OmahSuwung Profile picture
Dec 18, 2021 111 tweets 14 min read Read on X
"Kutukan dari Tanah Rencong"

Catatan harian seorang tentara yang bertugas di aceh selama pemberontakan darul islam tahun 1953...

Narasumber: almarhum bapakku

#ceritanyata
#kisahnyata
#pejuangtangguh
#kisahseram
#ceritaseram Image
Kembali aku mengangkat sebuah cerita dari tanah rencong. Catatan harian seorang tentara yang bertugas selama 2 tahun di propinsi aceh.
Tahun 1953, terjadi pemberontakan DI/ TII di aceh, di mulai pada tanggal 20 september dengan pernyataan proklamasi berdirinya negara islam indonesia oleh Daud beureuh.
Proklamasi itu menyatakan diri bahwa aceh sebagai bagian dari negara islam indonesia dibawah kepemimpinan imam besar NII Sekarmadji maridjan kartosowirjo.
Yang menjadi latar belakang terjadinya pemberontakan DI/TII di aceh yaitu kekecewaan yang dirasakan oleh para tokoh pimpjnan masyarakat di aceh. Waktu itu provinsi aceh dilebur ke provinsi sumatera utara yang beribu kota di medan.
Di pihak lain pemerintah menyikapi masalah ini dengan melakukan tjndakan otoriter. Pemberontakan ini menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pemerintah republik indonesia dan masyarakat aceh pada khususnya.
Konflik perang saudara yang berujung pada pemberontakan, terjadi di berbagai provinsi di indonesia. Hingga pemerintah pusat mengirimkan beberapa kompi pasukan khusus untuk menumpas pemberontakan itu.
Salah satunya adalah provinsi aceh, menurut kesaksian bapakku yang ikut bertugas di aceh, ada sekitar 5 kompi pasukan khusus yang di kirim ke Aceh pada waktu itu. Disebar ke beberapa titik wilayah yang menjadi pusat gerilya para pemberontak.
Terutama di daerah pidie, yang menjadi pusat pergerakan. Karena mereka berhasil mempengaruhi sebagian tokoh- tokoh besar di daerah tersebut.
Gerakan berbasis agama islam, memudahkan mereka mendapatkan pengikut. Dan tak menunggu waktu lama, mereka berhasil menguasai beberapa kota di provinsi aceh.
Itu sepenggal cerita awal mula terjadinya pemberontakan. Kala itu Aceh yang tenang, berubah menjadi aceh mencekam. Pemberontakan yang dilakukan dengan cara gerilya, memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Baik dari pasukan TNI dan para pemberontak, sama- sama meregang nyawa.
Bapakku bernama ngadino, dari kesatuan brimob di semarang. Waktu bertugas beliau masih berusia 25 tahun, masih sangat muda untuk ikut berperang.
Sebelum tarik mundur ke masa itu,
****
Malam minggu, waktunya kumpul keluarga. Rutinitas biasa, duduk di depan televisi bersama anak- anaknya. Sembari menghisap tembakau yang diselipkan di pipa tulang yang dibuatnya sendiri, dan suguhan segelas kopi hitam,
Bapakku pasti sambil mendongeng, cerita- cerita klasik tempo dulu. Aku paling antusias mendengar kisah- kisah jaman perang, meski ada potongan cerita yang agak lupa tapi aku jadi tau karena bapakku menyimpannya rapi dalam memori ingatannya maupun catatan harian yang dibuatnya.
Satu hembusan asap tebal rokok memudar terbawa angin. Aku duduk disamping bapakku, bapakku yang sudah terlihat renta namun daya ingatnya masih cukup bagus sekedar mengingat masa mudanya dulu.
"uhuk...uhuk..."

Suara sengal batuk terdengar jelas, itulah bapakku yang tidak bisa lepas dari tembakau. Apabila aku bertanya, kenapa tidak berhenti saja merokoknya, jawaban bapakku cuma satu...

"Cuma bau tembakau yang bisa hilangkan bau anyir darah"
Jawaban yang ngeri menurutku, ingatan tentang perang dan ke 7 teman seperjuangannya yang gugur akibat perang itu masih menyisakan trauma mendalam. Coretan tak beraturan yang kutemukan di catatan hariannya pun, seolah mewakilkan perasaannya yang kalut saat seluruh temannya tiada.
Membayangkan masa itu...

