gil Profile picture
May 23 113 tweets 17 min read
Sebuah cerita, tentang seorang cucu kesayangan yang di datangi oleh sosok mirip neneknya yang sudah meninggal #MbahPutri
Silahkan tinggalkan like dan RTnya dulu.. Kalo sudah rame, akan saya up pelan-pelan yaaa...
Jawa Tengah 1995,

Aroma khas kain jarik, menusuk, melewati hidung Rita. Bersamaan dengan redupnya lampu belajarnya secara tiba-tiba. Rita menoleh ke belakang. Dan aroma itu kini seperti tepat berada di depan batang hidungnya.
"Mbah Uti... Mbah Uti...". Ucap Rita dengan kata yang sedikit bergetar. Dan Aroma itu pun hilang. Tak terasa air mata Rita menetes.

Sudah selama seminggu terakhir ini kejadian seperti ini terus berulang, entah apa penyebabnya. Rita tak tahu pasti.
Aroma kain jarik itu adalah bau khas dari Mbah Putri, nenek Rita yang sudah meninggal kurang lebih setahun yang lalu. Sebagai cucu yang tinggal satu atap, Rita tentu hafal dengan aroma khas itu dari saat pertama kali ia kembali menciumnya satu minggu yang lalu.
Dari meja belajar, Rita pindah ke tempat tidur, sambil mengusap air mata dan duduk memeluk kedua kakinya. Antara takut bercampur sedih dan bingung, ia mencoba menerka kejadian ini. Tentang aroma mbah Putri yang selalu muncul di waktu dan jam yang sama.
"Mungkin karena aku kangen aja sama mbah Uti". Tampiknya dalam hati.

Mungkin wajar bila itu yang Rita tengah rasakan. Karena memang sejak ibunya meninggal 18 tahun yang lalu, Mbah Putrilah yang menggantikan sosok ibunya dan merawat Rita.
Rita melihat Sosok nenek sekaligus ibunya dalam raga yang sama, yaitu raga mbah Putri, jadi wajar bila ia menjadi orang yang paling merasakan kehilangan. Karena jujur saja, sejak setahun yang lalu hingga malam ini, Rita memang selalu rindu dengan Mbah Putri.
Rita kembali menata nafasnya, mengipas wajahnya, agar air matanya tak keluar lagi. Ia pun kini merebah di ranjang kapasnya itu. Seraya Dalam hatinya mengucap doa untuk Mbah Putri.
Jam terus berjalan. Mengantar Rita yang ternyata tak bisa tidur malam itu. "Mbah Putri.. Mbah Putri dan Mbah Putri..." Itu saja yang Terus saja terngiang dalam setiap detik nafasnya.
Tentang Aroma-aroma itu yang sudah seminggu terakhir ini tercium saat mendekati tengah malam.

"Apakah itu benar-benar mbah Uti?". Tanya Rita dalam hati.

Ahhh.. Rita kembali menepisnya dan mencoba untuk memejamkan matanya lagi.
Dan beberapa saat kemudian...

"Krrrreeeettt.. Krrreenyettt...".

" Kreeeetttt.. Krrreennyettt..".

Rita yang harusnya sudah mulai mengantuk, tentu kini terpaksa kembali membuka matanya setelah mendengar suara itu.
"Kreeenyeeetttt..... Kreeennyeettt".

Rita sampai setengah terduduk mencermati suara itu. Suara yang sepertinya berasal dari ruangan lain di rumah itu.
Sejenak ia berfikir, dan ia kini mulai sadar kalau suara itu adalah suara dari kursi goyang mbah Putri. Yang terletak di Ruang Tamu.

"Kreeeenyeeettt....kreeenyeett!!!".

Suara krenyitan kayu jati tua itu terdengar menggema, memecah keheningan malam itu.
"Apakah itu Mbah Putri?". Batin Rita yang kini menjadi bergidik karena suara yang tak kunjung hilang.

" Ah tidak mungkin!!! Mbah Putri sudah berada di surga!!!". Ungkap Rita untuk menyembunyikan ketakutannya itu.
Namun tampaknya rasa penasarannya mulai mengubur ketakutan Rita. Hingga ia pun mulai beranjak untuk memeriksanya lebih dekat.

Rita mulai berjalan mendekati pintu kamarnya. Menempelkan satu telinganya di pintu. Dahinya mengrenyit mencermati suara itu yang nyatanya masih ada.
"Krreeeenyyeeett.....kreeenyeeett".

