Janur kuning melengkung menghiasi halaman, di tengah rumah sepasang pengantin sedang terduduk di depan seorang penghulu dalam prosesi ijab qobul. Selepas ijab qobul, raut wajah sang pengantin terlihat begitu berbahagia, Hamidah dan Rusman.
Hari itu, Hamidah dan Rusman sudah resmi menjadi pasangan suami istri.
Kehidupan pasangan pengantin baru, penuh kebahagian, dalam cinta dan kasih sayang.
Dua bulan kemudian, pada satu hari Rusman terjatuh dari kamar mandi di sore hari, setelah terjatuh Rusman merasakan suhu tubuhnya panas semalaman dan pada keesokan harinya Rusman meninggal dunia.
Hamidah begitu terpukul dengan kejadian yang tidak terduga ini, yang mengakibatkan suaminya meninggalkan dirinya untuk selamanya.
Setelah Rusman meninggal, Hamidah kembali menikah lagi, kejadian yang sama terulang, suami keduanya meninggal dunia setelah terjatuh dari motor.
Kejadian memilukan ini kembali terulang sampai pernikahan Hamidah Yang kelima, dan semua suaminya mati dengan cara yang tak wajar.
Hamidah menyeka air mata yang mengucur membasahi pipinya dengan tisu, lalu kemudian menarik napas panjang.
"Mas Wi aku minta tolong, bisakah mas Wi menolong aku serta memberikan jalan yang terbaik? Walau bagaimanapun aku ingin hidup normal seperti layaknya wanita lain, punya suami dan juga keturunan …" Ucap Hamidah dengan mata yang masih sembab.
"Mbak sudah bertanya dan berobat kan?" Tanyaku memastikan
"Sudah Wi, Sudah kemana-mana, tapi tetep gak ada hasilnya. Kamu lihat mbak masih sendiri kan? Mungkin dari segi materi, mbak nggak kekurangan, tapi disisi lain mbak sangat kesepian dan butuh pendamping hidup …" Jelasnya
Aku hanya diam mendengarkan semua pembicaraan Hamidah, karena aku merasakan ada sebuah sosok dan kekuatan ghaib yang hadir, aku pun segera membaca ayat qursi di dalam hati.
"Tolongin Mbak, ya Wi ..." Kembali Hamidah berucap.
Aku yang tengah merasakan kehadiran sebuah energi yang datang, menjadikanku tidak fokus terhadap perkataan Hamidah.
"Eh Wi, kok malah diem sih? Kamu ngelamun ya?" Tegur Hamidah sambil mengoyang-goyangkan lututku.
Aku meminta nama lengkap Hamidah, beserta nama kedua orang tuanya, dan setelah semua selesai aku pun segera berpamitan,
karena entah kenapa, tiba-tiba saja perutku terasa sangat mual ditambah sakit kepala yang begitu menyiksa. Aku merasakan sebuah serangan yang hebat. Dengan menahan rasa sakit yang ada, aku mencoba untuk segera menjauh dari rumah megah itu,
dan sesampainya di luar gerbang, sebuah nada pesan seluler berbunyi dari handphoneku, "Mas ... Jangan kapok ya main ke sini …" Isi pesan dari Hamidah.
Dengan berpegangan pada stang sepeda motor, aku pun jongkok, menyeka keringat yang kini terus bercucuran dari keningku.
Aku menarik napas dalam-dalam, menahannya dalam rongga dada dan segera aku memejamkan kedua mataku, menyatukan hati dan pikiran. Hatiku dan mulutku mengucap larut dalam nama Tuhan semesta alam ditambah dengan rapalan doa Hijib ayat qursy,
disertai hempasaan napas yang tertahan di rongga dada dengan telapak tanganku memukul ke atas tanah.
Aku terjengkang hingga sepeda motor tua kesayanganku terguling dan perlahan-lahan rasa sakit yang kurasakan pun mulai mereda.
"Hmm ... Sambutan yang hangat dari makhluk astral yang ingin berkenalan" Gumamku sambil menepuk-nepuk pakaian yang kotor setelah aku terjengkang.
Dua minggu kemudian berselang, Acun menunggu di tempat biasa aku meminum kopi. Aku pun segera menghampiri meja di mana Acun duduk.
Oh iya mang Wi, Mamang diundang sama Mbak Midah untuk acara syukuran ..." Ucap Acun sambil menghisap rokok putihnya.