Sorot mata bapakku mulai menerawang jauh, berusaha mencari jejak sejarah yang masih menanggalkan luka. Perang saudara berkepanjangan tanpa henti, bapakku sendiri tak habis pikir sebetulnya ini kesalahan siapa?
Mengapa selalu rakyat kecil yang menjadi korban, kenapa harus meneteskan darah hanya untuk satu kata "sepakat". Jalan yang ditempuh untuk mencapai kata itu pun harus dari 2 arah.
Kekuatan militer dan musyawarah, 2 jalan itu yang akhirnya menyelesaikan perang itu, perang yang seharusnya tidak terjadi dan jangan pernah terjadi lagi.
Catatan harian di bulan oktober:

Senin, 23 0ktober 1953, saat apel pagi...satu kompi pasukan khusus dari semarang merapat di kantor pusat POLRI. Berjumlah sekitar 200 orang untuk di kirim ke aceh. Termasuk ngadino di dalamnya....
Mereka akan di bagi menjadi 5 peleton, yang masing- masing peleton terdiri dari 40 orang. Dan di pimpin oleh satu orang komandan.
Setelah mendapat pembekalan, selang satu hari mereka bersiap diri bertolak menuju tanah rencong.
Sesampainya disana, mereka ditampung di sebuah barak tentara yang sudah di persiapkan. Di barak itulah ngadino mengenal dekat ke 7 rekannya yang sama- sama berasal dari jawa.
Mursid, nurdin, pramono, darmaji, iskak, rusdi dan mansur...(bukan nama sebenarnya)
Itu nama ke 7 teman ngadino, dan sama- sama berada di satu regu.
Patroli bersama masuk hutan lebat sudah jadi tugas harian ngadino dan ke 7 rekannya. Kecuali hari sabtu, ngadino tetap tinggal di barak karena mendapat tugas piket memasak di dapur umum.
Mendapat tugas negara itu tidak mudah, apalagi di masa penjajahan ataupun perang saudara. Sering muncul dilema saat terjadi konflik.

"Paten- patenan podo bangsane dewe, kui abot sanggane. Luwih penak mateni wong londo jaman kompeni. Gari dibedil mati..."
"bunuh- bunuhan sesama bangsa sendiri itu berat, lebih enak membunuh orang belanda di jaman kompeni, tinggal ditembak mati"

Kalimat itu yang selalu diucapkan ngadino, perasaan tidak tega berkecamuk di benaknya apabila mendapati anak- anak, perempuan, orangtua dipaksa...
Menyaksikan pembantaian berdarah, dan dipaksa memilih bergabung dengan siapa.

"Duooor.....!!!!"

Satu peluru menembus seorang tua renta yang tidak ingin melibatkan diri, dan lebih pro pada pemerintah.
Hal itu disaksikan ngadino, dengan mata kepalanya sendiri, di sebuah kampung pedalaman. Sebuah rumah bambu menjadi saksi kekejaman pemberontak, dengan keji membunuh salah satu orang yang kedapatan menjadi antek- antek pemerintah, dengan memberi informasi markas mereka.
Banyak anak kecil menjadi yatim piatu, kehilangan orangtuanya saat sedang bekerja di ladang. Seringnya para pemberontak bergerak menyisir wilayah melalui jalan tikus agar tidak diketahui keberadaanya.
Biasanya menyamar menjadi petani, namun dipersenjatai atau hanya menggunakan clurit. Dan tak segan melukai warga yang menatap curiga gerak- gerik mereka.
Yang lebih fatal adalah membunuh warga yang tidak mengerti apa- apa.
Pernah ngadino nyaris kehilangan nyawa karena sebilah clurit runcing sengaja dilempar seseorang saat patroli di dekat perkebunan warga. Untung saja ia mengenakan topi baja, jika tidak entah masih bertahan hidup atau tidak.
Catatan bulan november;
Ngadino dan teman- temannya terjebak di hutan saat malam hari. Para pemberontak terus memukul mundur, dan akhirnya masuk dikedalaman hutan. Hutan disana sangat lebat, binatang buas bisa saja muncul tiba- tiba.
Sedangkan bekal yang mereka bawa hanya tinggal nasi kaleng dan ikan kaleng. Waktu itu musim kemarau, sulit mendapatkan air bersih bahkan saking hausnya ada yang minum air ken***g nya sendiri. Terjebak di kondisi itu betul- betul butuh mental baja.
Karena sama saja berada di sebuah kamp bertahan hidup, hutan aceh yang luas dan bisa saja kehilangan arah lalu menghilang.