Suara itu kini tentu terdengar semakin jelas. Setelah beberapa saat mengamati. Entah apa yang Rita pikirkan, ia justru kini mulai membuka pintu kamarnya.
Dengan pelan ia berjalan mengikuti suara itu. Dan Tak bisa di bantah lagi!! Suara itu memang berasal dari ruang tamu.

Rita berjalan hingga mendekati ruangan itu. Ia tertegun!! Melihat dari kejauhan melihat kursi itu bergoyang, lengkap dengan siluet seseorang yang--
--tengah duduk di atasnya. Suasana memang tak begitu terang, tapi cahaya lampu teras yang sedikit masuk ke ruang tamu, membuat kursi itu tetap terlihat di pandangan Rita.
Entah apa yang Rita rasakan saat itu, yang jelas tubuhnya seperti setengah dirasuki. Perlahan Rita mulai berjalan tak sesuai dengan kehendaknya. Mendekati kursi goyang itu.
Kesadaran masih berlaku, namun hanya untuk penglihatan dan kepalanya saja. Karena Rita merasa seperti tak bisa mengendalikan kakinya untuk tak berjalan ke arah itu.
"Ampun, Mbah Uti, Ampun.. Rita Pun ikhlas..".

(Jangan Mbah Putri, Jangan.. Rita Sudah ikhlas). Ucap Rita dengan terbata dan kini mulai menangis.
Namun tetap saja, kakinya terus saja memaksa Rita untuk mendekati kursi goyang itu.

Hingga akhirnya dalam jarak 1-2 meter, langkahnya pun terhenti tepat di belakang kursi itu. Dan Mau tak mau Rita kini harus melihat apa yang ada di depannya.
"Kreeenyeeetttttttt". Kursi pun berhenti begoyang. Dengan sosok berambut putih terurai yang kini mulai menoleh perlahan ke arah Rita.

Dan setelah separuh kepalanya menoleh.

" MBAHHH UTIIIIII!!!!!!!!!!!!". Teriak Rita yang kini roboh terhuyung ke lantai.
Rita merangkak mundur seraya terus menggeleng-gelengkan kepalanya. Seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Sosok yang mirip mbah Putri itu pun kini berdiri dan menghadap ke arah Rita yang tampak amat sangat ketakutan.
Sosok itu melambaikan tangannya dan berkata..

"Rene nduk.... Reneee.. Tak critani"
(Kesini nak, kesini, nenek mau cerita).
Jelas itu adalah Suara Mbah Putri.. Tapi Rita yang sudah tak kuat.. Akhirnya pingsan tak sadarkan diri..

--- Bersambung ---
Kehadiran sosok yang menyerupai mbah Putri ini tentu menyiratkan sesuatu. Bisa jadi membawa pesan, Mengingat beliau yang sudah meninggal 1 tahun yang lalu, mengapa tiba-tiba saja kini mahluk yang mirip Mbah Putri itu datang menemui Rita?
Subuh hari Rita yang tergeletak di lantai, di bangunkan oleh suara tawa dari om Darwis, pamannya yang mengalami sedikit gangguan mental, di atas kursi rodanya, om Darwis menertawakan Rita yang tertidur di lantai hingga ia pun terbangun oleh itu.
Rita pun berdiri dengan muka kesal, dan om Darwis terdiam, menengadahkan ke dua tangannya, dengan isyarat berdoa, seakan menyuruh Rita untuk banyak-banyak berdoa. Om Darwis ini memang sulit berbicara, entah apa yang ia alami di masa lalu, hanya Mbah Putri mungkin yang tahu.
Rita memegang stang kursi roda om Darwis dan mendorongnya kembali ke kamarnya perlahan. Di lihat dari sini sepertinya Rita Sudah terbiasa menghadapi keadaan pamannya ini. Satu-satunya orang yang menjadi temannya sekarang, menghuni di rumah besar milik mbah Putri ini.
Setelah itu Rita pun berjalan ke dapur, memasak air, dan menjalankan solat subuh.

Dan di dalam solatnya, Rita kembali mencium aroma itu!! Aroma kain jarik milik Mbah Putri!! Melintas menusuk hidungnya sekejap dan menghilang.
Rita buru-buru menyelesaikan solatnya dan berlari menuju kamarnya. Kembali terlintas di pikirannya tentang kejadian semalam. Walau ia masih agak ragu dan bingung, apakah itu nyata atau mimpi.

