Bagaimana santri melihat Kpop?

Kemarin ayah saya membawa majalah ini. Awalnya saya minta karena ingin membaca salah satu tulisan teman saya yang dimuat di dalamnya. Ketika majalah ini datang, saya terkejut dengan temanya.

Apa isinya?
Pas pertama lihat cover: Fix ini desainernya ARMY ahaha

Sebenarnya memang seperti yang bisa ditebak, judul pada cover depan majalah memang merepresentasikan isi secara dominan: realita ‘santri yang juga kpoper’ dan perspektif santri dalam menyikapi kpop.
Majalah ini tidak ada versi digitalnya. Tidak pula saya bagikan cuplikan isinya. Kebanyakan haha. Yg bisa saya tawarkan cuma rangkuman versi saya.

Bahasan kpop setidaknya terbagi pada bagian editorial, wawancara dan opini. Rubrik sisanya tidak secara khusus membahas kpop.
Nah, yg saya tangkap adalah santri memosisikan kpop itu dengan sudut pandang relatif moderat. Kpop dinilai sebagai hal yg tidak terhindarkan. Bersifat ‘dua sisi koin’. Tiap pribadi punya peran untuk menancapkan jangkar dirinya dengan baik, merefleksikan bagaimana ia melihat kpop.
Secara narasi sy lihat, tdk begitu simpatik pd kpop. Tp tidak dalam arti menghujat. Lebih pada mengarahkan untuk ‘berperilaku santri putihan’, bukan abangan. Haha. Selain itu tdk ada advokasi bersikap kritis, isi editorial mengulang-ulang narasi tunggal ttg kpop yg stigmatif.
Saya rasa begitu sih yang bisa saya tangkap. Dan hal tersebut wajar mengingat lembaga yang menerbitkan majalah tersebut merupakan madrasah di bawah pesantren. Muridnya perempuan semua lagi.

Iya benar, perempuan semua.
Kenapa tema tersebut dipilih? Asumsi saya ada beberapa hal. Pertama tentu karena secara kasar kita bisa langsung merasakan fans kpop kebanyakan perempuan. Bisa dibilang ini ‘masalah’ nyata di lapangan. Terdeteksi langsung.
Tulisan ini setidaknya bisa memberikan gambaran omong-omong.com/memahami-kenik…
Saya tidak punya data sebaran jenis kelamin tentang fans kpop. Kpoper cowok itu tidak sebanyak perempuan. Dalam beberapa kondisi, kpoper cowok itu anomali. “loh kamu suka kpop?” merupakan camilan template yang saya makan dalam percakapan terkait pop culture.
Asumsi kedua, pola jurnalisme pesantren. Isu yang diangkat biasanya hal yang sedang tren atau fenomena yang ‘dinilai’ berdampak (secara negatif) pada santri, akidah, keberislaman dll. Mungkin @naufilist bisa menjelaskan dengan lebih baik.
Teman-teman santri justru sangat aware dengan banyak isu baru, Islam related topic gitu. Jadi sebenarnya tidak terbelakang seperti yang dipersepsikan sebagian orang. Eh persepsi itu udah ngga ada kan? :)
Ada satu bagian yang mau saya highligt dari majalah dimaksud. Yang saya tangkap dari renungan ini adalah: ada loh sosok yang layak dikagumi karena perjuagannya.
Sisanya saya kembalikan ke pembaca bagaimana kalian menyikapi renungan tersebut. Atau hyung elf nahdliyin kpoper @wardhanahmad mau kasih siraman rohani? Kami silakan hahahaha
Ah iya, saya dulu pernah sih menulis terkait bagaimana saya mempersepsikan perjuangan keras para idol. Bisa dibaca di akmalfaradise.blogspot.com/2019/01/kami-s…
Entah kenapa, meski saya fans saya rasa perlu berusaha autokritik terhadap pikiran, tindakan, dan bias-bias saya sebagai kpoper.
Spt ‘perlu ngga sih saya melakukan ini itu demi idola?’. Saya juga sebisa mungkin jujur: lagu grup stan ada juga yang ngga asik, ngga nyantol. Atau: banyak kok idol cewek yang lebih cakep dari biasku.

Akhirnya saya putuskan itu pilihan dan preferensi.
Ada juga kadang perilaku fans yang bagi saya risih: glorifikasi visual idol mereka. Utamanya idol cowok. Banyak fans cewek yang merasa idolnya 'tertampan' sedunia.
Repot sih ya. Bukannya ganteng/cantik itu prefensi? Mereka yang merangkum ‘most handsome/beautiful face’ tahunan itu kan dari voting. Standar ketampanan/kecantikan berbeda di tiap tempat.
Kalau saya bertemu fans yang demikian, langsung ingat ini. Andai bulan, separuh ketampanan manusia itu dimiliki Nabi SAW, lalu Nabi Yusuf AS dan sisanya kita semua.