Sialnya lagi, saat ngadino menghangatkan nasi kaleng, tiba- tiba kaleng itu meleduk dan isinya berhamburan kemana- mana.
"wah! Gak jadi makan no?

Ujar mursid sembari duduk bersandar pada sebuah balok kayu sebesar batang kelapa. Awalnya mursid tidak merasakan apa- apa, lambat laun kayu itu bergerak perlahan, dan apa yang dilihatnya?
Ular seukuran batang kelapa, sisiknya tidak begitu kentara j
Karena diselimuti lumut dan semak belukar...bisa dibayangkan betapa kagetnya mursid, spontanitas memberondong tembakan ke arah ular itu.
Ular itu mati, boleh percaya atau tidak akhirnya mereka menyantap daging ular yang mereka bunuh. Karena tidak ada makanan lagi untuk dimakan, ular pun jadi santapan.
Tidur semalaman di hutan sudah biasa, tau sendiri binatang malam di sana, nyamuk sebesar semut angkrang pun ada, lipan, ular, lintah...bahkan kuntilanak, peri juga ada...
"siapa itu dar! Kok ada cewek cantik ditengah hutan...bawa tenggok pula, orang jualan gak mungkin sampai sini.."

Ucap nurdin sembari mengamati cewek itu, yang lamat- lamat dari kejauhan berjalan mendekat.
Waktu itu hanya nurdin dan pramono yang berjaga, sementara yang lain tidur pulas.

"Kopi...kopiiii...gayoooo"

Terdengar suara cewek itu menawarkan kopi...
"wah, kebetulan nur...ada yang jualan kopi" ujar pramono kegirangan.

"Jangan senang dulu, masalahnya itu orang apa bukan? Mana ada orang jualan di hutan belantara, malam hari pula"
Nurdin berusaha meyakinkan pramono yang keblinger cewek itu.
Tiba- tiba...

"Diamkan, bukan orang itu pram!"
Ngadino terbangun mendengar nurdin dan pramono saling debat.
Tanpa banyak kata, ngadino berjalan mencari dimana cewek itu.

"Dooor..."
Satu tembakan membangunkan teman- temannya yang sedang tidur, bersamaan dengan itu...
"hiiii...hiiii....."
Suara lengkingan terbang di antara pepohonan lalu menghilang.
Pramono dan nurdin ketakutan, karena melihat penampakan cewek itu, secara langsung dan begitu menyeramkan. hanya mereka berdua yang melihatnya sedangkan yang lainnya hanya mendengar suaranya saja.
Sambung besok lagi...
Meninggalkan bau harum berganti bau busuk, lengkingan suara itu sayup menghilang terbawa angin malam.

"Eh sudah- sudah, giliran kalian tidur sana, sekarang waktunya aku dan mansur berjaga" ucap ngadino pada dua rekannya yang tampak pucat menahan rasa takut.
Tanpa kata keduanya rebahkan badan sembari menghela nafas lega, meski sebetulnya rasa kantuk itu hilang paling tidak mereka bisa ngaso hilangkan penat.

"Terus besok bagaimana no? kita tidak tau ada di wilayah mana..." Tanya mansur dengan wajah serius
"besok kita putar arah saja sur, kita ikutin aliran sunga kering yang kita lewati sore tadi, siapa tau ketemu rumah warga..." Terang ngadino

"Saya ikut saja no, semoga besok kita menemukan jalan keluar...aku takut no! Ibuku sudah wanti- wanti, aku pulang selamat"
"berdoa saja sur, supaya kita mendapat perlindungan dan bisa lepas dari perang saudara..."