Mentari pun menjelang, setelah mengurus om Darwis, Rita pergi menuju tempat kerjanya.
Yaitu di sebuah penggilingan padi peninggalan Mbah Putri, memang inilah warisan dari nya, sebagai bekal hidup Rita untuk merawat om Darwis dan meniti masa depannya.

Rita yang duduk di balik meja, tampak lesu, pikirannya masih saja tentang kejadian semalam.
Pak Karwo, salah satu pegawai di tempat itu menyapa Rita.

"Kok wes gasik men to mbak?"

(Kok pagi sekali sih mbak?). Ucap Pak Karwo bertanya kepada Rita yang hari ini datang lebih awal.
Rita pun menjawab dengan jawaban yang sepertinya agak tidak nyambung.

"Pakde Karwo, manurut panjenengan, apakah Mbah Putri ndak setuju ya, kalau aku kerja kantoran?". Ucap Rita
"Lololololo... Maksut Mbak Rita itu apa?". Jawab Pakde Karwo keheranan.

" Gini lho pakde, jadi tiga hari lagi kan aku mau test, aku mau sekolah perawat, aku bosen pakde, 2 tahun ini nganggur, jadi untuk menghadapi test itu aku kan harus belajar, tapi setiap aku belajar--
--entah itu cuma perasaanku saja, tapi aku selalu merasa mencium bau jarik Mbah Putri Pakde!! Udah semingguan ini, dari sebelum aku daftar, sampai aku mau lolos ini..". Ungkap Rita menerangkan kejanggalan itu.
"Gini lho mbak, Mengijinkan atau tidak mengijinkan, itu kan ndak ngaruh to, wong ya nuwun sewu, Mbah Putri kan juga sudah meninggal, tinggal ikuti saja apa maunya Mbak Rita". Kata Pakde Karwo dengan serius.
Rita pun tak menjawab, cuma mengangguk saja.

"Tapi!!!!.. Ini ada tapinya lho.. Kalau saran saya, Ngapain Sampean kerja di luar, wong sudah di warisi 'Selepan' sebesar ini, sawah juga banyak, tanah dimana-mana, sampean itu ndak bakal hidup susah, misalkan ndak kerja-
--sekalipun.

'Bandane Swargi ibu Sundari (Mbah Putri) niku, mbotene habis tekan njenengan tuwo'.

(Hartanya Alm. Ibu Sundari itu tidak akan habis hingga kamu tua). Kata Pakde Karwo lagi.

"Sudah Mbak, ndak usah aneh-aneh, ikuti saja apa yang sudah di dawuhkan sama mbah putri"--
--tutup Pakde Karwo mengakhiri pembicaraan itu.

Rita pun terdiam meresapi perkataan dari orang kepercayaan neneknya itu yang sepertinya ada benarnya juga.
Rita pun kembali melakukan aktifitasnya di hari itu, hingga tak terasa sore pun menjelang.

Ia pun pulang, dan sesampainya di rumah, seperti biasa Mbok Sumini yang merupakan perawatnya Om Darwis sudah menunggu di ruang tamu, bersama Om Darwis yang sudah tampak rapi.
Hari itu memang akhir pekan, Rita pun segera merogoh uang dalam tasnya untuk diberikan kepada Mbok Sumini sebagai upah yang memang selalu diberikan seminggu sekali.

"Niki mbok, Maturnuwun njih"
(Ini mbok, Makasih ya). Ucap Rita kepada Mbok Sumini.
Dan tak selang beberapa lama Mbok Sumini pun pamit Pulang, dengan Perlahan Rita Pun mendorong Kursi roda pamannya itu menuju ruang TV, karena sepert biasa di jam-jam segini memang om Darwis sangat Suka menonton TV.
Singkat cerita setelah mandi, solat dan lain sebagainya. Rita kembali memeriksa Pamannya di ruang TV, dan di situ tampak sang paman sudah tertidur di atas kursi rodanya. Pemandangan ini memang cukup umum, karena om Darwis akan selaly tidur awal setelah tadi sore--
--meminum obatnya.

Dengan Hati-hati Rita membawa Pamannya itu menuju kamarnya, menggotongnya dengan susah payah, berpindah ke tempat tidurnya.

"Fyiuhhhhhhh... Sepertinya aku sudah mulai terbiasa". Batinnya seraya mengambil ember berisi urine pamanya itu dan membuangnya--
--Di belakang rumah.

