Hi, My name is Akmal*, and here’s my 2021 best gift.
Let me tell you a story, dalam bahasa Indonesia.
Ini semua dimulai dari Museum Pers Nasional
Saya pernah berkunjung ke Museum Pers Nasional (MPN) di Solo. Bertujuan u/ penelitian. Sy berangkat sendiri waktu itu dan menjadi slh satu pengalaman paling berkesan selama di Jogja –perjalanan seorang diri ke luar kota tanpa pengalaman sebelumnya. Saya naik kereta Prameks
Pengalaman lucu yg bisa saya ingat adlh ketika salah naik armada Transolo. Waktu itu belum hapal rute & diterpa bingung. Walau akhirnya tetap sampai ke tempat tujuan, & sisi baiknya saya jadi tahu bahwa lokasi MPN sangat dekat dengan stasiun, bahkan bisa ditempuh jalan kaki.
Kesan pertama melihat MPN “wah kerasa aura bersejarahnya”. Rasa penasaran & heboh menyelimuti sy. Museum memang punya daya tarik seperti tempat wisata, & ia memang merupakan wisata edukasi. Dgn antusias, sy melihat informasi yg ditampilkan di ruang utama & mengambil dokumentasi
Dokumentasi paling berkesan bg sy adlh artikel jurnal yg terbit di akhir Desember. Dokumentasi tsb adlh bentuk tertulis dr penelitian yg saya lakukan di MPN. Artikel ini spesial krn merupakan terbitan perdana bersama dosen, dan senior-senior keren.
Saya belajar banyak dari mereka. Semoga terbitan kali ini menjadi titik awal dari perjalanan riset akademik-menulis saya pada tahun-tahun berikutnya.
Oh, saya sertakan DOInya bisa ada yang tertarik membaca. Serta, saya terbuka untuk melakukan penelitian bersama, dan menerbitkannya dalam bentuk artikel ilmiah :D
Berikut sedikit foto yang sempat saya ambil dan jg DOI paper dimaksud
Pandemi kala itu, Apple ngenalin produk mereka secara live. Acara tsb beda dgn presentasi kebanyakan yg biasanya cuma kaya jelasin ppt di kelas gitu.
Apple pamer set kantornya, dan ngatur transisi tiap bagian panel dgn baik
Nah SM pun sama
SM punya banyak artis. Tiap artis bisa ditampilkan dgn transisi yg baik. Ada elemen kejutan tiap artis tampil tapi perpindahan satu artis ke artis lain itu asik kesannya
Oke, mari kita bedah hal yang asik dari series ini.
Disclaimer. Catatan ini ditulis pascanonton 1 eps. Jadi bisa saja tidak tepat mengingat akan ada belokan cerita, atau kejutan lain. Saya juga tidak memeriksa rekam jejak penulis skrip dan sutradara.
1. Premis dan penceritaan
Idenya ngga baru. @nova bilang sih kaya Sweet Home: zombie dan survival. Tapi saya suka penceritaan yang cepat, dari awal udah keliatan masalahnya apa. Krisisnya ditampilkan dengan proporsi yang tepat.
Kemarin ayah saya membawa majalah ini. Awalnya saya minta karena ingin membaca salah satu tulisan teman saya yang dimuat di dalamnya. Ketika majalah ini datang, saya terkejut dengan temanya.
Apa isinya?
Pas pertama lihat cover: Fix ini desainernya ARMY ahaha
Sebenarnya memang seperti yang bisa ditebak, judul pada cover depan majalah memang merepresentasikan isi secara dominan: realita ‘santri yang juga kpoper’ dan perspektif santri dalam menyikapi kpop.
Majalah ini tidak ada versi digitalnya. Tidak pula saya bagikan cuplikan isinya. Kebanyakan haha. Yg bisa saya tawarkan cuma rangkuman versi saya.
Bahasan kpop setidaknya terbagi pada bagian editorial, wawancara dan opini. Rubrik sisanya tidak secara khusus membahas kpop.
Mungkin ada yg ngga suka Twitter roll out Fleet. Sebab di mari enaknya berbasis teks. Sementara IG kok udah kaya marketplace.
Pertanyaannya, kenapa fitur tsb tetap rilis meski (akan) ada yg tidak suka?
Denger dari temennya "orang dalam" Instagram, visi IG memang berubah. Awalnya fokus ke komunitas, lama-lama bergerak ke bisnis. Itulah kenapa fitur bisnis makin banyak di IG.
Perkenankan saya untuk menggunakan sebuah atsar dalam mengawali bahasan utas ini. "Undzur ma qala wala tandzur man qala". Lihat kata-kata/pesannya, bukan siapa yang menyampaikan.
Saya memahami atsar tsb dua makna. Pertama, mengenai bias. Kalau tidak salah atsar ini bekenaan dengan masalah kebohongan/kredibilitas. Jadi kamu perlu lihat isi pesannya bukan langsung percaya sama yang mengatakan.
Saya baru sadar, karena lebih sering memakai daripada memperhatikan. Windows menggunakan istilah 'libraries' untuk ruang penyimpanan personal pengguna sistem operasinya.
Saya tidak tahu apakah bahasa ini memang dibuat orang LIS atau ada kontribusi-konsultasi dengan orang LIS. Tapi keliatan banget si LISnya