Suatu saat saya membaca kitab Ihya karya Al-Ghazali tentang dua pilar dunia. Ia mengatakan bahwa "jah" dan harta merupakan dua pilar dunia. Menurutnya, harta adalah kepemilikan beragam barang yang bisa diambil manfaat. Lalu apakah "jah" menurut pandangan Al-Ghazali?
1. Secara bahasa, kata "jah" berarti pangkat dan kedudukan. Dalam pandangan Al-Ghazali, "jah" didefinisikan sebagai menguasai hati untuk mendapatkan ketaatan dan penghormatan. Seperti diketahui bahwa ketaatan dan penghormatan tidak bisa dilepaskan dari hati.
2. Saya akan menjelaskan perbedaan antara ketaatan dan penghormatan dengan kasus dalam kehidupan sehari-hari agar lebih mudah dipahami.
3. Setelah diperiksa, seorang pasien diperintah oleh dokter yang memeriksanya untuk minum obat sehari tiga kali dalam sehari. Lalu pasien itu melaksanakan perintah dokter itu di rumah. Saya mendefinisikan sikap pasien itu sebagai ketataan.
4. Suatu hari, seorang putra kyai (gus) berumur delapan tahun meminta santri ayahnya untuk membelikan es krim di supermarket. Lalu santri itu membelikan es krim di supermarket. Saya mendefinisikan sikap santri itu sebagai penghormatan.
5. Jadi, secara pribadi saya membedakan antara ketataan dan penghormatan. Seorang pasien melaksanakan perintah dokter karena pengetahuan dalam diri dokter. Sedang seorang santri melaksanakan perintah putra kyai karena iktikad dalam hatinya.
6. Dengan kata lain, sikap ketaatan berhubungan dengan pengetahuan dalam diri orang yang ditaati. Sedangkan sikap penghormatan berkaitan dengan iktikad dalam hati orang yang menghormati. Namun, bisa jadi seseorang itu ditaati dan dihormati secara bersamaan.
7. Seorang santri diperintah oleh kyainya untuk mengapalkan kitab alfiah. Lalu santri itu melaksanakan perintah kyai itu. Sikap santri itu mencerminkan sikap ketaatan dan penghormatan sekaligus.
8. Seorang santri malaksanakan perintah kyainya karena iktikad dalam hati sang santri untuk mendapatkan keberkahan. Di sisi lain, sang sabtri melaksanakan perintah kyainya karena pengetahuan dalam diri sang kyai.
9. Pengetahuan memberikan kekuasaan bagi pemiliknya untuk ditaati oleh orang lain seperti dokter ditaati oleh pasiennya. Begitu juga harta juga memberikan kekuasaan bagi pemiliknya untuk ditaati oleh sesama, seperti pemilik perusahaan ditaati oleh karyawannya.
10. Sekarang kita bisa menjawab satu pertanyaan mengapa seseorang itu ditaati oleh orang lain? Seseorang bisa ditaati karena ia memiliki pengetahuan atau ia memiliki harta.
11. Seperti dijelaskan oleh Al-Ghazali bahwa "jah" berarti menguasai hati (milk al-qulub) maka seseorang bisa mengusai hati orang lain dengan pengetahuan seperti hati pasien dikuasai oleh pengetahuan dokter atau dengan harta seperti hati karyawan yang dikusai ole harta pengusaha.
12. Namun ada seseorang yang ingin menguasai hati orang lain tidak menggunakan pengetahuan atau harta tapi ia menggunakan "simbol tertentu" agar tumbuh iktikad tertentu dalam hati orang lain.
13. Jika iktikad tertentu telah tertanam dalam hati maka seseorang akan menghormati pemilik simbol itu dengan melaksanakan perintahnya.
14. Tidak sedikit orang menggunakan simbol tertentu agar dalam hati orang lain tertanam iktikad terhadap dirinya sebagai ahli spiritual. Jika iktikad itu telah mengusai hati, maka orang yang memiliki iktikad akan menghormati pemilik simbol itu.