Ngadino menatap sayu gelapnya malam, sembari mengobrol banyak tentang keadaan genting negara waktu itu. Rasanya sedih sekali, konflik yang tak kunjung usai.
Waktu itu ngadino sudah banyak mempelajari ilmu kejawen, walau masih muda , ngadino gemar pelajari ilmu kejawen, guna mencari ketenangan batin dan ketenangan negara...
*****
Aku kurang paham maksud bapakku tentang "ketenangan negara", berulang kali mencerna kalimat- kalimat asing yang di lontarkan saat bercerita, aku masih belum sanggup menelaahnya.
"dadi tiange negoro, yo kudu akeh prihatin, nyembah marang Gusti supoyo diwenehi dalan metu soko masalah. Didohi bongso lelembut seng sok nggodo pikiran menungso"

"Jadi pasak negara, harus perihatin, memohon pada Tuhan supaya diberi jalan keluar dari masalah...
"...dijauhi bangsa lelembut yang suka menggoda pikiran manusia..."

Bapakku pasti selalu bicara tentang hal itu, dan sering semedi di tengah tanah lapang saat tengah malam.
Kalau ditanya sama ibuku, sedang komunikasi...jawabnya pasti seperti itu.
Tak ubahnya saat bertugas di aceh, ngadino beranjak dari duduknya meninggalkan mansur sendiri...

"Sebentar ya sur, aku kesana dulu...oya? Jangan lupa itu apinya tambahin kayu bakar lagi, biar gak dingin"
Mansur mengangguk, ia mengira ngadino akan buang air kecil jadi hanya sebentar.
Ngadino berjalan menuju rimbunan semak, dibawah pohon besar ia duduk bersila mencoba komunikasi dengan penghuni tempat itu.
Sekitar 10 menit berlalu,...

Suara malam menghilang, benar- benar hening. Tak ada angin sama sekali....

"Kenapa kamu memanggilku anak muda!" Suara tanpa rupa, berbisik di telinga ngadino...
"tunjukkan pintu keluar! Padamkan api! Dinginkan.....dinginkan!!! Kami sudah lelah!!!"

Kalimat itu yang terucap saaf terjadi konflik batin antara ngadino dan penghuni hutan itu.
Dari sela kegelapan muncul seekor macan kumbang dengan sorot mata merah, dengan bahasa telepati....

"Sengaja kami lakukan, untuk menjerumuskan manusia- manusia yang serakah!!"

Sosok macan berwarna hitam itu, sangat besar ukurannya, 2 kali macan pada umumnya.
"datuk....kami mohon, bantulah kami, cari jalan keluar dari hutan ini dulu" ngadino merajuk pada sosok yang dipanggilnya datuk, tepatnya datuk ant'e (samaran)

"Aku sudah menunggumu lama, datuk...banyak korban jiwa karena perang saudara ini"

Tak sadar ngadino menangis...
"kami tau siapa dirimu anak muda, kau ibarat khalifah bagi bangsa kami...kami tidak akan mengganggumu. Segera pergilah sebelum matahari terbit, ke arah barat..."

"Terima kasih datuk...Gusti Allah yang akan membalas kebaikanmu"
****
Menurut penglihatan batin bapakku, perang itu terjadi bisa karena campur tangan bangsa mereka, memasuki alam pikiran manusia supaya amarah dan dendam menguasai tubuh mereka. Manusia memiliki wadah, sangat mudah untuk bersinggungan.
Setelah selesai melakukan komunikasi, ngadino menyudahinya dan segera pergi dari tempat itu. Sosok macan kumbang itupun menghilang...

"Sudah no, Buang airnya?"
Tanya mansur tanpa rasa curiga sama sekali

"Sudah sur, sekarang jam berapa sur?"
"jam 5 kurang no, kita jalan sekarang?" Ujar mansur..

"Iya, lebih baik sebelum matahari terbit, benar seperti dugaanku...kita putar balik saja sur. Berarti kita jalan ke arah barat...ayo kita bangunkan teman- teman"
Singkat cerita mereka berhasil menemukan pemukiman warga, lega rasanya bisa keluar dari hutan belantara yang cukup lebat itu.
Dari kejauhan seorang warga memanggil...

"Pak...singgah kemari...kami punya singkong rebus...."