Setelah solat maghrib Rita tampak duduk dikamarnya, membaca majalah-majalah remaja yang sebenarnya sudah ia baca.

"Bagaimana tidak membosankan hidupku". Batinnya di kamar itu.
Hingga jam berganti dan rasa lelahnya pun memaksanya untuk tertidur.

Dalam tidurnya Rita bermimpi, kembali ke masa lalunya saat ia masih SD, Mbah Putri tentu masih sehat.

Rita yang pulang dari sekolahnya di jemput oleh mbah Kakung menggunakan motor.
Rita segera turun dan berlari menghampiri mbah Putri yang sedang menyisir rambut om Darwis diruang tengah. Dengan riang Rita memperlihatkan kertas gambar yang ia pegang. Rita mencoba Pamer hasil gambarnya kepada mbah Putri.
Tampak Mbah Putri tersenyum senang, melihat Rita, dan Mbah Putri pun berkata. "Jangan lupa solat!!!".

Bersamaan dengan kata itu, Rita pun terbangun dari mimpinya yang indah itu. Jantungnya mendadak berdebar.
" Jangan lupa solat..jangan lupa solat".
Kata dalam mimpinya--
--itu terus saja terngiang. Dan seketika Rita pun sadar, kalau memang ia belum solat isya. Tanpa berfikir macam-macam, segera ia mengambil wudhu dan solat isya dengan sedikit tergesa..
Dan selesailah Rita, seraya melepas mukenannya, matanya tertuju kearah jam dinding di kamarnya yang tenyata menunjukan pukul 02.00.

"Untung saja aku ndak lihat jam, kalau saja tadi aku lihat jam dulu, mungkin aku ndak jadi solat". Ucapnya seraya kembali naik ke ranjangnya.
Rita menarik selimutnya dan mencoba untuk tertidur lagi. Tapi belum sempat matanya terpejam, suara itu muncul lagi.. Ya!! Suara krenyitan dari Kursi goyang di ruang tamu. Terdengar jauh namun cukup menggema di telinga Rita.
Rita sempat terhentak dan duduk di ranjangnya, namun setelah mencermati dan yakin memang suara itu benar-benar ada. Rita yang takut pun kembali meringkuk di atas kasurnya dan bersembunyi di balik selimut.
Tubuhnya gemetar ketakutan, mulutnya terus saja mengucap doa,
Pikiranya berkata itu adalah Mbah Putri, namun Agamanya tak membenarkan itu.
"Itu bukan mbah Uti... Itu bukan mbah Uti.. Itu bukan Mbah Uti!!!". Jeritnya dalam hati.
Hingga mungkin selang beberapa menit kemudian--
--suara krenyitan Kayu tua itu tak terdengar lagi.

Dari balik selimutnya, ketakutan Rita mungkin sedikit berkurang. Dengan sedikit ragu, ia pun mencoba untuk membuka selimutnya perlahan.
Namun betapa terkejutnya Rita, belum saja ia sempat membuka selimutnya, tiba-tiba seperti ada yang menarik selimutnya. Sontak Rita yang kaget langsung berteriak. Bersamaan dengan selimutnya yang kini tertarik hingga jatuh ke lantai.
Namun yang lebih mengejutkan lagi, ada sosok yang kini sudah duduk di pinggir ranjangnya, dan bisa di pastikan, mungkin sosok itulah yang menarik selimutnya. Ya!!! Sosok itu menyerupai Mbah Putri. Yang kini terdengar menangis.. Image
Rita hanya bisa gemetar terpaku, lidahnya mendadak kelu bahkan hanya untuk sekedar mengucapkan sesuatu, ia tak bisa!!!. Begitu juga matanya yang seperti tak bisa berpaling dan terpaksa terus memandangi sosok mirip Mbah Putri yang kini menangis di depannya itu..

Bersambung
Tangisannya terisak, seperti layaknya orang yang sangat bersedih.

Sementara Rita yang terpaksa mendengar dan melihat itu, mulai menata nafasnya, mengucap doa dalam hatinya, hingga sosok yang menyerupai mbah Putri itu berhenti menangis.
Sosok itu kini tampak memangku kedua tangannya dan menepuk-nepuk pahanya. Mata Rita seketika tertuju kepada kain jarik yang sosok itu Pakai. Seketika Rita menangis, karena ia mengenali motif dari kain jarik itu. Ya!!! Jarik Mbah Putri!! Aromanya kini menyerbak ke seluruh ruangan-
-kalau bisa di gambarkan, Aromanya lebih menyerupai daun sirih yang kering, tangis Rita pun tak lagi tertahan.

