PEREMPUAN BERWAJAH MURAM
(Part 3)
”Bang ...! Sialan, anjrit ...! Gue abis liat setan, Bang …!” Suara Beben tercekat.
”Dimana kejadiannya? Loe liatnya di mana Ben?” Tanya Adi penasaran.
Beben kemudian bercerita panjang lebar dari seberang sambungan telepon,
.. sambil mendengarkan Adi pun sesekali menahan napas. Lalu kemudian mengeluarkannya dengan helaan panjang, seakan terbayang di kepalanya membentuk sketsa-sketsa dan potongan-potongan kejadian seperti cuplikan film hitam putih.
Lalu kemudian mengeluarkannya dengan helaan panjang, terbayang di kepalanya membentuk sketsa-sketsa dan potongan-potongan kejadian seperti cuplikan film hitam putih.
Adi berdiri di counter administrasi dan tak lama kemudian suster pun datang untuk menyerahkan berkas dan beberapa lembaran invoice. Adi menerimanya dan kemudian berjalan ke kasir.
”Sudah beres Pak, sudah selesai diverifikasi oleh asuransi dan tidak ada tambahan biaya yang harus dibayar tunai …” Bagian kasir tersenyum dan menyerahkan beberapa dokumen untuk Adi tanda tangani sebagai tanda terima.
Dan setelah selesai menandatanganinya, Adi pun diarahkan untuk menemui perawat.
”Mas ... Ini obat-obat ibu yang harus dihabiskan ya, terus dijaga kondisi ibu. Makan nya sementara yang lembut-lembut aja, lalu itu dilembaran kedua ada catatan dari dokter …” Jelas prawat itu
”Oke terima kasih, Sus …”
Adi kemudian berjalan ke arah kamar ibunya. Disana rupanya sedang ada tiga orang perawat sedang melakukan pengecekan terakhir atas kondisi ibunya Adi sebelum pulang, Beben melirik ke arah kakaknya. Matanya terlihat merah karena ia tidak tidur semalaman
”Sus ...” Beben membuka pembicaraan.
Ketiga orang perawat itu kemudian berbarengan mengarahkan pandangan matanya ke Beben dengan serentak.
”Apa ada pengunjung yang pernah lihat hantu di sini? Itu di lorong dekat ruangan Radiologi.
Perempuan muda berusia sekitar 24 tahun …” Beben bercerita sembari terlihat mereka ulang kejadian semalam
Adi terdiam sambil memperhatikan Beben dan expresi ketiga perawat itu
”Di sini biasa Mas banyak yang dilihat sama kami para perawat, mulai dari yang masih hidup, lalu sekarat, sampai sudah yang gak ada …” Salah satu perawat menjawab sambil tersenyum dan diikuti oleh senyuman dua perawat lainnya, lalu Perawat lain menyahut,
”Kalau yang di lorong ruangan Radiologi itu, pernah ada pasien UGD korban tabrak lari. Security dan pengunjung pernah beberapa kali melihat dia …”
”Ohhhh ... Yang perempuan tabrak lari di seberang rumah sakit itu?
Kata orang-orang dia habis beli minuman terus mau nyebrang lagi ke rumah sakit ini, ehhh ada motor lewat dengan kecepatan tinggi. Kasihan dia …” Sambung perawat yang lainnya.
Beben mendengarkan dengan seksama cerita ketiga perawat tersebut, dan akhirnya Adi, Beben, dan ibunya pun diperbolehkan pulang. Adi mendorong kursi roda ibunya melewati lorong yang biasanya ia lewati.
Dari jauh Adi melihat sebuah siluet yang sama seperti di hari pertama, sosok perempuan itu masih berdiri seperti biasa.
Adi terpaku melihatnya. Sosok yang selama ini Adi anggap sebagai manusia, ternyata bukan.
Seketika itu juga tiba-tiba tercium bau harum dan sepertinya hanya Adi sendiri yang mencium baunya, Beben berbisik pada Adi.
”Bang ... Di situ gue liat setannya semalem, perempuan Bang. Dia tersenyum menyeringai, gue masih inget mata sama senyumnya. Sialan banget tuh setan!”
Adi memperlambat langkahnya sembari tetap mendorong kursi roda sang ibu, ia pejamkan mata sesaat dan berdoa dalam hati
”Tuhan... Siapa pun dia, semoga dia tenang di sisiMu. Mudahkan jalannya untuk kembali padaMu …”
Adi kemudian membuka kembali matanya, dan melirik ke arah perempuan yang beberapa malam itu selalu ia temui, sedang berdiri seorang diri. Adi menatap dalam-dalam sosok itu, tapi sosok perempuan itu hanya terlihat menunduk dengan wajah yang yang terlihat muram.
Dan tak berselang lama, sosok itu pun kemudian berangsur memudar, lalu lenyap sepenuhnya. Berangsur-angsur aroma harum wangi pun menghilang, menyusul lenyapnya sosok perempuan itu.
Ada perasaan aneh yang Adi rasakan, bukan perasaan takut, melainkan perasaan hampa seperti orang yang kesepian dan dilanda kesedihan. Mungkin ini adalah rasa yang sedang dirasakan oleh sosok perempuan itu, entalah.
Adi berharap semoga ibunya selalu sehat dan tak pernah kembali ke rumah sakit itu lagi. Kenangan akan perempuan berwajah muram di lorong rumah sakit itu masih tersimpan di memorinya hingga kini, kenangan baik tentunya. Tidak seperti pengalaman yang adiknya, Beben alami.
-TAMAT-
Terimakasih Pwers yang sudah mengikuti dan menyimak kisah ini. Semoga ada pelajaran yang bisa kaalian ambil yaaa.
Nantikan kisah -kisah selanjutnya :)
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Janur kuning melengkung menghiasi halaman, di tengah rumah sepasang pengantin sedang terduduk di depan seorang penghulu dalam prosesi ijab qobul. Selepas ijab qobul, raut wajah sang pengantin terlihat begitu berbahagia, Hamidah dan Rusman.
Hari itu, Hamidah dan Rusman sudah resmi menjadi pasangan suami istri.
Kehidupan pasangan pengantin baru, penuh kebahagian, dalam cinta dan kasih sayang.
Hi Pwers, kali ini saya mau berbagi kembali kisah dari serangkaian perjalanan kisah Narasumber kita, Mas Wijaya. Masih di bumbui adegan diluar nalar yang bisa kalian percaya atau enggak. Buat saya seru sih dan yang pasti kita ambil pelajaran nya aja ya :)
Selamat membaca !
COKRO KULO MUNYENG
Ns : Mas Wijaya
Malam itu, seperti biasa sehabis isya, aku duduk di sebuah warung kopi yang terletak tidak jauh dari masjid. Dari kursi yang menghadap ke arah jalan tempat aku duduk, kulihat salah seorang kawanku yang juga sering mengopi di warung ini datang
Hai Pwers, balik lagi niih saya mau berbagi kisah horor lain nya. Dan untuk memulai nya saya mau cerita yang ringan-ringan dulu yaaa , seperti biasa semoga bisa menghibur dan mengambil pelajaran. Selamat membaca 😀
PEREMPUAN BERWAJAH MURAM
Hai, perkenalkan namaku Adi. Aku akan bercerita sebuah kejadian ketika aku harus menjaga ibuku yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit swasta, di sebuah kawasan Jakarta selatan.