Ucap seorang ibu dengan ramah.
Kebetulan waktu itu, perut sangat lapar sekali. Di rumah salah seorang warga kami disuguhi singkong rebus dan kopi panas, lumayan sekedar untuk mengganjal perut. Setelahnya kami pun pamit dan mengucap banyak terima kasih dengan jamuan makanan itu.
Sesampainya di barak,...

"Kalian tersesat dimana?"
Tanya pak mardi, yang bertugas sebagai komandan regu.

" Di hutan pak, kami terdesak masuk ke dalam hutan...hampir saja hilang arah" jawab rusdi singkat
Pak mardi hanya diam, paham dengan situasi yang dialami anak buahnya...

"Ya sudah, kalian istirahat saja dulu...silahkan kembali ke barak, nanti jam 4 kita kumpul di lapangan" perintah pak mardi dengan tegas.

"Siap pak!!!" Serentak mereka menjawab...
Bersambung....
Catatan di bulan desember:

Terhitung sudah 2 bulan lebih, bapakku bertugas di aceh. Masih terlalu dini jika berharap cepat pulang. Hari demi hari berlalu, menjalani tugas itu menjadi hal biasa, rasa takut bertemu musuh pun hilang begitu saja karena terbiasa dengan keadaan itu.
"nek aku iso muter wektu...!!!"

Ucapan dengan emosi tertahan terlontar begitu saja, getar suaranya isyaratkan betapa hatinya sedih kala mengingat peristiwa itu.

Pertengahan desember, serangan musuh yang tiba- tiba...
Menghilangkan 7 nyawa teman ngadino, saat patroli di titik rawan. Gudang penyimpanan makanan dan senjata milik pemberontak berhasil ditemukan, namun naas mereka tersudut dan disambut dengan berondongan peluru yang menyasar ke berbagai penjuru....
"aaarh...."

Mansur terkapar bersimbah darah, satu peluru menembus dadanya. Masih dalam keadaan sekarat ia sempat menitip pesan pada ngadino ..

"No! Sampaikan pada ibuku, aku minta maaf...tidak bisa pulaang"
Dengan terbata ia berusaha menyampaikan rindu pada ibunya, semenjak menjadi angkatan ia jarang bertemu ibunya. Hatinya hello kitty banget...

"Jangan gitu sur! Kamu pasti selamat, bisa pulang bertemu ibumu...." Ngadino berusaha menguatkan...
Sembari menggenggam tangannya yang berlumuran darah. Namun ditengah kepanikan itu, mansur hembuskan nafas terakhirnya, luka tembak di bagian dadanya tembus ke bagian jantung dan ia tidak terselamatkan...
Bersamaan dengan itu, beberapa temannya yang lain juga terluka. Satu- persatu berjatuhan...ngadino terhimpit di situasi darurat...

"Pateni aku wae!!" (Bunuh saya saja)
Ia berjalan terus mendekati markas mereka, namun anehnya tidak ada peluru satu pun yang mengenai tubuhnya.
Waktu itu ngadino membawa geranat nanas, dan ia lemparkan ke gudang makanan dan senjata dari jarak 10 meter. Yang ada di pikirannya waktu itu, mati ya mati saja...
Setelahnya terjadi ledakan hebat, membumi hanguskan gudang senjata. Mereka berhamburan, masuk ke dalam hutan dan menghilang. Sebagian dari mereka tewas akibat gencatan senjata dan ledakan gudang itu...
Satu peleton yang bertugas menyisir wilayah bagian selatan mendengar ledakan itu, sontak mereka berlari mencari dimana asal suara ledakan itu. bisa dipastikan ada anggota mereka yang menjadi korban..
Singkat cerita...

Ke 7 teman ngadino ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Mereka di temukan tak jauh dari lokasi, sedangkan Ngadino hanya mengalami luka ringan...
Catatan bulan desember, tulisan tak beraturan itu menyiratkan rasa kehilangan karena kepergian 7 temannya. Benar- benar menguras air mata karena sulit lupa, bahkan ketika berusaha melawan lupa itu justru semakin membayanginya.
Setelah kepergian 7 temannya itu, ngadino lebih banyak berdiam diri di barak. Ledakan gudang itu, membuat pertahanan para pemberontak jadi tersendat karena mereka kesulitan mencari markas baru lagi...
Ngadino lebih sering menyendiri, berjalan- jalan di pemukiman warga, sedikit membantunya mengusir kesedihan. Saat tengah malam tak hentinya ia memohon pada Tuhan, agar perang ini cepat selesai...