"Pripun Mbah Uti, Pripun???"
(Bagaimana Mbah Putri.. Bagaimana??). Ucap Rita dengan terbata.
Dan Sosok yang mirip Mbah Putri yang sedari tadi menundukpun kini menoleh ke arah Rita. Wajahnya gelap tak jelas.. Hanya matanya saja yang tampak mengeluarkan cahaya. Image
Seketika Rita menutup wajahnya..

"Ampun Mbah Uti... Ampun Mbah Uti".
(Jangan Mbah Putri, Jangan Mbah Putri...). Kata Rita ketakutan.

Rita langsung melompat dan meringkuk di kasurnya, seraya masih menutupi wajahnya.
Ia tentu menangis, namun dalam tangisnya itu ia juga mendengar sesuatu yang bergerak.. "Seetttt.... Seeettt... Settttt...".
Rita semakin meringkuk, tak berani lagi melihat. Dan suara itu pun terdengar semakin mendekat, dan bersamaan dengan itu. Selimut pun perlahan--
--mulai merambat dari kaki hingga pangkal leher Rita. "Ada yang menyelimutinya!!!!" Rita hanya bisa meringkuk dengan tangisnya yang semakin tak tertahan. Dan sesuatu pun mulai Rita rasakan.. Seperti ada suatu beban yang kini ikut merebah di sampingnya. Image
"Krennngkeetttt".. Suara krenyitan ranjang itu terdengar jelas, bersamaan dengan tubuh yang kini mulai memeluk Rita dari belakan di balik selimutnya.

Pelukan itu sangat dingin, tak hangat selayaknya pelukan pada umumnya.
Sentuhan tangan Rita rasakan. Mengelus-elus lengannya, begitu dinginnya tangan itu, seperti menembus selimut Rita yang ketakutannya tentu tak bisa tergambarkan.
Namun aneh, entah mengapa, perlahan Rita mulai merasakan kantuk yang tak tertahankan seiring dengan elusan tangan yang dingin itu. Rita pun tertidur, tak sadar bagaimana caranya matanya bisa terpejam begitu saja setelah melalui ketakutannya itu.
Dan ia pun terbangun di tempat yang berbeda, ia berjalan di pematang sawah bersama dengan Mbah Putri, sepertinya Rita bermimpi.

Keduanya saling bergandengan tangan. Dan merekapun berhenti di depan seorang lelaki yang tengah duduk di sebuah Gubuk,di sini Mbah Putri pun berkata.
"Nduk, putuku sing paling ayu dewe, Kae Bapakmu, sesuk nek rabi, koe kudu goleki bapakmu, Mbah Uti njaluk ngapuro, nek selama iki misahke koe karo bapakmu".

(Nak, Cucuku yang paling cantik, itu ayahmu, kelak jika kau menikah, kamu harus mencari ayahmu, Mbah Putri minta maaf,--
--Jika selama ini memisahkanmu dengan ayahmu). Kata mbah Putri.

Setelah itu Mbah Putri Pun menunjukkan jarinya ke arah lain.

Ke arah seorang wanita yang sangat mirip dengan Rita. Seseorang itu tampak tersenyum melambaikan tangannya. Dan Mbah Putri pun kembali berkata.
"Nek sing ayu kae ibumu, nanging koe rasah nggoleki kae, kae ratau lungo seko atimu".

(Kalau yang cantik itu adalah ibumu, tapi kamu tidak usah mencarinya, karena dia tak pernah pergi dari hatimu). Ucap Mbah Putri sambil menepuk dada Rita.
Rita hanya bisa menangis di dalam mimpi itu, namun seketika matanya tertuju pada lelaki di depannya yang Kata mbah Putri itu adalah ayahnya. Rita berjalan mendekati lelaki itu. Semakin dekat dan semakin dekat. Ia cermati wajahnya yang tampak sangat tak asing.
Dan Rita pun sadar, bahwa lelaki itu adalah Pamannya. Yaitu Om Darwis.

"Om Darwis!!!!!!". Ucapnya seraya menoleh ke arah Mbah Putri.

Mbah Putri pun hanya bisa tersenyum, mengangguk sambil meneteskan air mata.

" Ho.o nduk.. Darwis kui Bapakmu". Kata Mbah Putri.
Mimpi itu pun berakhir.

Rita terbangun di pagi hari, dengan keringatnya yang bercucuran.

