Sakandari.
إذا التبس عليك أمران فانظر أقثلهما على النفس فاتبعه فإنه لا يثقل عليها ما كان حقا
Saya mohon retweet dari para sahabat dan pembaca untuk menyebarkan ilmu.
1. Ketika dua perkara tidak jelas bagimu, maka lihat yang paling terasa berat bagi nafsu! Ikutilah ia karena tidak terasa berat bagi nafsu kecuali ia adalah benar.
2. Selama ini, kalau kita mendengar kata nafsu maka terbayang dalam pikiran kita sesuatu yang buruk, sesuatu yang selalu mengajak kepada keburukan. Banyanga semacam itu tidak salah. Kali ini Ibn 'Atha'illah ingin menunjukkan kepada kita sisi lain dari nafsu.