Sayangnya guru yang memberikan penjelasan ini tidak menyebut sumber. Jadi siapapun yang tahu bisa menambahi ya.
Ingat dengan kisah Yusuf AS? Saking tampannya, perempuan yang waktu itu dikumpulkan Zulaikha ngga sadar ‘mengupas’ jarinya sendiri. Begitu terpesona mereka dengan Yusuf AS.
Saya mah ngga mau coba-coba ngupas apel sambil liat Yoona, IU, Irene, atau Jisoo terus sengaja nyerempet ke jari. Pasti nangis kesakitan wkwk cupu ye :(
Akhirnya saya mau menutup dengan bertanya, kpop kamu lihat sebagai apa? Kalau saya pribadi melihat sebagai genre musik, meski tidak menampik ia punya budayanya sendiri sebagai pop culture, sepaket dengan aktivitas fandom.
Tambahan pemantik diskusi: saya rasa term ‘santri kpoper’ seperti tidak kompak satu sama lain, mirip minyak-air. Namun nyatanya, santri yang menyukai kpop itu ada. Hari ini, di sekitar kita.

Yuk diskusi!

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Faradise, A.

Faradise, A. Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @akmalfaradise

21 Nov 20
Jokes minggu ini jare koncoku:

Twitter jadi Instagram.
Instagram jadi Shopee.
😂
Mungkin ada yg ngga suka Twitter roll out Fleet. Sebab di mari enaknya berbasis teks. Sementara IG kok udah kaya marketplace.

Pertanyaannya, kenapa fitur tsb tetap rilis meski (akan) ada yg tidak suka?
Denger dari temennya "orang dalam" Instagram, visi IG memang berubah. Awalnya fokus ke komunitas, lama-lama bergerak ke bisnis. Itulah kenapa fitur bisnis makin banyak di IG.

Arahnya sebenarnya ketebak
Read 6 tweets
29 Jul 20
Apakah Kdrama Bisa Memotivasi Kita Belajar?

Uisa Yohan: Motivasi belajar dan sedikit review

Sebuah utas.

#kdrama #medical #doctor #hospital #learn #study #academicpaper #academicjournal

Catatan. Mengandung spoiler.
Perkenankan saya untuk menggunakan sebuah atsar dalam mengawali bahasan utas ini. "Undzur ma qala wala tandzur man qala". Lihat kata-kata/pesannya, bukan siapa yang menyampaikan.
Saya memahami atsar tsb dua makna. Pertama, mengenai bias. Kalau tidak salah atsar ini bekenaan dengan masalah kebohongan/kredibilitas. Jadi kamu perlu lihat isi pesannya bukan langsung percaya sama yang mengatakan.
Read 65 tweets
19 Jun 20
Windows dan LIS.
Sebuah utas.
#library #windows #soft #semiotics
Saya baru sadar, karena lebih sering memakai daripada memperhatikan. Windows menggunakan istilah 'libraries' untuk ruang penyimpanan personal pengguna sistem operasinya.
Saya tidak tahu apakah bahasa ini memang dibuat orang LIS atau ada kontribusi-konsultasi dengan orang LIS. Tapi keliatan banget si LISnya
Read 14 tweets
7 Jun 20
Perpustakaan dan Romantisme Muda-mudi
#library #kdrama #romance #student #study

Sebuah Utas
Utas kali ini akan menyinggung mengenai representasi perpustakaan di dalam Korean Drama, lagi. Haha. Sesuai judul, setidaknya utas ini akan dibagi pada dua bagian.
Perpustakaan yang diulas kali ini ada pada web series A-TEEN Season 1 (2018). Perpustakaan ini pertama ditunjukkan pada episode 4 saat Doha berencana belajar bersama dengan Hamin, yang ternyata juga bersama Kim-Ha.
Read 45 tweets
21 May 20
Mengapa Jojo dan Hye-young 'dipertemukan' di perpustakaan?
#LoveAlarm #KimJojo #netflix #series #kdrama

A Thread
Ini merupakan opini pribadi atas scene perpustakaan di episode 5-6 Love Alarm
season 1.
Kalau menggunakan bahasa Kris Budiman, sebenarnya ini praktik 'soft semiotics'.
cuma karena saya masih noob, yasudah ini ala-ala saja ahaha
(Mengandung spoiler) Konteks: setelah sekian drama, Jojo dan Sun-oh tidak
bersama lagi. Separuh cerita dibawa pada plot twist. Hye-houng yang masih suka
Jojo, berusaha menyatakan cintanya. Mereka dipertemukan di perpustakaan.
Read 14 tweets
7 May 20
Pendapat saya mengenai Kampanye Ini
#WeShouldAlwaysBeKind
rame di IG, bahasnya di sini LOL 😂

A THREAD Image
Pertama kali lihat si di Instastories temen. Serangan psikologis awal tentu “ha masa sih?”. Teman saya merekam layar template instastories lalu mengunggahnya di storiesnya. Katanya saya adalah orang yang ‘menginspirasinya’ dan ‘selalu membagikan hal lucu’.
Saya berpikir, benarkah saya memang melakukan hal demikian? Melihat komposisi konten saya di IG, sebenarnya hal itu menjadi sangat mungkin. Tapi kenapa dia ngga bilang langsung atau mention? Juga, ketika saya tdk sengaja klik foto sy di storiesnya, kok ya muncul sticker comment.
Read 11 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(