Ingatannya tentang mimpi itu tentu masih hangat. Bergegas ia berlari menuju kamar Om Darwis yang sudah tampak duduk di atas ranjangnya, menunggu Rita menggendongnya ke kursi roda--
--seperti biasanya.

"Bapak...". Ucap Rita dengan lirih, ia jelas ingat wajah Ayah dalam mimpi itu adalah om Darwis. Tapi ia yang belum yakin, kini menggendong saja om Darwis menuju kursi rodanya. Seraya terus mengamati dengan penuh keheranan.
Rita tentu gusar dan penasaran. Setelah membuat bubur sumsum dan memberikannya pada om Darwis, Rita segera keluar dari rumahnya. Menuju tempat penggilingan padi.

Pakde Karwo, orang pertama yang ia konfrontasi perihal mimpinya Dan pertemuannya dengan Jin yg menyerupai Mbah Putri.
Pakde Karwo tampak gelagapan, mencoba berkelit, namun Pakde tak membantahnya dan juga tak mengiyakannya. Dengan jawaban yang ambigu ini, Rita tentu semakin yakin dengan perkiraannya itu. Bahwa ini bukanlah sekedar mimpi.
"Ayo mbak awak dewe nemoni mbok Sumini".

(Ayo Mbak, kita bertemu Mbok Sumini). Ucap Pakde karwo yang tampak sudah tak bisa menyembunyikan sesuatu lagi.
Dan benar saja, sesampainya di tempat mbok Sumini, tak butuh banyak kata. Dengan satu pertanyaan saja. Mbok Sumini langsung bersujud, menangis, dan membenarkan itu. Membenarkan bahwa Darwis adalah ayah kandung Rita.
"Bu Sundari niku ming wedi nek Mbak Rita isin, kagungan Bapak kados ngonten".

(Bu Sundari itu, hanya takut kalau mbak Rita malu punya ayah seperti itu). Kata Mbok Sumini sambil menangis.
Begitu juga dengan Pakde Karwo yang kini terus memegang pundak Rita dan terus menerus minta maaf seraya memberi pengertian kepada Rita tentang keputusan Mbah Putri untuk menyembunyikan semua ini.
"Wess... Wes..wes..". Ucap Rita seraya mengusap air matanya dan Duduk di ruang tamu Mbok Sumini itu.

--- bersambung ---
"Wes saiki aku critani, saktenane pie?"
(Sudah!!, Sekarang ceritakan aku yang sebenarnya). Kata Rita menghela nafas untuk mengehentikan tangisnya.

Dan disini Pakde Karwo dan Mbok Sumini pun mulai bercerita dari awal.
Bu Sundari (Mbah Putri) dan Pak Norto Agung (Mbah Kakung) terbilang sebagai pasangan yang telat menikah. Mereka menikah di usia yang sudah cukup tua. Itu alasan mengapa mereka hanya mempunyai satu anak (Darwis). Tak seperti keluarga jaman dulu pada umumnya yang selalu punya--
--banyak anak. Darwis tentu adalah bintang bagi Mbah Putri dan Mbah Kakung. Di manja, apapun di turuti namun disisi lain rasa sayang mereka justru mengekang Darwis, sehingga ia tumbuh menjadi anak yang "Cilik Aten" (Mudah berkecil hati). Dan sangat manja.
Bahkan Di masa Darwis SMA, pakde Karwo dan Mbok Sumini yang memang sudah dari dulu bekerja ikut mbah Putri, tak akan kaget ketika melihat Darwis yang sedang "Tantrum" Karena tak sabar meminta sesuatu yang sebenarnya tak begitu penting.
Namun semua itu berubah ketika setelah lulus SMA, Darwis bertemu Sartika (Ibu Rita). Setelah menjalani hubungan selama beberapa bulan, mereka pun menikah, tepatnya di tahun 1974.

Mbok Sumini dan Pakde Karwo sangat ingat betapa megahnya pernikahan itu.
Pokoknya seluruh kampung di buat senang, dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.

"Dalange, seko klaten, lagi naik daun waktu itu!!". Ucap Pakde Karwo.
Nah!! Setahun kemudian, lahirlah Rita Sartika Norto Agung. Cucu tunggal Mbah Putri. (Rita).