"Oh iya Mang, kenapa ya suami mbak Midah itu selalu anak bujang dan biasanya setelah lebih dari 40 hari pernikahannya,suaminya pasti meninggal. Lalu setelah 7 hari berselang suami mbak Midah meninggal, Mamang tengok aja, mbak Midah akan terlihat cantik dan lebih muda dari umurnya
Aku sudah beberapa kali menyaksikan ini. Usaha mbak Midah pun akan semakin maju dan yang pasti hartanya akan semakin berlimpah …" Terang Acun dengan suara yang dipelankan.
Aku mengerenyitkan kening,
"Apa maksud dari Hamidah waktu dia memintaku untuk mencarikan jalan keluar dari masalah kehidupannya, kalau saat ini, hal ini akan kembali terjadi …" Pikirku keheranan.
"Mang Wi jangan heran, kadang mbak Midah seperti itu." Ucap Acun yang seakan tahu apa yang sedang aku pikir.
Pada hari yang sudah ditentukan, Acun datang mengajakku dan Mang Atun ke rumah Hamidah untuk menghadiri acara syukuran di rumahnya. Sesampainya ditempat tujuan, halaman rumahnya malah terlihat sepi, hanya ada beberapa orang saja yang terlihat hadir.
Dari jauh Hamidah terlihat sedang duduk berdampingan dengan seorang pemuda berusia sekitar 24 tahunan kurang lebih dan seorang laki-laki paruh baya, nampak duduk dihadapan Hamidah yang berdampingan dengan pemuda itu.
Dan ketika melihat kedatanganku Hamidah langsung memintaku dan Atun untuk menjadi saksi pernikahannya.
Aku berbisik Kepada Acun, " Cun, kamu ini gimana sih … Ini sih bukan syukuran, Ini acara nikahan!" Ucapku dengan nada yang kesal.
Aku sudah kepalang datang dan tidak mungkin menolak untuk dijadikan saksi, akhirnya aku pun mengiyakan permintaan dari Hamidah.
Setelah semua acara selesai, aku segera keluar dari dalam rumah yang memang begitu sangat terasa aroma mistisnya,
dan tak lama kemudian sebuah pesan masuk ke dalam handphoneku.
"Assalamualaikum mas Wi, ini semua terjadi diluar sadarku … Sepertinya aku gak sanggup melawan bisikan-bisikan ini …" Sebuah pesan dari Hamidah.
Bersambung dulu ya...
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Hi Pwers, kali ini saya mau berbagi kembali kisah dari serangkaian perjalanan kisah Narasumber kita, Mas Wijaya. Masih di bumbui adegan diluar nalar yang bisa kalian percaya atau enggak. Buat saya seru sih dan yang pasti kita ambil pelajaran nya aja ya :)
Selamat membaca !
COKRO KULO MUNYENG
Ns : Mas Wijaya
Malam itu, seperti biasa sehabis isya, aku duduk di sebuah warung kopi yang terletak tidak jauh dari masjid. Dari kursi yang menghadap ke arah jalan tempat aku duduk, kulihat salah seorang kawanku yang juga sering mengopi di warung ini datang
PEREMPUAN BERWAJAH MURAM
(Part 3)
”Bang ...! Sialan, anjrit ...! Gue abis liat setan, Bang …!” Suara Beben tercekat.
”Dimana kejadiannya? Loe liatnya di mana Ben?” Tanya Adi penasaran.
Beben kemudian bercerita panjang lebar dari seberang sambungan telepon,
.. sambil mendengarkan Adi pun sesekali menahan napas. Lalu kemudian mengeluarkannya dengan helaan panjang, seakan terbayang di kepalanya membentuk sketsa-sketsa dan potongan-potongan kejadian seperti cuplikan film hitam putih.
Hai Pwers, balik lagi niih saya mau berbagi kisah horor lain nya. Dan untuk memulai nya saya mau cerita yang ringan-ringan dulu yaaa , seperti biasa semoga bisa menghibur dan mengambil pelajaran. Selamat membaca 😀
PEREMPUAN BERWAJAH MURAM
Hai, perkenalkan namaku Adi. Aku akan bercerita sebuah kejadian ketika aku harus menjaga ibuku yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit swasta, di sebuah kawasan Jakarta selatan.