Hingga akhirnya ia dipertemukan pada seorang syekh.
Tak disangka, kekalutan karena kehilangan teman- temannya membawanya pada sebuah pondok pesantren di ujung pemukiman warga. Pondok sederhana, hanya terdiri dari satu bangunan utama terbuat dari bambu dan satu surau kecil di sebelahnya.
Rasanya adem sekali melihat tempat itu, ngadino terus melangkah hingga tanpa sadar berada di halaman pondok itu. Seorang santri menyambutnya...

"Mari pak, bapak sudah lama ditunggu..." Ucap santri itu seraya membuka pintu pagar dan persilahkan ngadino masuk...
"ditunggu siapa?"
Jawab ngadino tercekat, merasa heran tetiba ditempat yang dirasanya asing dan tidak mengenal siapa pemiliknya namun disambut dengan kalimat sudah ditunggu.
"di tunggu sama syekh...yang memimpin pondok pesantren ini pak" jawab santri itu...

(Nama syekhya aku lupa)

Tanpa menunggu lama ngadino sudah berada di pendopo pondok dan duduk disana...
"akhirnya anak sampai juga, saya sudah menunggu anak lama sekali...."
Seorang laki- laki berusia sekitar 70 tahun, menyambut kedatangannya dengan gembira...

Sebut saja beliau syekh, lekat dengan jubah berwarna hijau dan jenggot panjangnya yang beruban. Mirip seperti sunan..
Ngadino heran, yang menjadi pertanyaan di benaknya siapa laki- laki tua ini?

"Doa anak sudah dikabulkan Gusti Allah. perang saudara ini akan selesai...." Ucap syekh itu sembari duduk bersila di dekat ngadino..
"bagaimana saya mengetahui perang ini selesai syekh? Saya sudah kehilangan 7 teman saya..."

Ujar ngadino dengan berkaca- kaca

"Allah sudah mengabulkan doa anak, sebentar lagi gembong pemberontak akan tertangkap"
"tetap banyak berdoa, ikhlaskan mereka yang sudah tiada. Percayalah pengorbanan mereka tidak akan sia- sia,..."

Dari saku bajunya, syekh itu memberikan kitab stambul pada ngadino.

"Terimalah kitab ini...."
Kitab stambul, kitab seukuran 2 ruas jari berisi arab gundul pemberian syekh itu pernah aku lihat sewaktu bapakku membuka kotak penyimpan kenangan semasa tugas dulu...tapi entah menghilang kemana, sampai sekarang tidak ditemukan.
Setelah mengobrol panjang lebar, ngadino pamit undur diri untuk kembali ke barak.

"Hati- hati anakku...."

"pesan sederhana namun miliki rasa cukup dalam, benar- benar orang suci..." Batin ngadino seraya berjalan berlalu dari tempat itu.
****
Hari demi hari berlalu, rutinitas tugas masih berjalan seperti biasa hanya saja, ngadino berserta regu lainnya dipindah tugaskan ke daerah langkat.