Darwis dan Sartika tumbuh sebagai keluarga pada umumnya begitu juga dengan Rita kecil. Walau mereka masih tinggal satu atap dengan orang tua Darwis (Mbah Kakung dan Mbah Putri).
Pandangan semua orang tentu akan optimis dengan keluarga ini. Darwis yang langsung mengelola 3 penggilingan Padi pemberian orang tuanya tentu tak akan kesusahan menghidupi keluarga kecilnya itu.
Tapi semua itu berubah gelap, kelam dan menyedihkan di tahun 1977. Waktu itu Darwis, Sartika, Rita kecil, dan orang tua (mertua Darwis) beserta keluarga Sartika (Ibu Rita) yang tengah melakukan perjalanan menggunakan Bus, mengalami kecelakaan.
Di duga bus mengalami rem blong, menabrak pohon dan jatuh terperosok masuk ke jurang. Sekira 20 orang korban meninggal, termasuk Sartika, Ayah dan ibunya, dan 2 Saudara perempuannya.
Tapi dalam kecelakaan itu Rita (2thn) yang tengah tertidur di pangkuan Darwis Selamat tanpa ada luka sedikitpun, ajaib!!!, begitu juga dengan Sang ayah (Darwis) walau ia harus mengalami luka yang cukup serius di kepala dan kedua kakinya.
Dan dari sinilah sandiwara itu dimulai.

Darwis mengalami cacat permanen akibat dari kecelakaan itu, kedua kakinya mati rasa, begitu juga dengan tekanan ketika ia mengetahui istrinya tak selamat. Hingga pada suatu hari, Darwis mulai kehilangan ingatannya. Tentang kehidupannya--
--di masa lalu, gangguan pada otaknya akibat dari kecelakaan itu juga membuatnya sulit berbicara, dalam istilah jawa namanya "Pelo".

Sementara itu Rita terus bertumbuh besar, di rawat oleh Mbah Putri, dengan tlaten.
Seiring Rita yang mulai mengerti dunia, Mbah Putri tak menutupi perihal ibunya yang sudah meninggal dalam kecelakaan. Tapi tidak keberadaan Ayahnya. Mbah Putri selalu mengatakan kalau Ayah Rita pergi setelah ibunya meninggal.
Bahkan itu kadang di katakan di depan Darwis, yang sudah terduduk linglung tak bereaksi.

Pak Norto Agung ( Mbah Kakung) sebenarnya selalu menentang itu, dan menyuruh Mbah Putri untuk mengatakan saja yang sebenarnya.
Namun entah apa yang Mbah Putri "ugemi" (Yakini), mbah Putri selalu kekeh dalam setiap perdebatan dengan Mbah Kakung, untuk melanjutkan Sandiwara ini yang ia yakini akan ada Waktu untuk Rita Mengetahuinya.
Dengan dalih perkembangan mental dan pertumbuhan Rita, Mbah Putri tak segan-segan melabrak orang yang ia curigai akan membeberkan rahasia ini.

Hingga orang-orang sekitar pun akhirnya mengikuti alur sandiwara ini, termasuk Mbah Kakung, Pakde Karwo, dan Mbok Sumini.
Yang selalu memperkenalkan Om Darwis adalah Paman Rita.

Tapi seperti kata Mbah Putri, mungkin sekaranglah waktunya.. Waktunya Rita untuk mengerti yang sebenarnya.

Kalau Om Darwis adalah ayah kandungnya.
Pembicaraan di Rumah Mbok Sumini pun berlangsung sangat emosional dan di tutup dengan Berdirinya Rita yang mengajak Pakde Karwo dan Mbok Sumini untuk pulang ke rumah Mbah Putri.
Sesampainya di sana Rita langsung berlari masuk mencari Om Darwis, yang ia ketahui sekarang adalah Ayahnya.

"BAPAAAKKKKKKKKK". Teriak Rita

Dengan tangis yang tak terkendali, Rita Memeluk Ayahnya itu.
"Dingapuro Pak, Rita ora ngerti!!!".
(Maafkan aku ayah, Rita tidak tahu). Ucap Rita seraya memeluk Ayahnya yang tampak tanpa ekspresi itu, pandangannya kosong dan mengarah ke tembok.

Sementara itu Mbok Sumini dan Pakde Karwo hanya bisa memandangi pertemuan--
--haru antara ayah dan anaknya itu. Apa yang di rasakan Rita saat itu, tentu tak bisa di gambarkan dalam tulisan ini. Rasa haru, sedih, lega, jengkel dan bahagia, bercampur menjadi satu. Ekspresi yang terlihat hanyalah tangisan!! Tak ada lagi selain itu.
Dan di tengah suasana Haru biru itu. Semerbak jarik Mbah Putri kembali tercium.