15. Intinya, orang ditaati oleh orang lain sebab pengetahuan atau harta milik oleh orang yang ditaati. Sedangkan orang dihormati oleh orang lain sebab iktikad tertentu dalam hati orang yang menghormati.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
1. Suatu saat, saya mendengar kumandang azan Subuh. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya,"Mengapa salat dibandingkan dengan tidur?" Jangan-jangan ada sesuatu yang tersembunyi di balik tidur. Pikiran saya terus saja bergerak untuk menemukan jawaban dari pertanyaan itu.
2. Tidak lama kemudian, saya teringat kitab Bidayah karya Al-Ghazali. Dalam kitab itu, Al-Ghazali menjelaskan kegiatan manusia dari bangun tidur hingga tidur. Bahkan ia menjelaskan bahwa sepertiga umur manusia dipergunakan dan dihabiskan untuk tidur.
1. Orang bersandar pada amal ada dua kelompok. Pertama, para abid (al-ubbad) yang bersandar pada amal untuk bisa masuk surga, bersenang-senang di dalamnya dan selamat dari azab Allah. Kedua, para murid yang bersandar pada amal untuk menyingkap beragam tutup dari hati.
2. Lebih lanjut asy-Syarqawi menjelaskan bahwa kedua kelompok itu tercela dan muncul dari memandang diri (ru'yat an-nafs) serta menisbatkan beragam amal kepada diri mereka sendiri. Sementara itu, para arif tidak seperti kedua kelompok itu.
Assalamu 'alaikum wr wb,
Malam ini, saya akan memberikan kultwit tentang kritik Ibn 'Atha'illah terhadap percaya diri. Semoga kultwit ini memberikan pencerahan buat sahabat-sahabat @KitabHikam. Amin.
1. Pertama-tama, saya akan mengemukakan penjelasan asy-Syarqawi mengenai orang-orang arif. Ia mengatakan bhw adapun orang-orang arif, mereka tidak melihat sesuatu pada diri mereka sehingga mereka bersandar kepadanya. Sebaliknya, mereka memandang bahwa Subyek Hakiki adalah Allah.
2. Dan sesungguhnya mereka adalah tempat bagi penampakan Subyek Hakiki saja.
أما العارفون فلا يرون لأنفسهم شيئا حتى يعتمدوا عليه بل يشاهدون أن الفاعل الحقيقي هو الله تعالى وأنهم محل لظهور ذلك فقد (الشرقاوي)
Assalamu alaikum wr wb,
Malam ini, saya akan memberikan kultwit tentang tajali dalam tradisi tasawuf. Mohon retweet dari sahabat-sahabat @kitabhikam untuk sebarkan ilmu. Terima kasih.
1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tajali dikategorikan sebagai kata kerja (verb). Kata tajali berarti 1 tersingkap atau terbuka (selubung, tudungnya); nyata dan terang (tentang sesuatu yang gaib); 2 wahyu (kebenaran yang diperlihatkan Allah).
2. Kata tajali dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tajalla dalam bahasa Arab yang berarti tampak dan terbuka. Dalam tradisi tasawuf, tajali bisa diartikan bahwa Allah menyingkapkan diri-Nya sendiri kepada makhluk-Nya.
Dalam kultwit ini, saya ingin mengajak sahabat-sahabatku untuk memahami ayat 78 dalam surat Yasin. Semoga kultwit ini bisa memberikan pencerahan buat saya pribadi dan sahabat-sahabatku. Jangan lupa retweet dan komentar untuk berbagi pengetahuan.
Terima kasih1.
1. Terjemahan ayat 78 dalam surat Yasin di atas sebagai berikut :
Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan kejadiannya. Dia berkata; “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?"
2. Pertama-tama saya ingin menjelaskan tujuan si penanya di balik pertanyaan,"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?" Tujuan penanya adalah menolak dan mengingkari kebangkitan setelah kematian.