Nah? Bagian cerita yang ini, jadi cerita romantis bapakku waktu itu.
Saat bertugas di daerah langkat, bapakku bertemu dengan seorang gadis aceh (gak tau namanya). Terlibatlah cinta lokasi, karena inten sering bertemu dan menginap di rumah gadis itu akhirnya menikahlah bapakku dengan gadis itu, tapi secara siri.
Pernikahan singkat tapi cukup membekas di ingatan bapakku, namanya angkatan kalau bertugas memakan waktu lama hingga tahunan, jadi kudu kuat iman juga.
Resiko jadi abdi negara ya gitu, mendedikasikan hidupnya hanya untuk negara tercinta.
Langkat, daerah itu juga tidak kalah ekstremnya dengan pidie. Pemberontak menyusup bahkan menyerang hingga ke kamp militer di daerah perbatasan. Yang membuat terkecoh adalah mereka menyamar menjadi pencari rumput...
Lengah sedikit saja, celurit tajam siap membabat para tentara yang berjaga di sekeliling kamp. Hampir saja, seorang petugas jaga bocor di bagian kepalanya karena penyusup menebaskan celurit tepat di bagian belakang kepala...
Untungnya petugas itu bisa mengelak, dan celurit itu menyerempet telinga sebelah kirinya, lagi- lagi topi baja menjadi penyelamat. Karena celurit gak mempan sama baja...topi baja tentara itu kalau gak salah beratnya hampir 1 kg, kata bapakku...tebel banget..
Dan buatan jerman, termasuk tas kain tentara warna hijau tank, dulu di pesan dari jerman. Gak tau kalau sekarang, mungkin bisa produksi sendiri...
Hari demi hari perlawanan musuh semakin menjadi- jadi, hingga akhirnya pemerintah mengerahkan seluruh pasukan dengan menggunakan persenjataan lengkap.
Seorang mata- mata berhasil mendapat informasi markas musuh, yang letaknya di dalam hutan juga. Menurut saksi mata itu, markasnya cukup besar, lengkap dengan senjata, bom, granat tangan bahkan perhiasan. Mungkin perhiasan hasil rampasan bisa juga...
Nah? Bicara soal perhiasan ini, kabarnya tentara yang bertugas di aceh tidak boleh mengambilnya bahkan membawa pulang ke jawa, karena apabila dilanggar akan terkena tulah. Ibaratnya harta dari tanah rencong yang dikutuk...
Karena sebelum bertugas ke aceh, keluarga bapakku sudah mengingatkan untuk tidak mengambil barang dari daerah sana, apalagi membawanya pulang.
Hari itu, hari berdarah yang memakan korban tidak sedikit. Pengerahan pasukan besar- besaran dilakukan, karena sudah cukup dibuat kesal dengan pergerakan musuh yang semakin menjadi- jadi. Mereka mengepung lokasi dari 4 penjuru...
Di kondisi itu sekuat tenaga mereka melakukan perlawanan, namun karena tidak seimbang mereka kalah telak dan memilih mati sahid, mati saat perang. Markas mereka di bumi hanguskan, senjata dilucuti dan perhiasan dibakar ditempat...

Mereka kalah!!!
Pimpinan mereka, daud beureuh melarikan diri dan menjadi buronan negara selama kurun waktu beberapa tahun, tertangkap tangan tahun 1962...kalau tidak salah..
"hei! Markus...jangan kau bawa perhiasan itulah! Sudah biar dibakar saja, nanti kena kutukan kau.." ujar bapakku pada salah seorang temannya asal ambon.

Memang perhiasan itu sangat menggiurkan, kadar emas tua apabila dijual harganya bisa 2 kali lipat perhiasan di jawa...
Namun markus tak mengindahkannya, ia membawa satu kantong gandum berisi gelang emas...

Apakah kutukan itu ada?

Saat bebas tugas dan pulang ke daerahnya, markus dikabarkan meninggal karena sakit keras...
Sampai disini aja ya ceritanya, catatan harian yang lain banyak yang rusak dan sudah hilang tjntanya jadi aku gak bisa jabarin isi tulisan itu....

Ya intinya aku menceritakan kisah perjuangan bapakku ini, agar bisa jadi pelajaran berharga bagi para abdi negara yang sedang...
Bertugas....

Seragam itu bukan untuk bergaya
Senjata itu bukan untuk melukai
Pangkat itu bukan untuk pamer
Jabatan itu bukan untuk monopoli
Gunakan seragam, senjata, pangkat, jabatan sebagaimana mestinya...

SELESAI
Ping @bacautas

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with OmahSuwung

OmahSuwung Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Bekti08197726

Jan 21, 2023
"DARWATI"
Beliau adalah penari ledek yang cukup terkenal pada masanya. Dengan paras yang sangat ayu rupawan, darwati mampu menggaet para pria hidung polkadot yang suka main perempuan

#threadhorror Image
Narasumber cerita ini adalah almarhumah ibu saya sendiri, sewaktu beliau masih remaja berkisar umur 16 tahun. usia yang masih sangat belia dan dipaksa dewasa karena keadaan. Peristiwa yang cukup menggemparkan masyarakat grobogan, tepatnya di desa karjosari, kematian beruntun yang
Yang terjadi secara misterius. Dan anehnya, kematian misterius itu justru menimpa kaum lelaki yang gemar menonton tarian ledek atau tayub, pada waktu itu pagelaran nayub sering di pertontonkan di balai desa atau lapangan pada saat hajatan atau pilihan lurah.
Read 116 tweets
Jul 25, 2022
"Hunian Angker"

Hunian yang beralih fungsi menjadi penginapan ternyata banyak menyimpan kisah seram di dalamnya. Cerita ini berdasar kesaksian kakak temanku yang bekerja di sebuah penginapan...