Tak hanya Rita, Pakde Karwo dan Mbok Sumini juga menciumnya.
Rita yang menyadari itu seketika menghentikan tangisnya, menoleh ke kanan dan kekiri. Memandang langit-langit dan berkata..

"MATURNUWUN MBAH PUTRI!!!!!!".
---- TAMAT ----

Sekian Cerita "Mbah Putri" ini, saya sajikan dengan sederhana.. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk menunggu, mengikuti dan membaca hingga akhir..

Sekian, Semoga ada hal baik yang bisa kita petik dari cerita ini, terimakasih, sampai jumpa di cerita lain. 🙏
Dukung saya di @karyakarsa_id karyakarsa.com/AgilRSapoetra biar saya lebih semangat buat nulis cerita..
Cerita-ceritaku di karyakarsa

Rumah Sarang (Bagian 1) karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

Rumah Sarang (Bagian 2 - Tamat) karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

Gembung 1968 karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

Dahlia (Bagian 1) karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

Popok Wewe (Tamat) karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with gil

gil Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @AgilRSapoetra

Apr 20
--- DAHLIA ---

(Rumah kost - Part 1)

[HORROR STORY]

#bacahorror #threadhorror
Pengalaman seram di sebuah rumah kost..

Di tunggu tar malem yak!! Silahkan like dan RT dulu.. #Dahlia
Disclaimer : Semua nama tokoh dan tempat di dalam cerita ini sengaja disamarkan untuk menjaga identitas dan privasi dari semua pihak yang terlibat didalamnya. #Dahlia
Read 86 tweets
Jan 31
Disclaimer : Semua Nama tokoh dan tempat sengaja disamarkan untuk menjaga identitas dan privasi pihak yg terlibat didalamnya.

#KuntilanakSUM
Kisah ini terjadi kisaran tahun 1998-1999an, tentang seorang Pemuda sebut saja "Parmin" yg 'Diikuti' dan diduga kuat ia juga 'Disukai' oleh sosok lelembut berwujud Kuntilanak bernama "SUM".

#KuntilanakSUM
Read 145 tweets
Jan 17
~ PENGHUNI LAIN ~

"Rumah Simbah"

[A THREAD]

#bacahoror #bacahorror @bacahorror Image
Berlatar belakang tahun 1990an,
Catatan seram dari seorang Gadis yg sering diajak berbaur oleh lelembut penunggu rumah neneknya.

Bagaimana ceritanya? Silahkan bookmark utas ini, dan dukung saya dengan follow, like dan RT ya :)) #PenghuniLain
Jakarta 1990,
Mira,

Deringan telepon rumah seketika menyela keasyikan obrolan di sebuah keluarga di malam itu, antara Mira, Ayah dan ibunya, yg tengah saling berbangga karena si Mira sudah resmi menjadi "Sarjana" sekitar 3 hari lalu.
Read 125 tweets
Jan 3
--- JELANGKUNG ---

"Datang tak dijemput, pulang ikut kalian"

[A THREAD]
#bacahoror #bacahorror @bacahorror #ceritahorror #threadhorror Image
Kali ini saya akan menceritakan kisah nyata dari 4 orang Pemuda di tahun 1970/80an yg bermain-main dengan permainan yg tidak main-main yaitu "Jelangkung". Dalam permainannya mereka melakukan sebuah kesalahan hingga akhirnya menyebabkan terror yg berkepanjangan.
Sampai membuat mereka hampir gila. Bagaimana kisahnya?
Silahkan bookmark dulu utas ini, dan jangan lupa dukung saya dengan Follow, RT dan Like ya..

#Jelangkung
Read 116 tweets
Dec 23, 2021
Kata SITI dan SETANA diambil dari bahasa jawa krama inggil yg berarti 'Siti' = Tanah & 'Setana' = Kuburan/makam. Media yg digunakan Dalam sihir ini adalah tanah kuburan. Dan Konon efeknya tak bisa terprediksi, bisa ringan & bisa juga menjadi sangat ganas.
Kali ini saya akan menceritakan tentang korban dari "Teluh Siti Setana" tersebut. Yang di alami oleh sebuah keluarga di tahun 1992, kejadian janggal, seram dan tragis terjadi pada keluarga ini. Bagaimana kisahnya? Silahkan bookmark dulu utas ini.
Read 95 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(