#Threadhoror
#Ceritahoror
#Sukabacahoror
#Podcasthoror Image
Kisah ini diceritakan seorang teman, yang kebetulan letak penginapan itu tidak jauh dari rumahnya. Terletak di sekitaran maguwoharjo, arah stadion. aku skip alamat aslinya ya? Karena penginapan itu masih aktif sampai sekarang...
Awal 2022, penginapan itu membuka lowongan kerja. Dibutuhkan 2 orang pekerja wanita, usia max 30 tahun, pendidikan minimal SMA sederajat. Untuk mengisi lowker di kitchen dan laundry sprei....
Read 131 tweets
May 23, 2022
"Rumah kosong"

Sudah 2 tahun rumah itu kosong, spanduk bertuliskan "for sell" yang tertera di atas garasi rumah itu pun sudah mulai lapuk...
#threadhoror
#kisahseram
#kisahnyata
#ceritahoror
#sukahoror
#bagihoror
#podcasthroror Image
Sebelum memulai kisah ini, aku spill dulu lewat video berikut 👇
Itu rumah asli yang akan aku ceritakan di thread ini. Gak begitu jelas karena aku mengambil potret rumah itu saat malam hari. Banyak aku kasih filter, demi menjaga privacy ahli waris.
Read 46 tweets
Nov 20, 2021
Ini cerita waktu aku masih SMP kelas 2. Aku kos bareng kakakku, kosnya cukup jauh dari sekolahanku, masih naik angkutan untuk sampe sekolah. Kebetulan pemilik kos, kenal sama ortu jadi kami dapat harga murahlah waktu itu.
Kos- an itu terdiri dari 4 kamar, saling berhadapan. Kamar pertama di huni seorang mahasiswi, kamar kedua, di huni pasangan suami istri tapi keduanya jarang di kos karena sibuk kerja. Kamar ketiga, tak berpenghuni, aku sama kakakku tinggal di kamar keempat.
Read 53 tweets
Nov 7, 2021
"Gondo Mayit"

Kisah nyata yang terjadi tahun 2014
Terjadi di sebuah rumah makan di jawa tengah..

#bacahoror
#ceritahoror
#sukabacahoror
#Idn_horor
#threadhoror

Cerita pendek.... Image
Kisah jenazah ikut memesan makanan di sebuah rumah makan, sempat heboh di tahun 2014 silam.
Peristiwa yang membuat bulu kuduk merinding.
Pak joko berprofesi sebagai sopir ambulance di sebuah rumah sakit. Banyak suka duka menjalani profesi itu, kejadian- kejadian ganjil seringkali beliau alami saat mengantar jenazah ke rumah duka.
Read 42 tweets
Oct 5, 2021
"ALAM ADA DAN TIADA"

Sekelumit cerita tentang yang ada dan tiada, penasaran gak? Saat membaca cerita ini, mohon gunakan nalar yang panjang untuk mencernanya ya? Antara nyata dan tidak, aku yakin pasti diantara kalian pernah merasakan....

#bacahoror
#sukahoror
#IDN_Horor Image
Minta RT dan like dulu yak?! 😁
Untuk menulis cerita ini, beberapa tahun saya melakukan riset berdasarkan kesaksian dari beberapa narasumber. Salah satunya bapak saya sendiri, sewaktu memasuki sebuah terowongan di kaki gunung merapi sekitaran tahun 70an...
"kajiman" pasti pada gak asing dengan nama ini. Makhluk yang ditolak oleh alam barzah karena meninggal kendat, bundir, atau karena pesugihan. Mereka yang mati dengan cara itu akan tinggal di sebuah alam yaitu alam kajiman
Read 128 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(